Jakarta: Siklus menstruasi normal umumnya berlangsung antara 21 hingga 35 hari, dengan rata-rata 28 hari. Durasi menstruasi (pendarahan) sendiri biasanya berkisar 2 hingga 7 hari. Namun, penting untuk diingat bahwa setiap wanita bisa memiliki siklus yang sedikit berbeda, dan variasi ini masih dianggap normal lho!
Siklus ini diatur oleh interaksi kompleks berbagai hormon misalnya hormon estrogen, hormon progesteron, hormon Perangsang Folikel (FSH), dan hormon luteinizing (LH).
Baca juga: Dokter: 1 dari 4 Perempuan Berisiko Alami Pendarahan Menstruasi Berat
Dalam laman resmi Alodokter disebutkan bahwa seorang wanita juga dapat mengalami perubahan setiap bulannya akibat beberapa kondisi misalnya karena stres, kurang tidur, kelebihan berat badan, alat kontrasepsi, kehamilan, serta adanya kondisi penyakit tertentu juga dapat mengakibatkan menstruasi menjadi tidak lancar.
Dinukil dari berbagai sumber, ada empat fase siklus menstruasi yang terjadi, antara lain:
Ini adalah fase awal siklus, dimulai pada hari pertama pendarahan. Jika kehamilan tidak terjadi, lapisan rahim (endometrium) yang menebal akan meluruh dan keluar sebagai darah menstruasi melalui vagina.
.jpg)
(Saat terjadi kelainan menstruasi misalnya menstruasi terjadi lebih banyak dan lama, nyeri hebat saat menstruasi, menstruasi terlambat atau terhenti ada baiknya berkonsultasi dengan dokter. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Fase ini dimulai pada hari pertama menstruasi dan berakhir saat ovulasi. Otak melepaskan Hormon Perangsang Folikel (FSH) yang merangsang pertumbuhan beberapa folikel (kantong kecil berisi sel telur) di ovarium.
Ini adalah masa paling subur dalam siklus. Peningkatan kadar estrogen yang tinggi memicu lonjakan Hormon Luteinizing (LH) dari otak. Lonjakan LH ini menyebabkan folikel dominan pecah dan melepaskan sel telur yang matang ke tuba falopi. Proses inilah yang disebut ovulasi.
Sel telur hanya dapat bertahan hidup dan dibuahi selama sekitar 12-24 jam setelah dilepaskan. Namun, sperma dapat bertahan di dalam saluran reproduksi wanita hingga 3-5 hari, sehingga berhubungan intim beberapa hari sebelum ovulasi juga bisa menyebabkan kehamilan.
Tanda-tanda ovulasi yang mungkin dirasakan yaitu peningkatan gairah seksual, payudara terasa nyeri atau sensitif, perubahan lendir serviks menjadi lebih jernih, licin, dan elastis, dan lainnya.
Setelah ovulasi, folikel yang pecah akan berubah menjadi korpus luteum. Korpus luteum menghasilkan progesteron dan sedikit estrogen.
Progesteron berperan penting dalam menjaga lapisan rahim tetap tebal dan subur, siap untuk implantasi (penempelan) embrio jika terjadi pembuahan. Jika sel telur dibuahi dan terjadi kehamilan, korpus luteum akan terus memproduksi progesteron untuk mendukung kehamilan awal.
Jika tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan mengerut dan berhenti memproduksi hormon. Penurunan kadar progesteron ini menyebabkan lapisan rahim meluruh, menandai dimulainya fase menstruasi berikutnya.
Baca juga: Pendarahan Menstruasi Berat Pada Wanita Tak Bisa Dibiarkan, Ini Penanganannya
Perlu kamu ketahui bahwa darah menstruasi umumnya berwarna merah segar dan cerah. Namun perlu juga untuk diwaspadai terkait cairan berwarna kuning yang keluar dari vagina, apakah disertai nyeri, gatal, berbau amis serta kondisi lain yang dirasakan. Jika iya sebaiknya konsultasikan dengan dokter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Siklus ini diatur oleh interaksi kompleks berbagai hormon misalnya hormon estrogen, hormon progesteron, hormon Perangsang Folikel (FSH), dan hormon luteinizing (LH).
Baca juga: Dokter: 1 dari 4 Perempuan Berisiko Alami Pendarahan Menstruasi Berat
Dalam laman resmi Alodokter disebutkan bahwa seorang wanita juga dapat mengalami perubahan setiap bulannya akibat beberapa kondisi misalnya karena stres, kurang tidur, kelebihan berat badan, alat kontrasepsi, kehamilan, serta adanya kondisi penyakit tertentu juga dapat mengakibatkan menstruasi menjadi tidak lancar.
4 fase menstruasi
Dinukil dari berbagai sumber, ada empat fase siklus menstruasi yang terjadi, antara lain:
1. Fase menstruasi (Hari 1-5, bisa sampai 7)
Ini adalah fase awal siklus, dimulai pada hari pertama pendarahan. Jika kehamilan tidak terjadi, lapisan rahim (endometrium) yang menebal akan meluruh dan keluar sebagai darah menstruasi melalui vagina.
2. Fase folikuler (Hari 1-13, bersamaan dengan fase menstruasi di awal)
.jpg)
(Saat terjadi kelainan menstruasi misalnya menstruasi terjadi lebih banyak dan lama, nyeri hebat saat menstruasi, menstruasi terlambat atau terhenti ada baiknya berkonsultasi dengan dokter. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Fase ini dimulai pada hari pertama menstruasi dan berakhir saat ovulasi. Otak melepaskan Hormon Perangsang Folikel (FSH) yang merangsang pertumbuhan beberapa folikel (kantong kecil berisi sel telur) di ovarium.
3. Fase ovulasi (Sekitar Hari ke-14 pada siklus 28 hari)
Ini adalah masa paling subur dalam siklus. Peningkatan kadar estrogen yang tinggi memicu lonjakan Hormon Luteinizing (LH) dari otak. Lonjakan LH ini menyebabkan folikel dominan pecah dan melepaskan sel telur yang matang ke tuba falopi. Proses inilah yang disebut ovulasi.
Sel telur hanya dapat bertahan hidup dan dibuahi selama sekitar 12-24 jam setelah dilepaskan. Namun, sperma dapat bertahan di dalam saluran reproduksi wanita hingga 3-5 hari, sehingga berhubungan intim beberapa hari sebelum ovulasi juga bisa menyebabkan kehamilan.
Tanda-tanda ovulasi yang mungkin dirasakan yaitu peningkatan gairah seksual, payudara terasa nyeri atau sensitif, perubahan lendir serviks menjadi lebih jernih, licin, dan elastis, dan lainnya.
4. Fase luteal (Hari ke-15 hingga ke-28):
Setelah ovulasi, folikel yang pecah akan berubah menjadi korpus luteum. Korpus luteum menghasilkan progesteron dan sedikit estrogen.
Progesteron berperan penting dalam menjaga lapisan rahim tetap tebal dan subur, siap untuk implantasi (penempelan) embrio jika terjadi pembuahan. Jika sel telur dibuahi dan terjadi kehamilan, korpus luteum akan terus memproduksi progesteron untuk mendukung kehamilan awal.
Jika tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan mengerut dan berhenti memproduksi hormon. Penurunan kadar progesteron ini menyebabkan lapisan rahim meluruh, menandai dimulainya fase menstruasi berikutnya.
Baca juga: Pendarahan Menstruasi Berat Pada Wanita Tak Bisa Dibiarkan, Ini Penanganannya
Perlu kamu ketahui bahwa darah menstruasi umumnya berwarna merah segar dan cerah. Namun perlu juga untuk diwaspadai terkait cairan berwarna kuning yang keluar dari vagina, apakah disertai nyeri, gatal, berbau amis serta kondisi lain yang dirasakan. Jika iya sebaiknya konsultasikan dengan dokter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)