WISATA

Tegak Tiang Tuo, Langkah Penting Perlindungan Warisan Budaya Indonesia

Yatin Suleha
Selasa 11 Juni 2024 / 21:51
Jakarta: Indonesia yang kaya akan sejarah, patut bangga karena memiliki kompleks percandian agama Hindu-Buddha terluas di Asia Tenggara. Bernama Kompleks Percandian Muarajambi, menurut Wikipedia pertama kali dilaporkan pada tahun 1824 oleh seorang letnan Inggris bernama S.C. Crooke yang melakukan pemetaan daerah aliran sungai untuk kepentingan militer. 

Pemerintah Indonesia baru mulai melakukan pemugaran tahun 1975 yang dipimpin R. Soekmono. Berdasarkan aksara Jawa Kuno pada beberapa lempeng yang ditemukan, pakar epigrafi Boechari menyimpulkan peninggalan itu berkisar dari abad ke-7-12 Masehi. 

Memiliki luas 3981 hektar, Candi Muaro Jambi berdiri sejak abad ke-7 sampai ke-12 Masehi, namun ada juga yang menuliskan candi ini mulai dibangun sejak abad ke-4 M.


(Prosesi Tegak Tiang Tio ini diawali dengan peletakan emas, perak, besi, tapak kuda, dan sawang angin dan diakhiri dengan penaburan setabun tawar dan secupak garam. Foto: Dok. Istimewa)
 

Prosesi Tegak Tiang Tuo


Dan pada Rabu, 5 Juni 2024 prosesi peletakan batu pertama prosesi Tegak Tiang Tuo dilaksanakan untuk menandai secara resmi dijalankannya megaproyek Revitalisasi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi, di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.

Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Hilmar Farid, mengatakan bahwa prosesi Tegak Tiang Tuo merupakan langkah penting dalam perjalanan mewujudkan upaya pemerintah dalam mendorong perlindungan warisan budaya di Indonesia. 

Menurutnya, KCBN Muarajambi tidak hanya menjadi simbol keyakinan Buddha, tetapi juga pusat pendidikan dan destinasi spiritual.

“Melalui upaya ini, kami tidak hanya memperbaiki infrastruktur fisik tetapi juga berkomitmen untuk melakukan kajian mendalam terhadap peradaban Muarajambi yang hilang melalui ekskavasi benda sejarah, mengidentifikasi makna-makna budaya dan sejarah yang terkandung di dalamnya. Hal tersebut bertujuan untuk mengembalikan KCBN Muarajambi menjadi sumber inspirasi dan pengetahuan yang menyenangkan dan berkelanjutan bagi publik,” ungkap Hilmar.

Hilmar melanjutkan bahwa revitalisasi dan penataan KCBN Muarajambi ini merupakan tindak lanjut dari arahan Presiden Jokowi pada saat kunjungan beliau di Muarajambi. Ia menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah bekerja sama dan mengawal proses ini dengan teliti dan efisien.

Gubernur Jambi, Al Haris, dalam acara yang sama turut menyampaikan rasa syukurnya atas proses revitalisasi yang dilakukan. Prosesi Tegak Tiang Tuo akan menjadi bukti nyata bahwa nantinya di KCBN Muarajambi akan memiliki fasilitas yang melengkapi candi. 


(Dirjen Kemendikbudristek Hilmar Farid mengatakan KCBN Muarajambi tidak hanya menjadi simbol keyakinan Buddha, tetapi juga pusat pendidikan dan destinasi spiritual. Foto: Dok. Medcom.id/Istimewa)

“Saya berterima kasih kepada Pak Dirjen Kebudayaan yang telah meyakinkan kami sehingga revitalisasi ini dapat berjalan. Saya yakin setelah selesai, KCBN Muarajambi akan menjadi magnet yang besar bagi Jambi,” tuturnya.

Prosesi Tegak Tiang Tio ini diawali dengan peletakan emas, perak, besi, tapak kuda, dan sawang angin dan diakhiri dengan penaburan setabun tawar dan secupak garam. Setelah prosesi Tegak Tiang Tuo, acara dilanjutkan dengan penanaman pohon sebagai simbol komitmen untuk melestarikan lingkungan. 

Langkah ini menunjukkan bahwa pembangunan tidak hanya fokus pada aspek fisik candi tetapi juga pada keberlanjutan lingkungannya. Revitalisasi KCBN Muarajambi diharapkan membawa perubahan signifikan, khususnya bagi masyarakat sekitar, peradaban Indonesia, serta memperkuat identitas budaya Indonesia di mata dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH