WISATA
Polemik Study Tour, Wamenpar: Utamakan Manfaatnya untuk Anak-anak
A. Firdaus
Kamis 15 Mei 2025 / 08:16
Jakarta: Beberapa daerah di Indonesia melarang kegiatan study tour sekolah. Yang paling vokal adalah Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Banten. Larangan ini bertujuan untuk meringankan beban ekonomi orang tua, mencegah risiko kecelakaan, dan juga untuk mengedepankan kegiatan pendidikan lokal.
Tapi kebijakan itu justru memunculkan polemik baru, seperti mulai berkurangnya pengunjung di destinasi-destinasi wisata, yang bisa memengaruhi sumber daya manusia di sektor pariwisata.
Wakil Menteri Pariwisata, Ni Luh Puspa membeberkan langkah yang dilakukan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) dalam menanggapi situasi ini. Menurutnya Kemenpar sedang melakukan peninjauan dan melakukan evalasi terkait kebijakan ini.
"Apakah memang melarang itu adalah solusi? Atau mungkin memang perlu dibuat pengaturan yang lebih jelas terkait dengan study tour ini? Karena sekali lagi ujung-ujungnya bukan soal menghasilkan uang bagi sektor pariwisata, tapi manfaatnya untuk adik-adik kita atau anak-anak kita di sekolah itu apa? Itu yang paling penting dari study tour," ujar Wamenpar Ni Luh saat memberikan sambutan pada acara Ngobrol Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Ngoprek) di Balairung Gedung Sapta Pesona, Rabu 14 Mei 2025.
Penting diketahui, wisata edukasi atau disebutnya study tour bukan hanya dilakukan oleh Indonesia. Negara-negara lain banyak yang datang ke Indonesia untuk kemudian melakukan edu tourism.
Baca juga: Mencari Target Pasar Baru setelah Okupansi Hotel Menurun akibat Kebijakan Efisiensi Anggaran Pemerintah
"Mereka (pelajar dari luar negeri) datang ke Indonesia untuk belajar tentang budaya kita, untuk belajar tentang masyarakat Indonesia, untuk belajar tentang alam dan lain sebagainya," ucap Ni Luh.
"Sebenarnya kan tujuannya adalah bagaimana agar bisa menumbuhkan rasa cinta tanah air di tengah hati anak-anak kita. Ketika datang ke satu tempat mereka jadi menambah pengetahuannya, oh kalau di tempat saya ada tari legong, ternyata kalau di daerah lain ada tari apa? Ya seperti itulah misalnya. Kan sebenarnya tujuannya itu, oh kalau di tempat saya ini disebutnya adalah singkong, ternyata di tempat lain bukan disebut singkong," terangnya.
Tujuan dari Eduwisata itu, kata Ni Luh, adalah cultural exchange, adanya ilmu pengetahuan, dan yang paling penting dari adanya eduwisata ini adalah rasa bangga terhadap tanah airnya sendiri.
Untuk itu, yang harus dilakukan adalah berkolaborasi mengatur study tour ini supaya jelas. Maka Kemenpar saat ini sedang menyusun panduan-panduannya, dan yang paling penting adalah keamanannya.
"Tetapi yang perlu kami lakukan adalah mengkoordinasikan itu semua, me-manage itu semua supaya all stakeholders bisa satu suara, bisa satu rasa, satu napas dan satu tujuan begitu dengan pemandu wisata itu. Sekali lagi yang penting-pentingnya adalah kemanfaatan," tegas Ni Luh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Tapi kebijakan itu justru memunculkan polemik baru, seperti mulai berkurangnya pengunjung di destinasi-destinasi wisata, yang bisa memengaruhi sumber daya manusia di sektor pariwisata.
Wakil Menteri Pariwisata, Ni Luh Puspa membeberkan langkah yang dilakukan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) dalam menanggapi situasi ini. Menurutnya Kemenpar sedang melakukan peninjauan dan melakukan evalasi terkait kebijakan ini.
"Apakah memang melarang itu adalah solusi? Atau mungkin memang perlu dibuat pengaturan yang lebih jelas terkait dengan study tour ini? Karena sekali lagi ujung-ujungnya bukan soal menghasilkan uang bagi sektor pariwisata, tapi manfaatnya untuk adik-adik kita atau anak-anak kita di sekolah itu apa? Itu yang paling penting dari study tour," ujar Wamenpar Ni Luh saat memberikan sambutan pada acara Ngobrol Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Ngoprek) di Balairung Gedung Sapta Pesona, Rabu 14 Mei 2025.
Penting diketahui, wisata edukasi atau disebutnya study tour bukan hanya dilakukan oleh Indonesia. Negara-negara lain banyak yang datang ke Indonesia untuk kemudian melakukan edu tourism.
Baca juga: Mencari Target Pasar Baru setelah Okupansi Hotel Menurun akibat Kebijakan Efisiensi Anggaran Pemerintah
"Mereka (pelajar dari luar negeri) datang ke Indonesia untuk belajar tentang budaya kita, untuk belajar tentang masyarakat Indonesia, untuk belajar tentang alam dan lain sebagainya," ucap Ni Luh.
"Sebenarnya kan tujuannya adalah bagaimana agar bisa menumbuhkan rasa cinta tanah air di tengah hati anak-anak kita. Ketika datang ke satu tempat mereka jadi menambah pengetahuannya, oh kalau di tempat saya ada tari legong, ternyata kalau di daerah lain ada tari apa? Ya seperti itulah misalnya. Kan sebenarnya tujuannya itu, oh kalau di tempat saya ini disebutnya adalah singkong, ternyata di tempat lain bukan disebut singkong," terangnya.
Tujuan dari Eduwisata itu, kata Ni Luh, adalah cultural exchange, adanya ilmu pengetahuan, dan yang paling penting dari adanya eduwisata ini adalah rasa bangga terhadap tanah airnya sendiri.
Untuk itu, yang harus dilakukan adalah berkolaborasi mengatur study tour ini supaya jelas. Maka Kemenpar saat ini sedang menyusun panduan-panduannya, dan yang paling penting adalah keamanannya.
"Tetapi yang perlu kami lakukan adalah mengkoordinasikan itu semua, me-manage itu semua supaya all stakeholders bisa satu suara, bisa satu rasa, satu napas dan satu tujuan begitu dengan pemandu wisata itu. Sekali lagi yang penting-pentingnya adalah kemanfaatan," tegas Ni Luh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)