FITNESS & HEALTH
Transplantasi Sel Punca Darah jadi Harapan Baru untuk Pasien Talasemia Mayo
Medcom
Kamis 05 September 2024 / 11:12
Jakarta: Pasien Talasemia Mayor kini dapat membebaskan diri dari transfusi darah seumur hidup dengan Transplantasi Sel Punca Darah. Talasemia mayor sendiri merupakan penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kekurangan sintesis rantai B-globulin hemoglobin sehingga menyebabkan anemia berat.
Talasemia merupakan kondisi kronik yang membutuhkan terapi seumur hidup dan anak-anak dengan penyakit ini membutuhkan transfusi darah seumur hidupnya. Sampai saat ini, transplantasi ini merupakan satu-satunya cara yang dapat dilakukan agar pasien Talasemia Mayor terbebas dari transfusi dan jika dilakukan pada usia yang masih muda, angka keberhasilan transplantasi Sel Punca Darah dapat mencapai 74,5%.
Transplantasi ini menggunakan Sel Punca Darah, yang merupakan sel induk pembentuk sel-sel darah, di antaranya sel darah merah, sel darah putih dan keping darah. Sel punca jenis ini dapat diperoleh dari sumsum tulang, darah perifer dan darah tali pusat.
Baca juga: Dapat Dibutuhkan Jangka Panjang, Kini Bisa Menyimpan Tali Pusat dengan Aman
Transplantasi Sel Punca Darah merupakan terapi yang umum dilakukan di negara lain. Di Indonesia sendiri, transplantasi tersebut sebetulnya sudah dapat dilakukan meskipun masih terbatas jumlahnya. Tidak jarang juga pasien yang ingin menjalani transplantasi kemudian dirujuk ke rumah sakit di luar negeri.
"Transplantasi Sel Punca Darah sudah dapat dilakukan di Indonesia, salah satunya di Tzu Chi Hospital Pantai Indah Kapuk. Memang, di Indonesia, jumlah rumah sakit yang mampu melakukan terapi ini masih belum banyak, karena adanya keterbatasan fasilitas dan ketersediaan obat-obatan yang dibutuhkan dalam transplantasi," jelas dr. Edi Tehuteru, dokter spesialis anak di Tzu Chi Hospital Pantai Indah Kapuk.
"Selain itu, tidak semua rumah sakit dapat memberikan layanan Transplantasi Sel Punca Darah karena terapi ini membutuhkan ruang rawat khusus yang dijaga sterilitasnya untuk menekan kemungkinan terjadinya komplikasi pasca transplantasi," sambungnya.
Anak-anak yang menjalani transplantasi, kata dr. Edi, harus dirawat di dalam kamar steril selama kurang lebih 30 hari. Tepatnya, setelah sel punca diinfuskan ke dalam tubuhnya sampai sel punca yang ditransplantasikan dapat berfungsi dengan baik dan sistem imunnya siap.
Ia mengatakan, Kendala lain yang dihadapi saat akan melakukan transplantasi adalah sulitnya mencari donor sel punca karena kebanyakan transplantasi yang dilakukan untuk kelainan darah seperti Talasemia membutuhkan sel punca dari orang lain.
"Sayangnya, negara kita belum memiliki bank data sel punca publik seperti di negara-negara lain. Hal ini akan memperpanjang waktu yang dibutuhkan dalam menemukan donor yang cocok," ujar dr. Edi.
Keterbatasan yang terjadi di Indonesia inilah yang kemudian mendorong PT Cordlife Persada untuk giat memperkenalkan praktik penyimpanan darah tali pusat sejak tahun 2007. Darah tali pusat merupakan salah satu sumber Sel Punca Darah yang dapat digunakan dalam transplantasi untuk penyakit-penyakit yang berkaitan dengan kelainan darah seperti Leukemia dan Talasemia.
"Penyimpanan darah tali pusat bersifat seperti tabungan yang dapat digunakan pada waktu dibutuhkan. Tujuan utama penyimpanan darah tali pusat yaitu sebagai simpanan yang dapat digunakan oleh bayi pemilik darah tali pusat itu sendiri jika dibutuhkan di saat ia bertumbuh dewasa," ujar dr. Meriana Virtin, Medical Advisor PT Cordlife Persada.
Namun demikian, darah tali pusat yang disimpan ini juga mungkin bisa bermanfaat bagi keluarga jika ada yang membutuhkan transplantasi sel punca.
"Itu sebabnya kami mendorong orang tua untuk menyimpan darah tali pusat setiap anak mereka karena semakin banyak anak yang sel puncanya disimpan, maka keluarga tersebut akan memiliki keragaman sel punca yang semakin banyak pula. Hal ini akan meningkatkan kemungkinan
menemukan sel punca yang cocok untuk digunakan ketika salah satu anggota keluarga membutuhkannya untuk terapi," kata dr. Meriana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
Talasemia merupakan kondisi kronik yang membutuhkan terapi seumur hidup dan anak-anak dengan penyakit ini membutuhkan transfusi darah seumur hidupnya. Sampai saat ini, transplantasi ini merupakan satu-satunya cara yang dapat dilakukan agar pasien Talasemia Mayor terbebas dari transfusi dan jika dilakukan pada usia yang masih muda, angka keberhasilan transplantasi Sel Punca Darah dapat mencapai 74,5%.
Transplantasi ini menggunakan Sel Punca Darah, yang merupakan sel induk pembentuk sel-sel darah, di antaranya sel darah merah, sel darah putih dan keping darah. Sel punca jenis ini dapat diperoleh dari sumsum tulang, darah perifer dan darah tali pusat.
Baca juga: Dapat Dibutuhkan Jangka Panjang, Kini Bisa Menyimpan Tali Pusat dengan Aman
Transplantasi Sel Punca Darah merupakan terapi yang umum dilakukan di negara lain. Di Indonesia sendiri, transplantasi tersebut sebetulnya sudah dapat dilakukan meskipun masih terbatas jumlahnya. Tidak jarang juga pasien yang ingin menjalani transplantasi kemudian dirujuk ke rumah sakit di luar negeri.
"Transplantasi Sel Punca Darah sudah dapat dilakukan di Indonesia, salah satunya di Tzu Chi Hospital Pantai Indah Kapuk. Memang, di Indonesia, jumlah rumah sakit yang mampu melakukan terapi ini masih belum banyak, karena adanya keterbatasan fasilitas dan ketersediaan obat-obatan yang dibutuhkan dalam transplantasi," jelas dr. Edi Tehuteru, dokter spesialis anak di Tzu Chi Hospital Pantai Indah Kapuk.
"Selain itu, tidak semua rumah sakit dapat memberikan layanan Transplantasi Sel Punca Darah karena terapi ini membutuhkan ruang rawat khusus yang dijaga sterilitasnya untuk menekan kemungkinan terjadinya komplikasi pasca transplantasi," sambungnya.
Anak-anak yang menjalani transplantasi, kata dr. Edi, harus dirawat di dalam kamar steril selama kurang lebih 30 hari. Tepatnya, setelah sel punca diinfuskan ke dalam tubuhnya sampai sel punca yang ditransplantasikan dapat berfungsi dengan baik dan sistem imunnya siap.
Ia mengatakan, Kendala lain yang dihadapi saat akan melakukan transplantasi adalah sulitnya mencari donor sel punca karena kebanyakan transplantasi yang dilakukan untuk kelainan darah seperti Talasemia membutuhkan sel punca dari orang lain.
"Sayangnya, negara kita belum memiliki bank data sel punca publik seperti di negara-negara lain. Hal ini akan memperpanjang waktu yang dibutuhkan dalam menemukan donor yang cocok," ujar dr. Edi.
Keterbatasan yang terjadi di Indonesia inilah yang kemudian mendorong PT Cordlife Persada untuk giat memperkenalkan praktik penyimpanan darah tali pusat sejak tahun 2007. Darah tali pusat merupakan salah satu sumber Sel Punca Darah yang dapat digunakan dalam transplantasi untuk penyakit-penyakit yang berkaitan dengan kelainan darah seperti Leukemia dan Talasemia.
"Penyimpanan darah tali pusat bersifat seperti tabungan yang dapat digunakan pada waktu dibutuhkan. Tujuan utama penyimpanan darah tali pusat yaitu sebagai simpanan yang dapat digunakan oleh bayi pemilik darah tali pusat itu sendiri jika dibutuhkan di saat ia bertumbuh dewasa," ujar dr. Meriana Virtin, Medical Advisor PT Cordlife Persada.
Namun demikian, darah tali pusat yang disimpan ini juga mungkin bisa bermanfaat bagi keluarga jika ada yang membutuhkan transplantasi sel punca.
"Itu sebabnya kami mendorong orang tua untuk menyimpan darah tali pusat setiap anak mereka karena semakin banyak anak yang sel puncanya disimpan, maka keluarga tersebut akan memiliki keragaman sel punca yang semakin banyak pula. Hal ini akan meningkatkan kemungkinan
menemukan sel punca yang cocok untuk digunakan ketika salah satu anggota keluarga membutuhkannya untuk terapi," kata dr. Meriana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)