FITNESS & HEALTH
IDI hingga Yayasan Kanker Indonesia Masifkan Kampanye Bahaya Rokok
Elang Riki Yanuar
Jumat 06 Juni 2025 / 15:00
Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia (IDI) bersama Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Komite Nasional Pengendalian Tembakau, dan Yayasan Kanker Indonesia mengungkapkan kekhawatiran mereka terhadap semakin maraknya iklan rokok.
Hal itu mereka sampaikan bersama organisasi koalisi peduli pengendalian tembakau dalam rangka Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) yang jatuh setiap tanggal 31 Mei. Salah satu tantangan terbesar dalam kesehatan masyarakat saat ini adalah daya tarik produk tembakau, nikotin, dan turunannya bagi anak muda.
"Konsumen lama yang ingin berhenti ditawari candu dalam bentuk baru dan dibuat merasa seakan lebih sehat, lalu mencari konsumen baru anak-anak dan remaja dengan rasa dan kemasan yang seperti yang diketahui," kata Sekretaris Jenderal Komnas Pengendalian Tembakau, Tulus Abadi.
Pemerintah baru saja mengesahkan PP 28/2024 sebagai turunan UU No. 17/2023 tentang Kesehatan, yang salah satunya mengatur adanya kemasan yang distandarkan. dr. Lukiarti Rukmini, MPH dari Yayasan Kanker Indonesia, mempertanyakan mengapa aturan kemasan rokok elektronik semakin marak meski padahal sudah ada aturannya alam PP tersebut.
"Perhatian utama kami adalah bagaimana perusahaan vape menjual produknya memakai kemasan-kemasan yang sangat menarik untuk anak-anak dan remaja, berwarna-warni, bergambar buah dan permen, bahkan memakai ilustrasi animasi," ungkapnya,
Padahal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan bahwa sekitar 85% kasus kanker paru-paru berhubungan dengan kebiasaan merokok. Berdasarkan data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) perokok memiliki risiko 15–30 kali lebih tinggi terkena kanker paru-paru dibandingkan dengan bukan perokok.
"Kami menuntut Presiden Prabowo untuk segera menetapkan standarisasi kemasan yang sangat mendesak kita perlukan ini, agar industri tidak semena-mena memasarkan produknya memakai topeng kemasan sehingga masyarakat tertipu dan akhirnya kecanduan," ujarnya.
Dengan berkembangnya produk-produk nikotin baru, banyak juga telah diluncurkan vape, pods, rokok yang dipanaskan, sampai kantong nikotin. Di balik topeng rasa-rasa manis tersebut, mereka sedang menyasar pelanggan baru –para perokok pemula, dan mendorong para pengguna ganda.
"Ini adalah taktik yang harus diungkap ke masyarakat, karena mereka mempromosikannya seakan produk-produk ini adalah produk yang aman, memakai rasa-rasa manis seperti buah-buahan dan permen, memakai kemasan warna-warni yang sangat menarik bagi anak dan remaja. Saya mewakili PGRI, mendesak Presiden Prabowo melakukan langkah nyata untuk menghentikan manipulasi yang dilakukan industri rokok," kata Dudung Abdul Qodir, S.Pd., M.Pd., Sekretaris Jenderal PB Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Di Indonesia, belum selesai masalah masifnya konsumsi rokok konvensional yang menjadi beban kesehatan dan ekonomi, bermunculan produk-produk nikotin baru yang berkembang sangat pesat. Dalam satu dekade terakhir, konsumen new nicotine products (rokok elektronik, vape, dsb) telah meningkat 10x lipat (Riskesdas 2013, 2018, Survei Kesehatan Indonesia -SKI 2023).
Survei terbaru oleh Jalin Foundation menyebutkan, di Jakarta saja, sebanyak 24% remaja laki-laki usia 12-19 tahun menjadi pengguna rokok elektronik. Secara kasat nyata, toko-toko rokok elektronik dan vape, seakan tak terbendung, menjamur di berbagai wilayah di seluruh Indonesia.
"Kami percaya Presiden Prabowo bisa bertindak lebih tegas untuk menolak intervensi industri, segera memerintahkan jajarannya untuk menerapkan regulasi pengendalian produk tembakau dan rokok elektronik, jangan lagi rakyat menjadi korban," kata Tulus Abadi.
Secara simbolis akan dilepaskan armada iklan layanan masyarakat yang akan berkeliling wilayah DKI Jakarta. Mobil iklan ini membawa pesan-pesan edukatif dan peringatan keras mengenai bahaya rokok serta tipu daya industri tembakau, dengan harapan dapat menjangkau lebih banyak lapisan masyarakat secara langsung di ruang publik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(ELG)
Hal itu mereka sampaikan bersama organisasi koalisi peduli pengendalian tembakau dalam rangka Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) yang jatuh setiap tanggal 31 Mei. Salah satu tantangan terbesar dalam kesehatan masyarakat saat ini adalah daya tarik produk tembakau, nikotin, dan turunannya bagi anak muda.
"Konsumen lama yang ingin berhenti ditawari candu dalam bentuk baru dan dibuat merasa seakan lebih sehat, lalu mencari konsumen baru anak-anak dan remaja dengan rasa dan kemasan yang seperti yang diketahui," kata Sekretaris Jenderal Komnas Pengendalian Tembakau, Tulus Abadi.
Pemerintah baru saja mengesahkan PP 28/2024 sebagai turunan UU No. 17/2023 tentang Kesehatan, yang salah satunya mengatur adanya kemasan yang distandarkan. dr. Lukiarti Rukmini, MPH dari Yayasan Kanker Indonesia, mempertanyakan mengapa aturan kemasan rokok elektronik semakin marak meski padahal sudah ada aturannya alam PP tersebut.
"Perhatian utama kami adalah bagaimana perusahaan vape menjual produknya memakai kemasan-kemasan yang sangat menarik untuk anak-anak dan remaja, berwarna-warni, bergambar buah dan permen, bahkan memakai ilustrasi animasi," ungkapnya,
baca juga: |
Padahal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan bahwa sekitar 85% kasus kanker paru-paru berhubungan dengan kebiasaan merokok. Berdasarkan data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) perokok memiliki risiko 15–30 kali lebih tinggi terkena kanker paru-paru dibandingkan dengan bukan perokok.
"Kami menuntut Presiden Prabowo untuk segera menetapkan standarisasi kemasan yang sangat mendesak kita perlukan ini, agar industri tidak semena-mena memasarkan produknya memakai topeng kemasan sehingga masyarakat tertipu dan akhirnya kecanduan," ujarnya.
Dengan berkembangnya produk-produk nikotin baru, banyak juga telah diluncurkan vape, pods, rokok yang dipanaskan, sampai kantong nikotin. Di balik topeng rasa-rasa manis tersebut, mereka sedang menyasar pelanggan baru –para perokok pemula, dan mendorong para pengguna ganda.
"Ini adalah taktik yang harus diungkap ke masyarakat, karena mereka mempromosikannya seakan produk-produk ini adalah produk yang aman, memakai rasa-rasa manis seperti buah-buahan dan permen, memakai kemasan warna-warni yang sangat menarik bagi anak dan remaja. Saya mewakili PGRI, mendesak Presiden Prabowo melakukan langkah nyata untuk menghentikan manipulasi yang dilakukan industri rokok," kata Dudung Abdul Qodir, S.Pd., M.Pd., Sekretaris Jenderal PB Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Di Indonesia, belum selesai masalah masifnya konsumsi rokok konvensional yang menjadi beban kesehatan dan ekonomi, bermunculan produk-produk nikotin baru yang berkembang sangat pesat. Dalam satu dekade terakhir, konsumen new nicotine products (rokok elektronik, vape, dsb) telah meningkat 10x lipat (Riskesdas 2013, 2018, Survei Kesehatan Indonesia -SKI 2023).
Survei terbaru oleh Jalin Foundation menyebutkan, di Jakarta saja, sebanyak 24% remaja laki-laki usia 12-19 tahun menjadi pengguna rokok elektronik. Secara kasat nyata, toko-toko rokok elektronik dan vape, seakan tak terbendung, menjamur di berbagai wilayah di seluruh Indonesia.
"Kami percaya Presiden Prabowo bisa bertindak lebih tegas untuk menolak intervensi industri, segera memerintahkan jajarannya untuk menerapkan regulasi pengendalian produk tembakau dan rokok elektronik, jangan lagi rakyat menjadi korban," kata Tulus Abadi.
Secara simbolis akan dilepaskan armada iklan layanan masyarakat yang akan berkeliling wilayah DKI Jakarta. Mobil iklan ini membawa pesan-pesan edukatif dan peringatan keras mengenai bahaya rokok serta tipu daya industri tembakau, dengan harapan dapat menjangkau lebih banyak lapisan masyarakat secara langsung di ruang publik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ELG)