FITNESS & HEALTH
Inilah Jawaban Para Ahli Tentang Covid-19 Dapat Mengganggu Sistem Pendengaran!
Mia Vale
Minggu 13 Maret 2022 / 13:00
Jakarta: Covid-19 telah dikaitkan dengan komplikasi jangka panjang, termasuk kerusakan jantung, kerusakan paru-paru, dan gangguan neurologis.
Dan yang menjadi pertanyaan apakah gangguan pendengaran dapat diakibatkan oleh infeksi virus korona, baik sebagai gejala atau sebagai komplikasi beberapa hari atau minggu kemudian?
Para peneliti pun menyelami mengenai pertanyaan tersebut. Berdasarkan laporan kasus yang dipublikasikan, tampaknya gangguan pendengaran mendadak jarang menjadi gejala awal virus korona.
Melansir dari Healthy Hearing, pada laporan Juni 2020, beberapa pasien Iran melaporkan gangguan pendengaran di satu telinga, serta vertigo.
Dalam laporan lain tentang gangguan pendengaran sensorineural mendadak dan covid-19, seorang pria Mesir tanpa gejala virus korona lainnya mengalami gangguan pendengaran mendadak, dan kemudian dites positif terkena virus korona.
Yang perlu kita ketahui, gangguan pendengaran adalah keadaan darurat medis. Jadi, cepat cari bantuan medis bila kamu mengalaminya.
Apa yang tampaknya sedikit lebih umum (meskipun masih jarang) adalah mengembangkan gangguan pendengaran, tinnitus atau pusing di kemudian hari dalam proses infeksi, yang berarti masalah ini bukan bagian dari gejala awal tetapi berkembang beberapa hari hingga minggu kemudian.
.jpg)
(Para ahli mengatakan diperlukan lebih banyak penelitian sebelum kita sepenuhnya memahami bagaimana virus korona memengaruhi pendengaran dan keseimbangan. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa virus korona terkait dengan tinnitus, bagi sebagian orang. Namun, belum diketahui apakah virus itu sendiri yang menyebabkan tinitus, atau faktor lainnya.
Memang tidak ada penelitian besar yang meneliti komplikasi pendengaran covid-19. Namun, pada Oktober 2020, jurnal medis BMJ Case Reports menerbitkan studi kasus seorang pria Inggris berusia 45 tahun yang menderita tinitus dan gangguan pendengaran mendadak di satu telinga setelah ia sakit kritis akibat covid-19.
Untungnya, pendengarannya pulih sebagian setelah dia menerima pengobatan steroid untuk gangguan pendengarannya.
Meskipun tidak mungkin untuk membuktikan bahwa covid-19 secara langsung menyebabkan gangguan pendengarannya, penulis penelitian menjelaskan, tampaknya sangat mungkin demikian, terutama karena dia tidak menerima obat apa pun yang termasuk gangguan pendengaran sebagai efek sampingnya (dikenal sebagai ototoksisitas).
Hasil survei di Inggris, yang menemukan bahwa hampir satu dari 10 pasien virus korona melaporkan sendiri gangguan pendengaran atau tinnitus delapan minggu kemudian. Itu mengejutkan! Para penulis mencatat, tetapi mereka juga menunjukkan bahwa gangguan pendengaran dan tinnitus bisa jadi tidak berhubungan atau berhubungan tidak langsung (seperti efek samping pengobatan).
"Studi berkualitas tinggi diperlukan untuk menyelidiki efek akut covid-19, serta untuk memahami risiko jangka panjang, pada sistem audio-vestibular," imbuh penulis tentang topik ini.
Sebuah penelitian yang sangat kecil dari Israel memeriksa 16 pasien, setengah di antaranya telah dites positif covid-19 dan setengahnya tidak terinfeksi.
Mereka tidak menemukan perbedaan pada kedua kelompok ketika mencari tanda-tanda kerusakan saraf pendengaran. Para peneliti menggunakan tes yang dikenal sebagai pengukuran emisi ototacoustic (OAE) dan auditory brainstem response (ABR) untuk mengevaluasi fungsi pendengaran.
Perlu dicatat, beberapa obat yang digunakan untuk mengobati virus korona membawa risiko gangguan pendengaran yang relatif tinggi, telinga berdenging atau vertigo dan pusing sebagai efek sampingnya. Dengan kata lain, gangguan pendengaran itu bukan semata-mata karena covid-19.
Intinya tentang gangguan pendengaran dan covid-19 diperlukan lebih banyak penelitian sebelum kita sepenuhnya memahami bagaimana virus korona memengaruhi pendengaran dan keseimbangan. Masih belum tahu sejauh mana virus korona menyebabkan gangguan pendengaran, tinitus, atau masalah keseimbangan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Dan yang menjadi pertanyaan apakah gangguan pendengaran dapat diakibatkan oleh infeksi virus korona, baik sebagai gejala atau sebagai komplikasi beberapa hari atau minggu kemudian?
Para peneliti pun menyelami mengenai pertanyaan tersebut. Berdasarkan laporan kasus yang dipublikasikan, tampaknya gangguan pendengaran mendadak jarang menjadi gejala awal virus korona.
Melansir dari Healthy Hearing, pada laporan Juni 2020, beberapa pasien Iran melaporkan gangguan pendengaran di satu telinga, serta vertigo.
Dalam laporan lain tentang gangguan pendengaran sensorineural mendadak dan covid-19, seorang pria Mesir tanpa gejala virus korona lainnya mengalami gangguan pendengaran mendadak, dan kemudian dites positif terkena virus korona.
Yang perlu kita ketahui, gangguan pendengaran adalah keadaan darurat medis. Jadi, cepat cari bantuan medis bila kamu mengalaminya.
Apa yang tampaknya sedikit lebih umum (meskipun masih jarang) adalah mengembangkan gangguan pendengaran, tinnitus atau pusing di kemudian hari dalam proses infeksi, yang berarti masalah ini bukan bagian dari gejala awal tetapi berkembang beberapa hari hingga minggu kemudian.
.jpg)
(Para ahli mengatakan diperlukan lebih banyak penelitian sebelum kita sepenuhnya memahami bagaimana virus korona memengaruhi pendengaran dan keseimbangan. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)
Tinnitus dan virus korona
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa virus korona terkait dengan tinnitus, bagi sebagian orang. Namun, belum diketahui apakah virus itu sendiri yang menyebabkan tinitus, atau faktor lainnya.
Memang tidak ada penelitian besar yang meneliti komplikasi pendengaran covid-19. Namun, pada Oktober 2020, jurnal medis BMJ Case Reports menerbitkan studi kasus seorang pria Inggris berusia 45 tahun yang menderita tinitus dan gangguan pendengaran mendadak di satu telinga setelah ia sakit kritis akibat covid-19.
Untungnya, pendengarannya pulih sebagian setelah dia menerima pengobatan steroid untuk gangguan pendengarannya.
Meskipun tidak mungkin untuk membuktikan bahwa covid-19 secara langsung menyebabkan gangguan pendengarannya, penulis penelitian menjelaskan, tampaknya sangat mungkin demikian, terutama karena dia tidak menerima obat apa pun yang termasuk gangguan pendengaran sebagai efek sampingnya (dikenal sebagai ototoksisitas).
Perlu penelitian lebih lanjut
Hasil survei di Inggris, yang menemukan bahwa hampir satu dari 10 pasien virus korona melaporkan sendiri gangguan pendengaran atau tinnitus delapan minggu kemudian. Itu mengejutkan! Para penulis mencatat, tetapi mereka juga menunjukkan bahwa gangguan pendengaran dan tinnitus bisa jadi tidak berhubungan atau berhubungan tidak langsung (seperti efek samping pengobatan).
"Studi berkualitas tinggi diperlukan untuk menyelidiki efek akut covid-19, serta untuk memahami risiko jangka panjang, pada sistem audio-vestibular," imbuh penulis tentang topik ini.
Covid-19 merusak sistem pendengaran?
Sebuah penelitian yang sangat kecil dari Israel memeriksa 16 pasien, setengah di antaranya telah dites positif covid-19 dan setengahnya tidak terinfeksi.
Mereka tidak menemukan perbedaan pada kedua kelompok ketika mencari tanda-tanda kerusakan saraf pendengaran. Para peneliti menggunakan tes yang dikenal sebagai pengukuran emisi ototacoustic (OAE) dan auditory brainstem response (ABR) untuk mengevaluasi fungsi pendengaran.
Perlu dicatat, beberapa obat yang digunakan untuk mengobati virus korona membawa risiko gangguan pendengaran yang relatif tinggi, telinga berdenging atau vertigo dan pusing sebagai efek sampingnya. Dengan kata lain, gangguan pendengaran itu bukan semata-mata karena covid-19.
Intinya tentang gangguan pendengaran dan covid-19 diperlukan lebih banyak penelitian sebelum kita sepenuhnya memahami bagaimana virus korona memengaruhi pendengaran dan keseimbangan. Masih belum tahu sejauh mana virus korona menyebabkan gangguan pendengaran, tinitus, atau masalah keseimbangan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)