FITNESS & HEALTH
Apakah Benar, Orang Asia Lebih Rentan Kena Diabetes Walau Tak Obesitas?
Yatin Suleha
Rabu 26 Februari 2025 / 13:11
Jakarta: Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula di dalam darah. Glukosa atau gula adalah sumber energi utama bagi tubuh.
Pada penderita diabetes, pankreas tidak mampu memproduksi insulin, atau tubuh tidak bisa menggunakan insulin dengan optimal. Akibatnya, sel-sel tubuh tidak dapat menyerap dan mengolah glukosa menjadi energi.
Glukosa yang tidak diserap sel tubuh dengan baik akan menumpuk dalam darah dan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan. Jika tidak ditangani dengan baik, diabetes dapat menimbulkan berbagai komplikasi.
Lalu, apakah benar orang Asia lebih rentan terkena diabetes, walau tubuhnya tak obesitas?

(Dalam tinjauan dr. Rizal Fadli melalui Halodoc menerangkan bahwa teknologi pencitraan yang mengukur lemak pada manusia telah menunjukkan bahwa orang Asia yang memiliki BMI sehat memiliki lebih banyak lemak di sekitar organ daerah perut dibandingkan orang Eropa dengan BMI yang sama. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Dalam tinjauan dr. Rizal Fadli melalui Halodoc, diabetes tipe 2, merupakan masalah yang rentan menyerang orang-orang keturunan Asia, khususnya Asia Selatan.
Diketahui bahwa orang Asia Selatan enam kali lebih berisiko mengalami diabetes tipe 2 dibandingkan orang Eropa. Kondisi tersebut terjadi karena sejumlah faktor, dan kebanyakan terkait dengan gaya hidup.
Lebih jauh dr. Rizal memaparkan, orang Asia Selatan tanpa diabetes pun bahkan 3 kali lebih mungkin mengalami penyakit kardiovaskular, tetapi dikombinasikan dengan diabetes tipe 2.
Risiko ini meningkat lebih jauh, terutama untuk orang dewasa dengan diabetes tipe 2 berusia 20 hingga 60 tahun.
Selain itu, tingkat kelangsungan hidup pada pasien muda ini juga secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan populasi kaukasia.
Orang Asia, terutama Asia Selatan, lebih berisiko terkena diabetes tipe 2 karena mereka mungkin memiliki lebih sedikit otot dan lebih banyak lemak perut. Kondisi tersebut bisa saja meningkatkan resistensi insulin.
Baca juga: Kenali Trigger Finger pada Pasien Diabetes
Orang Asia cenderung memiliki komposisi tubuh yang berbeda dibandingkan dengan orang Kaukasia. Mereka sering kali memiliki persentase lemak tubuh yang lebih tinggi dan massa otot yang lebih rendah, terutama di sekitar perut (lemak visceral).
Perubahan gaya hidup akibat urbanisasi dan modernisasi, seperti pola makan tinggi karbohidrat olahan, kurangnya aktivitas fisik, dan stres, meningkatkan risiko diabetes.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan ambang batas IMT yang lebih rendah untuk orang Asia (23 kg/m²) dibandingkan dengan orang Kaukasia (25 kg/m²) untuk mendefinisikan kelebihan berat badan.
Faktor-faktor lain seperti riwayat keluarga diabetes, tekanan darah tinggi, dan kadar kolesterol abnormal juga dapat meningkatkan risiko diabetes pada orang Asia.
Dr. Rizal mengatakan, sebagai orang Asia, sebaiknya tidak hanya menghitung BMI, ukur juga lingkar pinggang kamu untuk memprediksi risiko diabetes lebih akurat.
Kamu dapat mengukur lingkar pinggang dengan menempelkan pita pengukur ke seluruh tubuh tepat di atas tulang pinggul, biasanya di tingkat ujung perut.
Jika kamu memiliki BMI normal, dengan kelebihan lemak di sekitar pinggang, hal tersebut dapat meningkatkan risiko diabetes. Pengukuran target kamu untuk lingkar pingging harus kurang dari atau sama dengan 90 sentimeter untuk pria dan 80 sentimeter untuk wanita.
1. Menerapkan pola makan sehat yang kaya akan buah, sayuran, biji-bijian utuh, dan protein tanpa lemak
2. Melakukan aktivitas fisik secara teratur
3. Mempertahankan berat badan yang sehat
4. Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, termasuk pemeriksaan kadar gula darah
5. Penting bagi orang Asia untuk menyadari risiko ini dan mengambil langkah-langkah proaktif untuk menjaga kesehatan mereka
Untuk lebih lengkapnya, kamu bisa menyimaknya dalam program Go Healthy di Metro TV.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Pada penderita diabetes, pankreas tidak mampu memproduksi insulin, atau tubuh tidak bisa menggunakan insulin dengan optimal. Akibatnya, sel-sel tubuh tidak dapat menyerap dan mengolah glukosa menjadi energi.
Glukosa yang tidak diserap sel tubuh dengan baik akan menumpuk dalam darah dan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan. Jika tidak ditangani dengan baik, diabetes dapat menimbulkan berbagai komplikasi.
Lalu, apakah benar orang Asia lebih rentan terkena diabetes, walau tubuhnya tak obesitas?

(Dalam tinjauan dr. Rizal Fadli melalui Halodoc menerangkan bahwa teknologi pencitraan yang mengukur lemak pada manusia telah menunjukkan bahwa orang Asia yang memiliki BMI sehat memiliki lebih banyak lemak di sekitar organ daerah perut dibandingkan orang Eropa dengan BMI yang sama. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Dalam tinjauan dr. Rizal Fadli melalui Halodoc, diabetes tipe 2, merupakan masalah yang rentan menyerang orang-orang keturunan Asia, khususnya Asia Selatan.
Diketahui bahwa orang Asia Selatan enam kali lebih berisiko mengalami diabetes tipe 2 dibandingkan orang Eropa. Kondisi tersebut terjadi karena sejumlah faktor, dan kebanyakan terkait dengan gaya hidup.
Lebih jauh dr. Rizal memaparkan, orang Asia Selatan tanpa diabetes pun bahkan 3 kali lebih mungkin mengalami penyakit kardiovaskular, tetapi dikombinasikan dengan diabetes tipe 2.
Risiko ini meningkat lebih jauh, terutama untuk orang dewasa dengan diabetes tipe 2 berusia 20 hingga 60 tahun.
Selain itu, tingkat kelangsungan hidup pada pasien muda ini juga secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan populasi kaukasia.
Orang Asia, terutama Asia Selatan, lebih berisiko terkena diabetes tipe 2 karena mereka mungkin memiliki lebih sedikit otot dan lebih banyak lemak perut. Kondisi tersebut bisa saja meningkatkan resistensi insulin.
Baca juga: Kenali Trigger Finger pada Pasien Diabetes
Berikut adalah beberapa faktor yang berkontribusi terhadap risiko ini:
1. Faktor genetik dan etnis:
Orang Asia cenderung memiliki komposisi tubuh yang berbeda dibandingkan dengan orang Kaukasia. Mereka sering kali memiliki persentase lemak tubuh yang lebih tinggi dan massa otot yang lebih rendah, terutama di sekitar perut (lemak visceral).
2. Gaya hidup
Perubahan gaya hidup akibat urbanisasi dan modernisasi, seperti pola makan tinggi karbohidrat olahan, kurangnya aktivitas fisik, dan stres, meningkatkan risiko diabetes.
3. Ambang batas Indeks Massa Tubuh (IMT):
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan ambang batas IMT yang lebih rendah untuk orang Asia (23 kg/m²) dibandingkan dengan orang Kaukasia (25 kg/m²) untuk mendefinisikan kelebihan berat badan.
4. Faktor lainnya
Faktor-faktor lain seperti riwayat keluarga diabetes, tekanan darah tinggi, dan kadar kolesterol abnormal juga dapat meningkatkan risiko diabetes pada orang Asia.
Cara mengatasinya:
Dr. Rizal mengatakan, sebagai orang Asia, sebaiknya tidak hanya menghitung BMI, ukur juga lingkar pinggang kamu untuk memprediksi risiko diabetes lebih akurat.
Kamu dapat mengukur lingkar pinggang dengan menempelkan pita pengukur ke seluruh tubuh tepat di atas tulang pinggul, biasanya di tingkat ujung perut.
Jika kamu memiliki BMI normal, dengan kelebihan lemak di sekitar pinggang, hal tersebut dapat meningkatkan risiko diabetes. Pengukuran target kamu untuk lingkar pingging harus kurang dari atau sama dengan 90 sentimeter untuk pria dan 80 sentimeter untuk wanita.
Selain itu kamu bisa lakukan:
1. Menerapkan pola makan sehat yang kaya akan buah, sayuran, biji-bijian utuh, dan protein tanpa lemak
2. Melakukan aktivitas fisik secara teratur
3. Mempertahankan berat badan yang sehat
4. Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, termasuk pemeriksaan kadar gula darah
5. Penting bagi orang Asia untuk menyadari risiko ini dan mengambil langkah-langkah proaktif untuk menjaga kesehatan mereka
Untuk lebih lengkapnya, kamu bisa menyimaknya dalam program Go Healthy di Metro TV.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)