FITNESS & HEALTH

Pakar Polimer ITB Bicara Soal Mitos Bahaya BPA Pada Minuman

Medcom
Selasa 30 Juli 2024 / 20:17
Jakarta: Isu pelabelan BPA pada minuman baik galon hingga kemasan sedang hangat-hangat mencuat di mana banyak informasi yang masih mengambang. Ahli Polimer ITB Prof. Zainal Abidin menyampaikan tentang mitos bahaya BPA pada minuman karena kurangnya edukasi masalah ini.

Menurut Prof. Zainal Saat ini BPA tidak hanya terdapat di wadah makanan dan minuman saja, tapi dapat ditemukan pada air, tanah dan udara. Menurut riset di beberapa negara, BPA juga ditemukan di daging yang kita konsumsi sehari-hari. Sehingga hal tersebut sudah menjadi hal yang biasa. 

Jika tubuh manusia terpapar BPA sedikit maka tidak akan berpengaruh apa-apa ke tubuh tersebut. Kalau ditambah lagi sedikit (BPA) mungkin akan berpengaruh positif karena tubuh akan menjadi lebih resisten untuk  pertahanan diri. Namun, jika jumlah BPA-nya sudah terlalu banyak itu yang tidak diperbolehkan karena akan menimbulkan dampak ke tubuh manusia.

Prof. Zainal juga menyampaikan bahwa selama 3 bulan terakhir, ia sudah melakukan penelitian terhadap 10 merek air mineral yang banyak beredar. Penelitian ini berpacu pada kriteria BPOM yaitu, paparan BPA dalam batas BPA yang dapat ditoleransi oleh tubuh yaitu 0,6 mg/kg. 

Alat yang digunakan untuk penelitian ini menghasilkan bahwa 10 merek air tersebut aman dikonsumsi karena jumlah BPA-nya adalah 0, atau sama sekali terdeteksi BPA. Dalam reaksi pembentukan plastik, tidak 100 persen bereaksi. Sehingga masih ada sisa BPA yang bersifat residu dan jumlahnya tidak banyak. 

Jika plastiknya dalam temperatur yang biasa (normal), maka susah untuk berpindah tapi jika temperatur dinaikkan seperti terkena panas, maka kemungkinan besar akan bermigrasi atau berpindah ke tubuh seseorang. BPA residu ini jika dalam temperatur rendah tergolong aman, masa simpannya rendah juga aman. 


(Prof. Zainal Abidin, Ahli Polimer ITB)

Karakter BPA adalah bahan kimia yang bisa diolah oleh tubuh yang bisa dikeluarkan lagi dalam bentuk urine dan bentuk keringat. Tapi ada tubuh manusia yang tidak normal tidak bisa berinteraksi. Komunikasi antara sektor sama bahan kimia BPA itu tidak terjadi. 

Hal tersebut yang menyebabkan kanker. Bahan kimia yang berbahaya itu banyak contohnya plastik bahan awalnya berbahaya. Tetapi ketika terbentuk menjadi plastik itu aman. Tubuh bisa menerima BPA sehari itu 0,6 mg/kg dikali dengan berat badan dan hasilnya merupakan maksimal yang dapat diterima oleh tubuh manusia. Itu kadar di mana BPA masuk bisa keluar lagi.

Jadi Menurut Prof. Zainal masyarakat tidak perlu takut berlebihan pada BPA. Produk yang berlabel BPA Free bukan berarti itu aman. Karena dalam kemasan atau wadah seperti mangkuk terbuat dari bahan-bahan lain seperti formalin. Bahan kimia ini bisa menyebabkan kebutaan pada mata dan kerusakan pada otak manusia. 

Jadi jika ditulis BPA free itu benar tetapi penggunaan label dalam kemasan itu useless (sia-sia) karena ada bahan kimia lain yang dapat merusak tubuh manusia. Sedangkan penggunaan label food grade, berarti label ini mengindikasikan kemasan tersebut bebas dari bahan-bahan yang berpotensi membahayakan kesehatan tubuh seseorang.

Bagi saya sebagai ahli polimer kata Prof Zainal, "Label itu tdk melindungi konsumen. Bahan yang memiliki karakteristik spt BPA itu ada banyak tercantum dalam aturan BPOM. Jadi kalau diekspos hanya BPA free maka tidaklah aman. Masih menyisakan pertanyaan bagi senyawa-senyawa lainnya."

"Hal yang aneh lagi adalah BPA itu terdapat pada plastik PC dan Epoxy sebagai row material atau monomer. Wajar bila dua material plastik itu dilabeli "BPA free" atau "BPA dibawah limit"; Dan tidak wajar bila botol PET yg mengandung bahan berbahaya EG (Etilen Glikol), botol  PVC yang mengandung VCM (Vynile Chloride Monomer), wadah PS yang mengadung Styrene, dan wadah Melamin yg mengandung formaldehida, dan lain lain, dilabeli BPA free sebagai tanda keamanan. Ini betul-betul pembodohan konsumen," ujarnya.

Dalam tulisan Prof. Zainal mengusulkan cukuplah dengan label BPOM, SNI, dan HS number di botol/wadah utk menjamin keamanan dan kesehatan pangan dan obat bagi konsumen. Ini akan lebih memberi jaminan terhadap semua bahan berbahaya dan lebih menjamin kompetisi sehat dalam bisnis dan perdagangan.

Ucapan pakar polimer ini membuat masyarakat kembali harus segera diedukasi tentang bahaya BPA. Karena dengan semakin tajamnya tekhnologi manusia tidak bisa menghindar dari plastik. Pemerintah diminta lebih banyak untuk melakukan penelitian Bahaya BPA lebih baik sedia payung sebelum hujan.


Prof. Zainal Abidin 
Ahli Polimer ITB 


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH