FITNESS & HEALTH
Fase Relapse dalam Dunia Percintaan dan Cara Menghindarinya
Mia Vale
Kamis 26 September 2024 / 23:03
Jakarta: Pemulihan dari kecanduan narkoba dan alkohol memang sulit dilakukan. Tapi, menghadapi peristiwa yang menimbulkan stres emosional seperti putus cinta, juga bisa membuat proses pemulihan jadi lebih menantang.
Ya, berakhirnya suatu hubungan, terutama hubungan jangka panjang, dapat menyebabkan depresi, rasa tidak aman, kesedihan, dan kemarahan.
Namun saat hatimu mulai pulih, bukan tidak mungkin kamu akan kembali mengingat apa saja yang sudah lamu dan pasangan lalui. Dan hal ini membuat kamu ingin kembali menjalani apa yang sudah menjadi kenangan.
Boleh dibilang, stres emosional akibat putus cinta bisa sangat menyakitkan untuk diatasi saat sedang dalam masa pemulihan. Menukil laman Psychology Today, yang terjadi pada hubungan ini bisa dibilang, kamu berada pada fase relapse atau kambuh.
Dikutip dari sebuah buku berjudul "Loving Wounded Soul" (2019), karangan Machdy, relapse didefinisikan sebagai kembalinya gejala-gejala utama ketika seseorang hampir pulih. Terkadang, perasaan ini diikuti dengan harapan bahwa hubungan yang rusak masih dapat diperbaiki. Sebenarnya, apa dampak bila kamu mengalami fase relapse?
Mungkin, bagi sebagian orang akan menganggap kamu tidak bisa 'move on' bila berada pada fase relapse. Padahal, banyak faktor yang membuat seseorang berada pada fase ini setelah putus cinta.
Dan yang menjadi alasan utama, biasanya karena orang tersebut merasa kesepian. Hal ini dikarenakan dia merindukan hadirnya sang mantan akibat rasa nyaman yang sudah dimiliki ketika masih memiliki hubungan asmara dengan pasangannya.
Selain kenyamanan secara emosional, kenangan-kenangan indah saat bersama juga bisa menjadi faktor fase relapse. Hal ini jelas memudarkan ingatan terhadap konflik dan alasan mereka putus.
Masa depan yang tidak pasti, teman, lingkungan, atau keluarga juga bisa jadi faktor terjadinya fase relapse. Untuk mencegah terjadinya relapse, ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan.
Merasa sakit hati, sedih, tidak aman, dan dikhianati setelah putus cinta adalah hal yang wajar – hal terbaik yang harus dilakukan adalah membiarkan diri kamu berduka dulu. Perpisahan adalah sebuah kehilangan.
Mengutip laman Windwill Wellness, luangkan waktu untuk menangis dan meratapi berakhirnya hubungan selama beberapa hari – setelah periode ini, kamu dapat mulai melangkah maju. Ingat, jangan larut atau memendam kesedihan, karena berpotensi akan mengalami fase relapse.
.jpg)
(Berikan diri kamu hal yang nyaman dalam fase relapse misalnya dengan melakukan spa. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Sistem pendukung tidak hanya penting untuk pemulihan secara umum, tetapi sekelompok teman dan keluarga tepercaya dapat membantu kamu pulih dari putus cinta. Jangkau orang-orang yang tidak mengingatkanmu tentang sang mantan.
Atau ceritalah apa yang kamu rasakan kepada orang-orang yang kamu kenal dan mau mendengar kesedihanmu. Bisa juga menghubungi dengan profesional dapat membantu kamu menemukan strategi sehat untuk mengatasi emosi kuat yang terkait dengan pemulihan dan perpisahan.
Saat putus cinta dan merasakan emosi yang kuat, biasanya seseorang akan lari ke hal negatif. Tentunya ini tidak akan menyeleaaikan masalah perasaanmu. Sebaiknya, luangkan waktu untuk memanjakan dan membahagiakan diri sendiri.
Pesanlah beberapa makanan favorit, pergi ke spa, tonton acara televisi favorit. Atau luangkan satu atau dua hari untuk fokus pada diri sendiri dan hal-hal yang membuat kamu bahagia.
Strategi umum lainnya untuk menghadapi putus cinta adalah dengan mengubah penampilan fisik. Melakukan hal ini dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri dan membantu merasa lebih baik tentang diri sendiri, serta memberi sinyal bahwa kamu sedang bergerak maju dalam hidup.
Cobalah gaya rambut baru atau warna rambut baru. Tapi jangan melakukan perubahan drastis pada penampilanmu selama periode ini. Ini bertujuan untuk membuat kamh merasa percaya diri dan nyaman dengan diri sendiri.
Selama menjalin hubungan, kamu mungkin kehilangan kontak dengan teman lama dan anggota keluarga yang pernah bersama sebelumnya. Jika sudah lama tidak bertemu atau berbicara dengan teman baik, luangkan waktu setelah putus untuk menghubungi dan membuat rencana. Pertemuan-pertemuan ini akan membantu mengurangi perasaan kesepian dan meringankan rasa sakit karena putus cinta.
Dengan beberapa trik di atas, diharapkan dapat membantu kamu menghindari kekambuhan (relapse) setelah putus cinta. Namun ingat, pemulihan tidak selalu berjalan lurus. Jika kamu mengalami kekambuhan setelah putus cinta, jangan panik, kamu bisa kembali ke jalur pemulihan. Carilah orang yang bisa membantumu untuk melewatinya sesegera mungkin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Ya, berakhirnya suatu hubungan, terutama hubungan jangka panjang, dapat menyebabkan depresi, rasa tidak aman, kesedihan, dan kemarahan.
Namun saat hatimu mulai pulih, bukan tidak mungkin kamu akan kembali mengingat apa saja yang sudah lamu dan pasangan lalui. Dan hal ini membuat kamu ingin kembali menjalani apa yang sudah menjadi kenangan.
Boleh dibilang, stres emosional akibat putus cinta bisa sangat menyakitkan untuk diatasi saat sedang dalam masa pemulihan. Menukil laman Psychology Today, yang terjadi pada hubungan ini bisa dibilang, kamu berada pada fase relapse atau kambuh.
Dikutip dari sebuah buku berjudul "Loving Wounded Soul" (2019), karangan Machdy, relapse didefinisikan sebagai kembalinya gejala-gejala utama ketika seseorang hampir pulih. Terkadang, perasaan ini diikuti dengan harapan bahwa hubungan yang rusak masih dapat diperbaiki. Sebenarnya, apa dampak bila kamu mengalami fase relapse?
Faktor fase repalse
Mungkin, bagi sebagian orang akan menganggap kamu tidak bisa 'move on' bila berada pada fase relapse. Padahal, banyak faktor yang membuat seseorang berada pada fase ini setelah putus cinta.
Dan yang menjadi alasan utama, biasanya karena orang tersebut merasa kesepian. Hal ini dikarenakan dia merindukan hadirnya sang mantan akibat rasa nyaman yang sudah dimiliki ketika masih memiliki hubungan asmara dengan pasangannya.
Selain kenyamanan secara emosional, kenangan-kenangan indah saat bersama juga bisa menjadi faktor fase relapse. Hal ini jelas memudarkan ingatan terhadap konflik dan alasan mereka putus.
Masa depan yang tidak pasti, teman, lingkungan, atau keluarga juga bisa jadi faktor terjadinya fase relapse. Untuk mencegah terjadinya relapse, ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan.
Berikan waktu untuk 'bersedih'
Merasa sakit hati, sedih, tidak aman, dan dikhianati setelah putus cinta adalah hal yang wajar – hal terbaik yang harus dilakukan adalah membiarkan diri kamu berduka dulu. Perpisahan adalah sebuah kehilangan.
Mengutip laman Windwill Wellness, luangkan waktu untuk menangis dan meratapi berakhirnya hubungan selama beberapa hari – setelah periode ini, kamu dapat mulai melangkah maju. Ingat, jangan larut atau memendam kesedihan, karena berpotensi akan mengalami fase relapse.
Berada di lingkungan baru
.jpg)
(Berikan diri kamu hal yang nyaman dalam fase relapse misalnya dengan melakukan spa. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Sistem pendukung tidak hanya penting untuk pemulihan secara umum, tetapi sekelompok teman dan keluarga tepercaya dapat membantu kamu pulih dari putus cinta. Jangkau orang-orang yang tidak mengingatkanmu tentang sang mantan.
Atau ceritalah apa yang kamu rasakan kepada orang-orang yang kamu kenal dan mau mendengar kesedihanmu. Bisa juga menghubungi dengan profesional dapat membantu kamu menemukan strategi sehat untuk mengatasi emosi kuat yang terkait dengan pemulihan dan perpisahan.
Manjakan diri sendiri
Saat putus cinta dan merasakan emosi yang kuat, biasanya seseorang akan lari ke hal negatif. Tentunya ini tidak akan menyeleaaikan masalah perasaanmu. Sebaiknya, luangkan waktu untuk memanjakan dan membahagiakan diri sendiri.
Pesanlah beberapa makanan favorit, pergi ke spa, tonton acara televisi favorit. Atau luangkan satu atau dua hari untuk fokus pada diri sendiri dan hal-hal yang membuat kamu bahagia.
Ubah penampilan
Strategi umum lainnya untuk menghadapi putus cinta adalah dengan mengubah penampilan fisik. Melakukan hal ini dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri dan membantu merasa lebih baik tentang diri sendiri, serta memberi sinyal bahwa kamu sedang bergerak maju dalam hidup.
Cobalah gaya rambut baru atau warna rambut baru. Tapi jangan melakukan perubahan drastis pada penampilanmu selama periode ini. Ini bertujuan untuk membuat kamh merasa percaya diri dan nyaman dengan diri sendiri.
Kembali bersosialisasi
Selama menjalin hubungan, kamu mungkin kehilangan kontak dengan teman lama dan anggota keluarga yang pernah bersama sebelumnya. Jika sudah lama tidak bertemu atau berbicara dengan teman baik, luangkan waktu setelah putus untuk menghubungi dan membuat rencana. Pertemuan-pertemuan ini akan membantu mengurangi perasaan kesepian dan meringankan rasa sakit karena putus cinta.
Dengan beberapa trik di atas, diharapkan dapat membantu kamu menghindari kekambuhan (relapse) setelah putus cinta. Namun ingat, pemulihan tidak selalu berjalan lurus. Jika kamu mengalami kekambuhan setelah putus cinta, jangan panik, kamu bisa kembali ke jalur pemulihan. Carilah orang yang bisa membantumu untuk melewatinya sesegera mungkin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)