FITNESS & HEALTH
Epidemiolog Sebut Vaksin untuk Anak Merupakan Langkah yang Tepat
Raka Lestari
Selasa 29 Juni 2021 / 20:39
Jakarta: Anak-anak memang memiliki risiko yang besar terpapar covid-19, terlebih semenjak masuknya varian delta di Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pun telah mengeluarkan surat yang menyatakan bahwa vaksin covid-19 Sinovac dapat digunakan pada anak usia 12-17 tahun.
Menurut Epidemiolog Dicky Budiman, vaksin anak di Indonesia adalah langkah yang tepat melihat angka kematian anak akibat covid-19 di Indonesia, jauh di atas rata-rata global.
“Ini keputusan yang tepat karena memang secara riset sudah terbukti aman, namun untuk penerapan masih ada perbedaan pandangan,” ujarnya.
“WHO sendiri sebetulnya belum menyarankan, karena menganggap harus diprioritaskan yang dewasa, tapi tentu kondisi tiap negara berbeda. Ada dalam kaitan ini misalnya kita contoh di Indonesia saja, angka kasus infeksi kita proporsi dalam 2 minggu terakhir pada anak kan 12 persen. Ini tentu mengkhawatirkan dengan angka kematian setiap minggu setidaknya 2 anak meninggal dunia karena covid-19,” jelas Dicky.
Padahal, kata Dicky, pada level global, 2 anak meninggal itu per 1 juta orang. Jadi sebetulnya angka kematian anak kita dengan 3 - 5 persen ini jauh di atas rata-rata global, sehingga keputusan ini saya kira cukup tepat.
"Namun tentu nanti ada tahapan skrining dan menunggu juga bagaimana pertimbangan akhir dari penggunaan EUA ini di lapangan dengan monitoring yang tepat,” tutur Dicky.
Sejauh ini memang baru ada beberapa negara yang menerapkan penggunaan vaksin untuk anak-anak. Seperti negara tetangga Singapura yang sudah memvaksin anak dengan usia 12 – 17 atau remaja. Kemudian Inggris sekarang sudah akan memulai tapi pada remaja juga.
“Amerika sebetulnya yang cukup memiliki data memadai tentang pemberian vaksin, tapi sekali lagi ini memang usianya selalu di atas 12 tahun. Di bawah 12 tahun kita belum memiliki data yang cukup meyakinkan,” jelas Dicky.
Dicky memnyebutkan bahwa untuk usia 12 - 17 tahun pemberian vaksin ini relatif aman terutama untuk Pfizer. Sementara Sinovac sendiri data dari Tiongkok yang sudah cukup memberi keyakinan terhadap keamanan, dan ini sudah dimuat di jurnal yang Sinovac ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Menurut Epidemiolog Dicky Budiman, vaksin anak di Indonesia adalah langkah yang tepat melihat angka kematian anak akibat covid-19 di Indonesia, jauh di atas rata-rata global.
“Ini keputusan yang tepat karena memang secara riset sudah terbukti aman, namun untuk penerapan masih ada perbedaan pandangan,” ujarnya.
“WHO sendiri sebetulnya belum menyarankan, karena menganggap harus diprioritaskan yang dewasa, tapi tentu kondisi tiap negara berbeda. Ada dalam kaitan ini misalnya kita contoh di Indonesia saja, angka kasus infeksi kita proporsi dalam 2 minggu terakhir pada anak kan 12 persen. Ini tentu mengkhawatirkan dengan angka kematian setiap minggu setidaknya 2 anak meninggal dunia karena covid-19,” jelas Dicky.
Padahal, kata Dicky, pada level global, 2 anak meninggal itu per 1 juta orang. Jadi sebetulnya angka kematian anak kita dengan 3 - 5 persen ini jauh di atas rata-rata global, sehingga keputusan ini saya kira cukup tepat.
"Namun tentu nanti ada tahapan skrining dan menunggu juga bagaimana pertimbangan akhir dari penggunaan EUA ini di lapangan dengan monitoring yang tepat,” tutur Dicky.
Sejauh ini memang baru ada beberapa negara yang menerapkan penggunaan vaksin untuk anak-anak. Seperti negara tetangga Singapura yang sudah memvaksin anak dengan usia 12 – 17 atau remaja. Kemudian Inggris sekarang sudah akan memulai tapi pada remaja juga.
“Amerika sebetulnya yang cukup memiliki data memadai tentang pemberian vaksin, tapi sekali lagi ini memang usianya selalu di atas 12 tahun. Di bawah 12 tahun kita belum memiliki data yang cukup meyakinkan,” jelas Dicky.
Dicky memnyebutkan bahwa untuk usia 12 - 17 tahun pemberian vaksin ini relatif aman terutama untuk Pfizer. Sementara Sinovac sendiri data dari Tiongkok yang sudah cukup memberi keyakinan terhadap keamanan, dan ini sudah dimuat di jurnal yang Sinovac ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)