FAMILY
Pentingnya Membentuk Karakter Anak yang Bertanggung Jawab, Ini Manfaat dan Caranya
A. Firdaus
Rabu 07 Mei 2025 / 11:13
Jakarta: Memiliki anak yang bertanggung jawab adalah impian semua orang tua. Punya anak yang bertanggung jawab dapat membantumu di rumah, atau saat ia sudah berumah tangga.
Menurut Psikolog anak, remaja, dan keluarga Efnie Indrianie, M.Psi dari Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Maranatha, Bandung, sangat penting membentuk karakter yang bertanggung jawab sejak kecil. Sebab karakter tanggung jawab yang dibentuk sejak dini akan terinternasilasi sepanjang hidup.
Efnie menambahkan tanggung jawab merupakan salah atu bentuk soft skill. Idealnya dilatih sejak anak mulai masuk situasi sosial selain lingkungan rumah, seperti di PAUD.
Baca juga: Dapat Pengaruhi Fungsi Otak, Ini 5 Penyebab Anak Malas Sarapan
"Jadi bisa dilatih sejak usia 3 tahun. Contoh sederhananya adalah merapikan kembali ruangan setelah bermain," ucap Psikolog Efnie kepada Medcom.
Kemudian untuk langkah-langkahnya, Psikolog Efnie menekankan hal yang paling utama adalah orang tua harus menjadi contoh atau role model buat anaknya. Jangan hanya menyuruh, tapi orang tua juga harus terlibat aktif bersama-sama dengan anak.

Psikolog anak, remaja, dan keluarga Efnie Indrianie, M.Psi. Dok. Ist
"Apabila hal ini dilakukan secara konsisten, maka hal ini akan terinternalisasi," terang Psikolog Efnie.
Kendati demikian, bukan hal yang mudah untuk membentuk karakter yang bertanggung jawab sejak kecil. Dibutuhkan konsistensi orang tua dalam melatih tanggung jawab kepada anak.
"Kita berharap anak konsisten dalam melatih tanggung jawab, namun sebagai orang tua terkadang kita bisa saja melewatkan hal tersebut dalam keseharian karena kesibukan atau hal lainnya. Jadi latihlah diri kita secara konsisten, setelah itu baru kita latih anak2 kita," kata Psikolog Efnie.
Jika tak konsisten, atau orang tua tak peduli dengan pembentukan karakter tersebut, anak tentunya tidak memiliki pribadi yang bertanggung jawab. Efeknya setelah anak tumbuh besar maka anak tidak bisa menyelesaikan hal-hal apapun yang sudah dia mulai.
"Bahkan bisa saja dia tidak menyelesaikan studinya dan ini akan menghambat masa depan anak," tutup penulis buku 'Survive Menghadapi Quarter Life Crisis' ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Menurut Psikolog anak, remaja, dan keluarga Efnie Indrianie, M.Psi dari Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Maranatha, Bandung, sangat penting membentuk karakter yang bertanggung jawab sejak kecil. Sebab karakter tanggung jawab yang dibentuk sejak dini akan terinternasilasi sepanjang hidup.
Efnie menambahkan tanggung jawab merupakan salah atu bentuk soft skill. Idealnya dilatih sejak anak mulai masuk situasi sosial selain lingkungan rumah, seperti di PAUD.
Baca juga: Dapat Pengaruhi Fungsi Otak, Ini 5 Penyebab Anak Malas Sarapan
"Jadi bisa dilatih sejak usia 3 tahun. Contoh sederhananya adalah merapikan kembali ruangan setelah bermain," ucap Psikolog Efnie kepada Medcom.
Kemudian untuk langkah-langkahnya, Psikolog Efnie menekankan hal yang paling utama adalah orang tua harus menjadi contoh atau role model buat anaknya. Jangan hanya menyuruh, tapi orang tua juga harus terlibat aktif bersama-sama dengan anak.

Psikolog anak, remaja, dan keluarga Efnie Indrianie, M.Psi. Dok. Ist
"Apabila hal ini dilakukan secara konsisten, maka hal ini akan terinternalisasi," terang Psikolog Efnie.
Kendati demikian, bukan hal yang mudah untuk membentuk karakter yang bertanggung jawab sejak kecil. Dibutuhkan konsistensi orang tua dalam melatih tanggung jawab kepada anak.
"Kita berharap anak konsisten dalam melatih tanggung jawab, namun sebagai orang tua terkadang kita bisa saja melewatkan hal tersebut dalam keseharian karena kesibukan atau hal lainnya. Jadi latihlah diri kita secara konsisten, setelah itu baru kita latih anak2 kita," kata Psikolog Efnie.
Jika tak konsisten, atau orang tua tak peduli dengan pembentukan karakter tersebut, anak tentunya tidak memiliki pribadi yang bertanggung jawab. Efeknya setelah anak tumbuh besar maka anak tidak bisa menyelesaikan hal-hal apapun yang sudah dia mulai.
"Bahkan bisa saja dia tidak menyelesaikan studinya dan ini akan menghambat masa depan anak," tutup penulis buku 'Survive Menghadapi Quarter Life Crisis' ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)