FITNESS & HEALTH

Jangan Lengah, Demam Turun saat DBD Belum tentu Sembuh

Medcom
Rabu 19 Oktober 2022 / 12:45
Jakarta: Demam berdarah menjadi salah satu ancaman utama kesehatan masyarakat di dunia. Terlebih Indonesia yang merupakan negara tropis menjadi daerah yang seringkali terdampak penyakit ini.

Memasuki kuartal terakhir 2022, penyebaran penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti diperkirakan akan memuncak. Tepatnya saat curah hujan tinggi pada sekitar bulan Oktober hingga November tahun ini.

Demam berdarah tidak memandang umur. Bukan hanya anak-anak, dewasa juga bisa mengalaminya. Data Kemenkes mencatat bahwa dari 94 ribu lebih kasus DBD, 39,96 persen terjadi pada golongan umur 14-44 tahun dan 35,61 persen terjadi pada golongan umur 5-14 tahun.

“Gejala yang dapat dirasakan saat terkena infeksi virus dengue, demam mendadak tinggi disertai sakit kepala dan linu atau nyeri pada otot dan tulang. Apabila tidak segera dipastikan penyebabnya, maka akan menyebabkan komplikasi seperti syok atau perdarahan. Bahkan dapat menyebabkan kematian,” kata Dr. dr. Erni Juwita Nelwan, PhD, SpPD-KPTI, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Penyakit Tropik Infeksi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - RS Cipto Mangunkusumo.

Dr. Erni lebih lanjut menjelaskan bahwa ada dua fase yang biasa ditemukan oleh masyarakat dengan diagnosis klinis ringan, yaitu fase demam dan juga fase kritis. Fase demam ditandai dengan demam sekitar 2 hingga 7 hari. Sementara fase kritis, biasanya demam turun pada hari ke-4 hingga ke-6.

Namun, fase kritis bukanlah ketika pasien mengalami sembuh secara perlahan. Dokter dan perawat justru melakukan pemantauan yang intensif pada fase ini. Karena fase kritis ini bisa menyebabkan fase syok yang dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan baik.

“Hari ke-4 hingga ke-6 biasanya fase syok atau kritis dan harus dipantau dengan baik untuk menghindari masalah serius,” kata dr. Hindra Irawan Satari, Sp.A(K) selaku spesialis Anak.

Masyarakat, khususnya orang tua dan anak yang menjadi pasien demam berdarah ini seringkali menanggapi bahwa penurunan demam mulai pada hari ke-4 ini merupakan bukti seseorang telah mulai sembuh. Padahal, pada fase tersebut harus menjadi pantauan.

“Saya biasanya memberikan waktu satu minggu ke orang tua, kaya kalau Senin baru dirawat, lalu ditanya anak bisa pulang kapan, saya biasa menjawab Selasa atau Rabu. Karena kita harus benar-benar memantau pasien saat mengalami fase kritis ini,” jelas dr. Hindra Irawan.

Pada fase kritis ini, para dokter akan memantau melalui penelitian laboratorium. Karena fase ini tidak bisa didiagnosis hanya dengan naik atau turunnya demam saja, Selama fase syok ini, dokter biasanya memberikan cairan khusus untuk mengobati agar tidak terjadi masalah serius.

“Biasanya fase kritis bisa mengecoh orang tua dan dokter. Cairan untuk menangani dengue harus segera diberikan dan terus menerus dipantau dengan tepat,” kata dr. Hindra Irawan.

Dr. Erni menyampaikan juga, jika seseorang telah merasakan gejala demam berdarah, sebaiknya langsung pergi ke fasilitas kesehatan untuk dilakukan pengecekan. Lalu tidak lupa untuk menerapkan 3M Plus sebagai pencegahan dari penyakit ini.

“Oleh karena itu, penting sekali seluruh lapisan masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan dengue, melalui 3M plus, hingga vaksinasi dengue,” pungkas Dr. Erni.

Aulia Putriningtias
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH