FITNESS & HEALTH
Berebut Susu, Obat, dan Oksigen? Perilaku Panik di Masa Pandemi
Yatin Suleha
Senin 05 Juli 2021 / 20:15
Jakarta: Saat ini kita melihat banyaknya kepanikan pembelian di beberapa daerah. Dari berebut oksigen sampai berebut susu. Hal ini merupakan kepanikan, terutama saat pandemi covid-19.
Menurut Prof. Dr. Zubairi Djoerban, Sp.PD-KHOM, selaku Dokter Spesialis Penyakit Dalam subspesialis Hematologi-Onkologi (Kanker), aneka vitamin dan susu baik untuk tubuh. "Tapi, apakah membunuh virus? Ya, enggak lah!" tegas Prof. Zubairi dalam tayangan Metro TV.
Menurutnya berbagai kabaikan vitamin yang terbaik sebetulnya ada pada sayuran, vitamin D ada di susu begitu juga dengan kalsium.
"Apakah susunya harus merek tertentu? Tidak! Jadi susu adalah sumber kesehatan untuk sumber protein dan juga beberapa kandungan yang memang bagus untuk kesehatan, susu apa pun!" tegas Prof. Zubairi.
"Kecuali kalau yang proteinnya rendah itu susu kental manis tidak disarankan untuk sumber protein kan, karena memang kadarnya rendah," tukas Prof. Zubairi.

(Berbagai kepanikan bisa terjadi di masa pandemi. Selain susu, obat, dan oksigen, kepanikan di luar negeri juga terjadi dengan pembelian tisu untuk keperluan rumah tangga. Foto: Ilustrasi/Freepik.com)
Senada dengan hal tersebut, Psikolog anak, remaja, dan keluarga Efnie Indrianie, M.Psi dari Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Maranatha, Bandung mengatakan bahwa berdasarkan fungsi kerja otak, memang perilaku manusia itu sangat unik.
Mengapa? Karena terkadang perilaku tersebut tidak selalu bisa diprediksi. Namun, ada perilaku yang tampaknya cukup bisa diprediksi yaitu saat manusia menghadapi situasi yang darurat.
"Perilaku yang biasanya dimunculkan adalah perilaku yang berhubungan dengan kepanikan, sulit dikendalikan, dan lebih mengutamakan spontanitas dibandingkan logika yang matang. Itulah perilaku manusia di saat pandemi," terang Psikolog Efnie kepada Medcom.id.
Ia bilang ini menunjukkan yang lebih dominan fungsi amigdala otak (emosi yang tidak terkendali) dibandingkan frontal lobe otak (logika berpikir).
"Ini bisa kita lihat dengan jelas di Indonesia. Ditengah pandemi ini perilaku yang ditampilkan oleh sebagian masyarakat terkadang memang di luar kendali. Misalnya di awal pandemi berbondong-bondong sebagian orang menimbun sembako karena kebijakan PSBB, lalu ramai pula yang menimbun masker. Bahkan saat ini jika ada obat-obatan tertentu yang bisa mengatasi covid maka bisa jadi pula sebagian masyarakat akan memborong obat-obatan tersebut," papar psikolog yang ramah ini.
Ia bilang, agar hal ini tidak melanda diri kita masing-masing, maka sebaiknya saat membaca berita sebaiknya kendalikan diri kita.
"Mulailah dari mengendalikan pernapasan (tarik napas yang dalam dalam dan hembuskan perlahan). Kendali utama otak diawali dari pernapasan. Jika pernapasan kita teratur maka otak pun akan tenang dan logika otak pun akan berfungsi dengan optimal," saran Efnie.
Tidak semua hal harus disegerakan di saat pandemi kata Efnie, karena mulai dari cara penanganan covid sampai pada menemukan obat-obatan yang tepat masih terus dikaji secara mendalam.
"Hal yang sangat utama perlu kita lakukan saat ini adalah menaati prokes 5M dan mengendalikan diri," pungkas Efnie.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Menurut Prof. Dr. Zubairi Djoerban, Sp.PD-KHOM, selaku Dokter Spesialis Penyakit Dalam subspesialis Hematologi-Onkologi (Kanker), aneka vitamin dan susu baik untuk tubuh. "Tapi, apakah membunuh virus? Ya, enggak lah!" tegas Prof. Zubairi dalam tayangan Metro TV.
Menurutnya berbagai kabaikan vitamin yang terbaik sebetulnya ada pada sayuran, vitamin D ada di susu begitu juga dengan kalsium.
"Apakah susunya harus merek tertentu? Tidak! Jadi susu adalah sumber kesehatan untuk sumber protein dan juga beberapa kandungan yang memang bagus untuk kesehatan, susu apa pun!" tegas Prof. Zubairi.
"Kecuali kalau yang proteinnya rendah itu susu kental manis tidak disarankan untuk sumber protein kan, karena memang kadarnya rendah," tukas Prof. Zubairi.

(Berbagai kepanikan bisa terjadi di masa pandemi. Selain susu, obat, dan oksigen, kepanikan di luar negeri juga terjadi dengan pembelian tisu untuk keperluan rumah tangga. Foto: Ilustrasi/Freepik.com)
Munculnya kepanikan bentuk emosi yang tidak terkendali
Senada dengan hal tersebut, Psikolog anak, remaja, dan keluarga Efnie Indrianie, M.Psi dari Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Maranatha, Bandung mengatakan bahwa berdasarkan fungsi kerja otak, memang perilaku manusia itu sangat unik.
Mengapa? Karena terkadang perilaku tersebut tidak selalu bisa diprediksi. Namun, ada perilaku yang tampaknya cukup bisa diprediksi yaitu saat manusia menghadapi situasi yang darurat.
"Perilaku yang biasanya dimunculkan adalah perilaku yang berhubungan dengan kepanikan, sulit dikendalikan, dan lebih mengutamakan spontanitas dibandingkan logika yang matang. Itulah perilaku manusia di saat pandemi," terang Psikolog Efnie kepada Medcom.id.
Ia bilang ini menunjukkan yang lebih dominan fungsi amigdala otak (emosi yang tidak terkendali) dibandingkan frontal lobe otak (logika berpikir).
"Ini bisa kita lihat dengan jelas di Indonesia. Ditengah pandemi ini perilaku yang ditampilkan oleh sebagian masyarakat terkadang memang di luar kendali. Misalnya di awal pandemi berbondong-bondong sebagian orang menimbun sembako karena kebijakan PSBB, lalu ramai pula yang menimbun masker. Bahkan saat ini jika ada obat-obatan tertentu yang bisa mengatasi covid maka bisa jadi pula sebagian masyarakat akan memborong obat-obatan tersebut," papar psikolog yang ramah ini.
Ia bilang, agar hal ini tidak melanda diri kita masing-masing, maka sebaiknya saat membaca berita sebaiknya kendalikan diri kita.
"Mulailah dari mengendalikan pernapasan (tarik napas yang dalam dalam dan hembuskan perlahan). Kendali utama otak diawali dari pernapasan. Jika pernapasan kita teratur maka otak pun akan tenang dan logika otak pun akan berfungsi dengan optimal," saran Efnie.
Tidak semua hal harus disegerakan di saat pandemi kata Efnie, karena mulai dari cara penanganan covid sampai pada menemukan obat-obatan yang tepat masih terus dikaji secara mendalam.
"Hal yang sangat utama perlu kita lakukan saat ini adalah menaati prokes 5M dan mengendalikan diri," pungkas Efnie.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)