Kontroversi semakin memanas setelah beberapa sineas dan pengamat film angkat bicara, termasuk sutradara ternama Hanung Bramantyo.
Kritikan Pedas dari Hanung Bramantyo
Melalui unggahan di Instagram Story, Hanung Bramantyo mempertanyakan keputusan produser yang terkesan terburu-buru menayangkan film tersebut. Hanung juga heran bagaimana film ini bisa mendapatkan jadwal tayang di tengah antrean panjang ratusan film Indonesia lainnya.“Terus kenapa buru-buru tayang? Ironisnya kok bisa dapat tanggal tayang di tengah 200 judul film Indonesia ngantre tayang? Kopet!” tulis Hanung.
Hanung juga menyoroti anggaran produksi film yang kabarnya mencapai Rp6,8 miliar. Menurutnya, biaya sebesar itu tidak sebanding dengan kualitas yang dihasilkan.
“Rp7 miliar untuk film animasi, potong pajak 13 persen kisaran Rp 6 miliar. Kalau toh tidak dikorupsi, hasilnya tetap jelek!” tegasnya.
baca juga:
|
Menurut Hanung, standar film animasi yang berkualitas seharusnya membutuhkan biaya minimal Rp30 miliar ditambah biaya promosi sebesar Rp10 miliar, dengan waktu pengerjaan sekitar 5 tahun.
Visual Mirip Animasi Era 90-an
Pengamat film Nuty Laraswaty sependapat dengan Hanung Bramantyo. Menurutnya, pengalaman Hanung sebagai sineas membuatnya memiliki kredibilitas untuk menilai hal ini.“Mas Hanung pendapatnya bisa dijadikan patokan, karena memang sesuai kapasitasnya,” ucap Nuty kepada Medcom.id melalui pesan singkat.
Ia juga menilai visual film Merah Putih: One for All yang dianggapnya serupa dengan animasi zaman dulu, terutama jika dibandingkan dengan film animasi sukses seperti Jumbo.
“Seperti film animasi tempo dulu, jika dibandingkan dengan Jumbo,” jelasnya.
Nuty bahkan mengaitkan visual film ini dengan animasi-animasi pahlawan Indonesia yang sering ditayangkan di saluran TVRI pada era 90-an.
Kontroversi Sebagai Strategi Marketing?
Menanggapi pertanyaan apakah film ini layak tayang di bioskop, Nuty memberikan jawaban yang menarik.“Apakah ada alasan untuk tidak ditayangkan? Hati-hati dengan strategi marketing,” ungkap Nuty.
Nuty melihat kontroversi yang mengiringi film ini bisa menjadi strategi marketing yang menguntungkan.
Jika isu ini terus dibahas dari sisi yang sama, calon penonton mungkin akan merasa jenuh. Namun, jika ada sisi lain yang terungkap, hal itu justru bisa menimbulkan rasa penasaran dan menarik mereka untuk menonton.
“Ini tantangan terbesar bagi mereka untuk mempergunakan momen ini, menarik perhatian calon penonton untuk membuktikan teori mereka,” pungkasnya.
baca juga:
|
Kontroversi seputar film Merah Putih: One for All ini menarik untuk terus dicermati. Mampukah kontroversi ini menjadi bumerang atau justru sukses menarik penonton ke bioskop?
Merah Putih: One for All adalah film animasi dari rumah produksi Perfiki Kreasindo yang bertema Hari Kemerdekaan Indonesia. Film ini menceritakan tentang petualangan sekelompok anak dari berbagai latar belakang budaya yang bersatu untuk menemukan kembali bendera Merah Putih yang hilang agar dapat digunakan dalam perayaan kemerdekaan desa mereka.
Film Merah Putih: One for All dijadwalkan tayang di bioskop mulai 14 Agustus 2025, dengan tiket harga spesial Rp17.000 pada tanggal 17 Agustus 2025.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id