WISATA
Hampir Rampung, Revitalisasi KCBN Muarajambi Utamakan Alam dan Lingkungan
Aulia Putriningtias
Jumat 02 Agustus 2024 / 12:11
Muara Jambi: Proses revitalisasi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi masih terus dilakukan. Hampir rampung, komitmen terhadap mengutamakan alam dan lingkungan semakin ditunjukkan.
Dalam memastikan proses revitalisasi ini tidak hanya memperhatikan aspek sejarah dan budaya, namun, turut melestarikan ekosistem yang ada di lokasi ini. KCBN Muarajambi tidak hanya berfokus pada cagar budaya, tetapi juga perlindungan alam dan lingkungan.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah mengambil langkah-langkah signifikan dengan mengedepankan perlindungan lingkungan. Langkah ini merupakan tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan budaya serta kontribusi budaya Indonesia di tengah peradaban dunia.
Agus Widiatmoko selaku Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V Jambi mengatakan jika pihaknya memahami bahwa revitalisasi KCBN Muara Jambi tidak hanya tentang melestarikan warisan budaya. Namun, juga menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Baca juga: Gastronomi Unik di Kawasan Candi Tertua di Asia Tenggara
"Oleh karena itu, kami memastikan bahwa proses revitalisasi dilakukan dengan sangat hati-hati dan mempertimbangkan dampaknya terhadap alam, termasuk melakukan ekskavasi secara manual dengan tangan manusia," kata Agus kepada tim Medcom.id, Rabu, 31 Juli 2024.
KCBN Muara Jambi melibatkan berbagai ahli untuk mewujudkan visi misi mereka, di mana mengedepankan alam dan lingkungan. Seperti melibatkan ahli botani untuk melakukan penelitian menyeluruh terhadap tanaman dan pohon yang terdapat di kawasan tersebut.

Agus Widiatmoko, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V Jambi. Dok. Aulia/Medcom
Saat ini, ada dua candi yang sedang menjalani tahap pemugaran yakni Candi Kotomahligai dan Candi Parit Duku. Sedangkan, penelitian pemugaran dilakukan di dua candi lainnya yakni Candi Sialang dan Menapo Alun-alun.
Ada 11 candi utama lainnya seperti Candi Kedaton, dan Candi Astano telah selesai dilakukan pemugaran. Pihak KCBN Muara Jambi pun menargetkan proses revitalisasi akan selesai pada Oktober 2024 mendatang.
Selain tenaga ahli, Agus mengatakan bahwa dalam proses revitalisasi KCBN Muara Jambi ini, melibatkan delapan desa. Delapan desa tersebut yakni Desa Muara Jambi, Danolamo, Desa Baru, Kemingking Luar, Kemingking Dalam, Teluk Jambu, Dusun Mudo, dan Tebat Patah.
Menurut Agus, proses revitalisasi bukan semata-mata hanya untuk menemukan kembali jejak pra sejarah yang sempat hilang. Namun, ini berhubungan dengan nilai-nilai budaya masyarakat sekitar.
"Untuk apa sih kita membongkar candi, menata lingkungan, kalau tidak untuk masyarakat? Sehingga, bersamaan dengan itu kita merevitalisasi nilai-nilai budaya yang ada di masyarakat," paparnya.

Selain candi, warga juga turut membuat kapal besar yang akan digunakan untuk keberlangsungan KCBN nantinya dan juga keseharian masyarakat. Uniknya, dalam proses membuat kapal di mana melibatkan ahli perkapalan, warga hanya diminta yang ingin melakukan saja.
"Kalau kita kebetulan yang mau-mau saja. Kalau tidak mengerti dari awal tidak apa-apa, belajar dari awal. Harapannya, warga bisa membuat kembali untuk sampan-sampan pribadi mereka," kata Shamodra, selaku Ahli Perkapalan.
Pengalaman bekerja langsung sejak awal secara serius ini membawa harapan bagi Agus agar muncul rasa memiliki dari diri mereka perihal merawat dan menjaga candi beserta kawasan.
"Karena kuncinya adalah pelibatan komunitas lokal di kawasan tersebut. Dengan begitu, rasa memiliki kawasan KCBN akan tumbuh dan menguat dengan sendirinya," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Dalam memastikan proses revitalisasi ini tidak hanya memperhatikan aspek sejarah dan budaya, namun, turut melestarikan ekosistem yang ada di lokasi ini. KCBN Muarajambi tidak hanya berfokus pada cagar budaya, tetapi juga perlindungan alam dan lingkungan.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah mengambil langkah-langkah signifikan dengan mengedepankan perlindungan lingkungan. Langkah ini merupakan tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan budaya serta kontribusi budaya Indonesia di tengah peradaban dunia.
Agus Widiatmoko selaku Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V Jambi mengatakan jika pihaknya memahami bahwa revitalisasi KCBN Muara Jambi tidak hanya tentang melestarikan warisan budaya. Namun, juga menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Baca juga: Gastronomi Unik di Kawasan Candi Tertua di Asia Tenggara
"Oleh karena itu, kami memastikan bahwa proses revitalisasi dilakukan dengan sangat hati-hati dan mempertimbangkan dampaknya terhadap alam, termasuk melakukan ekskavasi secara manual dengan tangan manusia," kata Agus kepada tim Medcom.id, Rabu, 31 Juli 2024.
KCBN Muara Jambi melibatkan berbagai ahli untuk mewujudkan visi misi mereka, di mana mengedepankan alam dan lingkungan. Seperti melibatkan ahli botani untuk melakukan penelitian menyeluruh terhadap tanaman dan pohon yang terdapat di kawasan tersebut.

Agus Widiatmoko, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V Jambi. Dok. Aulia/Medcom
Saat ini, ada dua candi yang sedang menjalani tahap pemugaran yakni Candi Kotomahligai dan Candi Parit Duku. Sedangkan, penelitian pemugaran dilakukan di dua candi lainnya yakni Candi Sialang dan Menapo Alun-alun.
Ada 11 candi utama lainnya seperti Candi Kedaton, dan Candi Astano telah selesai dilakukan pemugaran. Pihak KCBN Muara Jambi pun menargetkan proses revitalisasi akan selesai pada Oktober 2024 mendatang.
Melibatkan delapan desa dalam proses revitalisasi
Selain tenaga ahli, Agus mengatakan bahwa dalam proses revitalisasi KCBN Muara Jambi ini, melibatkan delapan desa. Delapan desa tersebut yakni Desa Muara Jambi, Danolamo, Desa Baru, Kemingking Luar, Kemingking Dalam, Teluk Jambu, Dusun Mudo, dan Tebat Patah.
Menurut Agus, proses revitalisasi bukan semata-mata hanya untuk menemukan kembali jejak pra sejarah yang sempat hilang. Namun, ini berhubungan dengan nilai-nilai budaya masyarakat sekitar.
"Untuk apa sih kita membongkar candi, menata lingkungan, kalau tidak untuk masyarakat? Sehingga, bersamaan dengan itu kita merevitalisasi nilai-nilai budaya yang ada di masyarakat," paparnya.

Selain candi, warga juga turut membuat kapal besar yang akan digunakan untuk keberlangsungan KCBN nantinya dan juga keseharian masyarakat. Uniknya, dalam proses membuat kapal di mana melibatkan ahli perkapalan, warga hanya diminta yang ingin melakukan saja.
"Kalau kita kebetulan yang mau-mau saja. Kalau tidak mengerti dari awal tidak apa-apa, belajar dari awal. Harapannya, warga bisa membuat kembali untuk sampan-sampan pribadi mereka," kata Shamodra, selaku Ahli Perkapalan.
Pengalaman bekerja langsung sejak awal secara serius ini membawa harapan bagi Agus agar muncul rasa memiliki dari diri mereka perihal merawat dan menjaga candi beserta kawasan.
"Karena kuncinya adalah pelibatan komunitas lokal di kawasan tersebut. Dengan begitu, rasa memiliki kawasan KCBN akan tumbuh dan menguat dengan sendirinya," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)