FITNESS & HEALTH
Apakah Kebiasaan Tidur Tak Teratur Berkaitan dengan Stroke?
Yatin Suleha
Kamis 27 Februari 2025 / 07:00
Jakarta: Tidur yang cukup dan berkualitas dapat meningkatkan kemampuan konsentrasi, daya ingat, serta kemampuan berpikir logis. Selain itu, tidur yang baik juga dapat mengatur emosi, sehingga membantu mencegah stres dan gangguan suasana hati seperti depresi.
Lalu, apakah kebiasaan tidur juga berkaitan dengan berbagai penyakit? Peneliti dari Universitas Ottawa Kanada, Dr Jean-Philippe Chaput dikutip dari Daily Star mengungkapkan bahwa keteraturan tidur mungkin lebih relevan daripada durasi tidur yang cukup dalam memodulasi risiko kejadian kardiovaskular yang merugikan.
Ia menyimpulkan risiko serangan jantung dan stroke sangat terkait dengan pola tidur yang tidak teratur.
Gangguan tidur akibat stroke berhubungan dengan banyak faktor risiko perantara pembuluh darah yang menyebabkan stroke, namun gangguan ini juga dapat memengaruhi faktor risiko tersebut melalui mekanisme langsung atau tidak langsung.
Dalam penelitian yang dipublikasikan dalam "Sleep Disorder and Stroke" dalam National Library of Medicine-National Center dor Biotechnology Information memaparkan, gangguan tidur terus menjadi faktor risiko stroke yang paling tidak diketahui dan dapat dimodifikasi.
Sebanyak sepertiga orang dewasa AS melaporkan tidur kurang dari 7 jam per malam dan 50–70 juta orang mengalami gangguan tidur.
Hubungan antara gangguan tidur dan faktor risiko vaskular dan stroke telah terdokumentasi dengan baik namun belum sepenuhnya dipahami.
Gangguan tidur dapat berkontribusi terhadap patologi stroke vaskular melalui berbagai mekanisme langsung dan tidak langsung. Selain itu, penyakit ini juga bisa disebabkan atau diperburuk oleh stroke.

(Bergadang mengganggu irama sirkadian tubuh, yaitu jam biologis yang mengatur berbagai fungsi tubuh, termasuk tekanan darah dan detak jantung. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Selain itu, konsekuensi dari gangguan tidur yang tidak diobati (disfungsi kognitif, perubahan mood, kantuk, dan kelelahan) dapat menghambat rehabilitasi stroke, memperpanjang masa rawat inap di rumah sakit, dan memengaruhi hasil akhir stroke dan kekambuhan stroke.
Sebuah penelitian dilakukan dengan mengamati 470.000 partisipan berusia antara 7 hingga 25 tahun dari 8 negara.
Penelitian yang dilakukan oleh profesor kedokteran jantung dan epidemiologi, Francesco Cappuccio, dan dosen ilmu klinis, Dr Michelle Miller, mendapatkan kesimpulan bahwa orang yang tidur kurang dari 6 jam per malam atau mengalami susah tidur memiliki kesempatan 48 persen lebih besar untuk mengalami kematian akibat penyakit jantung dan 15 persen lebih besar untuk terkena serangan stroke.
Dr. Theresia Rina Yunita dalam Klik Dokter memaparkan, mengapa kurang tidur bisa menyebabkan penyakit jantung dan stroke? Ini karena kurang tidur bisa mengubah area otak seperti hipotalamus dan sekresi hormon yang berpotensi meningkatkan nafsu makan.
Kondisi ini merangsang sistem saraf simpatik yang kemudian meningkatkan tekanan darah. Akibatnya, terjadilah ketidakseimbangan dalam metabolisme dan regulasi glukosa tubuh.
Baca juga: Hubungan Bergadang dan Stroke pada Wanita Usia Muda
Bergadang mengganggu irama sirkadian tubuh, yaitu jam biologis yang mengatur berbagai fungsi tubuh, termasuk tekanan darah dan detak jantung. Dan juga gangguan ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan detak jantung, yang merupakan faktor risiko stroke.
Kurang tidur dapat memicu peradangan dalam tubuh, yang dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan risiko pembekuan darah. Pembekuan darah adalah penyebab utama stroke iskemik, jenis stroke yang paling umum.
Untuk lebih lengkapnya, kamu bisa menyimaknya dalam program Go Healthy di Metro TV.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Lalu, apakah kebiasaan tidur juga berkaitan dengan berbagai penyakit? Peneliti dari Universitas Ottawa Kanada, Dr Jean-Philippe Chaput dikutip dari Daily Star mengungkapkan bahwa keteraturan tidur mungkin lebih relevan daripada durasi tidur yang cukup dalam memodulasi risiko kejadian kardiovaskular yang merugikan.
Ia menyimpulkan risiko serangan jantung dan stroke sangat terkait dengan pola tidur yang tidak teratur.
Gangguan tidur akibat stroke berhubungan dengan banyak faktor risiko perantara pembuluh darah yang menyebabkan stroke, namun gangguan ini juga dapat memengaruhi faktor risiko tersebut melalui mekanisme langsung atau tidak langsung.
Dalam penelitian yang dipublikasikan dalam "Sleep Disorder and Stroke" dalam National Library of Medicine-National Center dor Biotechnology Information memaparkan, gangguan tidur terus menjadi faktor risiko stroke yang paling tidak diketahui dan dapat dimodifikasi.
Sebanyak sepertiga orang dewasa AS melaporkan tidur kurang dari 7 jam per malam dan 50–70 juta orang mengalami gangguan tidur.
Hubungan antara gangguan tidur dan faktor risiko vaskular dan stroke telah terdokumentasi dengan baik namun belum sepenuhnya dipahami.
Gangguan tidur dapat berkontribusi terhadap patologi stroke vaskular melalui berbagai mekanisme langsung dan tidak langsung. Selain itu, penyakit ini juga bisa disebabkan atau diperburuk oleh stroke.

(Bergadang mengganggu irama sirkadian tubuh, yaitu jam biologis yang mengatur berbagai fungsi tubuh, termasuk tekanan darah dan detak jantung. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Selain itu, konsekuensi dari gangguan tidur yang tidak diobati (disfungsi kognitif, perubahan mood, kantuk, dan kelelahan) dapat menghambat rehabilitasi stroke, memperpanjang masa rawat inap di rumah sakit, dan memengaruhi hasil akhir stroke dan kekambuhan stroke.
Hindari bergadang
Sebuah penelitian dilakukan dengan mengamati 470.000 partisipan berusia antara 7 hingga 25 tahun dari 8 negara.
Penelitian yang dilakukan oleh profesor kedokteran jantung dan epidemiologi, Francesco Cappuccio, dan dosen ilmu klinis, Dr Michelle Miller, mendapatkan kesimpulan bahwa orang yang tidur kurang dari 6 jam per malam atau mengalami susah tidur memiliki kesempatan 48 persen lebih besar untuk mengalami kematian akibat penyakit jantung dan 15 persen lebih besar untuk terkena serangan stroke.
Dr. Theresia Rina Yunita dalam Klik Dokter memaparkan, mengapa kurang tidur bisa menyebabkan penyakit jantung dan stroke? Ini karena kurang tidur bisa mengubah area otak seperti hipotalamus dan sekresi hormon yang berpotensi meningkatkan nafsu makan.
Kondisi ini merangsang sistem saraf simpatik yang kemudian meningkatkan tekanan darah. Akibatnya, terjadilah ketidakseimbangan dalam metabolisme dan regulasi glukosa tubuh.
Baca juga: Hubungan Bergadang dan Stroke pada Wanita Usia Muda
Bergadang mengganggu irama sirkadian tubuh, yaitu jam biologis yang mengatur berbagai fungsi tubuh, termasuk tekanan darah dan detak jantung. Dan juga gangguan ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan detak jantung, yang merupakan faktor risiko stroke.
Kurang tidur dapat memicu peradangan dalam tubuh, yang dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan risiko pembekuan darah. Pembekuan darah adalah penyebab utama stroke iskemik, jenis stroke yang paling umum.
Untuk lebih lengkapnya, kamu bisa menyimaknya dalam program Go Healthy di Metro TV.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)