Jakarta: ASEAN masih belum dapat menunjuk utusan khusus untuk membantu meredakan krisis di Myanmar. Ketidaksepakatan negara anggota yang membuat waktu ASEAN banyak tertunda.
ASEAN, di satu sisi terlihat mengulur waktu untuk memperkuat kekuasaan militer. Namun hal ini juga menyebabkan frustasi bagi beberapa pihak di ASEAN yang ingin terlibat dalam masalah ini secara lebih aktif.
Para pemimpin 10 negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara itu telah menyepakati ‘konsensus lima poin’ pada pertemuan puncak di Jakarta pada April lalu. Pertemuan ini mencakup penunjukan utusan khusus ASEAN untuk Myanmar.
Baca: Indonesia Kembali Desak Pemberian Akses Utusan Khusus ASEAN ke Myanmar.
Utusan itu bertugas menengahi dalam proses dialog antara berbagai pihak di negara itu, di mana pasukan pro-demokrasi digulingkan dari kekuasaan dalam kudeta 1 Februari. Pemimpin sipil Aung San Suu Kyi dijadikan tahanan rumah.
Sumber-sumber ASEAN mengatakan ada tiga calon utusan khusus, yakni Virasakdi Futrakul, mantan Wakil Menteri Luar Negeri Thailand dan diplomat veteran, Hassan Wirajuda, mantan Menteri Luar Negeri Indonesia, dan Razali Ismail, seorang Malaysia yang merupakan utusan khusus PBB untuk Myanmar pada tahun 2000-an yang ditugaskan untuk memfasilitasi rekonsiliasi nasional dan demokratisasi di negara ini.
Thailand, Indonesia, dan Malaysia semuanya ingin menjadi utusan. Namun, salah satu sumber ASEAN mengatakan, penunjukan utusan ASEAN sekarang tertunda "karena beberapa negara bersikeras bahwa calon mereka harus menjadi utusan, yaitu Indonesia."
"Kami harus berdiskusi lebih lanjut untuk menyelesaikan ini," tambah sumber itu, yang berbicara dengan syarat anonim kepada Kyodo, Selasa, 6 Juli 2021.
Di tengah 'pertikaian' di antara beberapa negara anggota, militer Myanmar tidak merasa tertekan untuk mengambil tindakan apa pun terkait masalah utusan tersebut.
Sebulan sejak Menteri Luar Negeri Brunei, Erywan Pehin Yusof, bertemu dengan pemimpin kudeta Jenderal Senior Min Aung Hlaing dan menyerahkan daftar calon utusan khusus selama kunjungannya ke Myanmar pada awal Juni, belum ada surat resmi dari militer tentang pilihannya.
Indonesia mempercayai mantan Menlu Hassan Wirajudha sebagai utusan khusus dapat membawa momentum menuju solusi. "Indonesia ingin melanjutkan prosesnya," kata sumber kedua ASEAN.
FOLLOW US
Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan