FITNESS & HEALTH

Begini Gejala dan Cara Mengetahui Cedera Bahu saat Olahraga

Medcom
Rabu 30 November 2022 / 20:24
Jakarta: Pernahkah kamu merasakan sakit bahu ketika habis berolahraga? Bisa jadi bahumu mengalami cedera. Cedera bahu merupakan masalah yang sering terjadi saat melakukan ekstremitas olahraga tubuh bagian atas.

Biasanya sakit ini terjadi pada atlet olahraga baseball, bola lempar, bola voli, kriket, pesepakbola, dan tennis. Namun, tak dapat dihindari, orang awam dan amatir seperti kita justru malah lebih rentan mengalami cedera bahu.
 

Gejala yang dirasakan ketika mengalami cedera bahu


Ada 2 permasalahan cedera bahu yang umumnya terjadi, dislokasi dan otot kejepit. keduanya dibagi menjadi 4 jenis cedera bahu: SLAP Lesion, Bankart Lesion, Impingement Syndrome, dan Rotator Cuff Tear. Gejalanya berupa sakit, kehilangan stabilitas, lemas, gerak terbatas, dan clicking (oglek).
 

Bagaimana cara menghindari cedera bahu saat berolahraga?


1. Pemanasan

Insiden cedera bahu saat berolahraga di atas kepala bervariasi antara 0,2/1.000 jam dan 1,8/1.000 jam. dr. Grace Joselini Corlesa, MMRS., Sp.KO mengatakan, "penting sekali untuk melakukan pemanasan sebelum berolahraga dan pendinginan setelahnya selama 5-15 menit."

2. Lakukan teknik yang tepat

Jika berolahraga maka kamu harus melakukannya dengan gerakan yang tepat. Bila kamu berolahraga dengan gerakan 'asal', maka bersiaplah untuk mengalami cedera yang cukup serius.

3. Penguatan otot

Memiliki otot yang kuat, maka robekan pada otot yang membuat cedera umumnya jarang terjadi. Kamu bisa melatih kekuatan otot dengan mengangkat beban.
 

Cara mengetahui apakah kita terkena cedera bahu


Untuk mengetahui kamu terkena cedera bahu, maka diagnosis yang tepat dan akurat adalah dengan pengecekkan melalui MRI, CT Scan, Iris, dan Muskuloskeletal Sonografi. Jika kamu merasakan gejalanya, kamu bisa mengecek secara cepat ke dokter dan rumah sakit yang kamu percaya, agar cedera tidak semakin parah. 

"Injury prevention yang lebih penting, untuk mendapatkan outcome yang lebih baik. Semakin kita terlambat mendiagnosis, tentu terapi yang diberikan makin agresif, ya. Yang tadinya operasi kecil, jadi besar. Jadi outcomenya juga mengikuti, makin kurang baik, kurang optimal," ucap dr Erica Kholinne , Sp. OT (K), Ph.D.

Nandhita Nur Fadjriah
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH