FITNESS & HEALTH

Mengapa Seseorang Bisa Terjerat Narkoba?

Yatin Suleha
Jumat 03 September 2021 / 21:08
Jakarta: Kasus tertangkapnya Coki Pardede akibat pemakaian narkoba mengingatkan kita akan risiko di sekitar akan keberadaan narkoba. Entah narkoba jenis apa pun. Yang pasti hal ini mengagetkan dunia entertainment di Indonesia.

Dengan karier yang cemerlang dan usia yang masih sangat muda, 'rayuan' narkoba bisa membuat siapa pun terperosok ke dunia 'hitam' dan menghentikan laju 'kebahagiaan'.

Dalam pandangan Psikolog anak, remaja, dan keluarga yaitu Efnie Indrianie, M.Psi dari Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Maranatha, Bandung, ada beberapa faktor seseorang bisa terjerat narkoba.

"Ada yang awal penggunaanya karena coba-coba rasa penasaran. Memang rasa penasaran tersebut bagian dari fungsi kerja alamiah otak manusia. Jadi, dorongan untuk mencoba itu awalnya hanya dilakukan atas rasa ingin tahu yang sangat besar. Maka jika menggunakan narkoba karena faktor ini lebih karena untuk faktor rekreasi saja yaitu penasaran, mencoba, dan bersenang-senang," buka psikolog yang ramah ini.

Faktor lainnya menurut Psikolog Efnie adalah, "Butuh untuk menenangkan diri. Saat hidup dihadapkan pada berbagai pressure, manusia memang butuh untuk ditenangkan. Dorongan dari sistem kerja batang otak memang membuat kita selalu ingin pulih dan tenang dengan cara yang instan."

"Dengan menggunakan zat tertentu seperti narkoba memang perubahan yang dirasakan begitu cepat. Bagi mereka yang secara genetik sudah memiliki kecenderungan adiksi, maka kedua faktor di atas bisa menjadi pemicu dari adanya ketergantungan narkoba."

 

narkoba
('Pemulihan' pengguna narkoba menurut Psikolog Efnie harus dilakukan dengan proses rehabilitasi yang dilakukan oleh gabungan beberapa profesi mulai dari psikiater, psikolog, sampai konselor adiksi. Foto: Ilustrasi/Freepik.com)

 

Mengapa juga kehidupan orang yang 'nyaris sempurna' juga bisa terjerat narkoba?


Benar kata orang bijak, tak semua bisa 'terbeli' dengan uang. Hal ini diamini oleh Efnie. Penulis buku 'Survive Menghadapi Quarter Life Crisis' ini menerangkan makna hidup tidak bisa didapatkan dari hal-hal yabg bersifat materi, namun hanya bisa didapatkan dari proses kedewasaan berpikir dan empati pada sesama. 

"Sehingga hal-hal yang dilakukan (misalnya berbuat charity) bukan sekedar untuk mencari sensasi dan pujian semata, namun lebih karena adanya dorongan atau panggilan dari hati," ungkap Efnie.

Katanya, "Kita bisa merasakan ketenangan, kedamaian, dan menikmati setiap detik kehidupan kita saat kita memiliki 'makna hidup'. Kita paham untuk apa keberadaan kita di dunia ini, kita tahu cara mengisi waktu di kehidupan dengan cara terbaik dan bermanfaat, serta kita paham apa makna kehidupan yang sesungguhnya."
 

Apakah semua orang bisa dengan mudahnya terjerat narkoba?


"Tidak selalu," tegas Efnie. "Jika memang orang yang bersangkuta memiliki self control yang kuat sebagai hasil dari pola asuh yang dia dapatkan sejak kecil, maka ia dapat dengan mudah menolak tawaran atau ajakan menggunakan narkoba." 

"Seseorang bisa riskan terherat narkoba saat ada lingkungan sekitar yang memfasilitasi kemudahan yang bersangkutan untuk mencoba narkoba di tahap awalnya. Nah, jika secara genetik ada kecenderungan adiksi maka penggunakan akan berlanjut dan pastinya dilakukan oleh diri sendiri," tambahnya.
 

Yang bisa dilakukan


Apa yang bisa kita lakukan jika seseorang yang terjerat narkoba ini adalah sahabat atau salah satu anggota keluarga kita? Psikolog Efnie mengungkapkan bahwa pemulihan penggunaan narkoba itu meskipun baru atau lama, idealnya harus dipulihkan melalui proses “rehabilitasi”.  

"Proses rehabilitasi ini dilakukan oleh gabungan beberapa profesi mulai dari psikiater, psikolog, sampai konselor adiksi. Pemulihannya pun mulai dari tahap detoksifikasi, behavior therapy, dan menjaga komitmen untuk tetap 'clean' atau tidak menggunakan narkoba lagi," imbuh Efnie.

Jadi apa yang secepatnya bisa kita lakukan? "Segera bawa yang bersangkutan ke pusat pemulihan atau rehabilitasi yang ditangani oleh profesional. Lebih cepat lebih baik agar circuit memory otak di amigdala dan hipocampusnya tidak menyimpan memori tentang sensasi kenikmatan narkoba dalam waktu yang lama. Jika lama, maka pulihnya akan susah dan lama juga," pungkas Efnie.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH