FITNESS & HEALTH

Pencegahan Komprehensif demi Mencegah Risiko Dengue Parah

A. Firdaus
Selasa 17 Juni 2025 / 16:17
Jakarta: Indonesia merupakan negara endemik dengue dengan kasus tertinggi di Asia. Hal ini menjadikan pencegahan dengue sangat penting dilakukan, terutama untuk melindungi populasi dengan risiko lebih tinggi terhadap infeksi dengue. 

Menurut Prof. Dr. Edi Hartoyo,dr,Sp.A Subsp.Inf.P.T (K), dokter spesialis anak, Beberapa penelitian menunjukkan dengue yang parah dikaitkan dengan berbagai faktor, termasuk usia dengan peningkatan risiko di kalangan anak-anak yang lebih muda.

Di Indonesia, berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2021-2023, sekitar 73% kasus dengue terjadi pada kelompok umur 5-44 tahun dengan proporsi kematian tertinggi 49% terjadi pada kelompok umur 5-14 tahun. 

Selain itu, data global menunjukkan bahwa selama 30 tahun, anak-anak memiliki insiden dengue yang lebih tinggi dan Disability-Adjusted Life Years (tahun-tahun kehidupan yang hilang akibat kematian atau akibat disabilitas yang disebabkan penyakit/DALYs) dari seluruh populasi. 

"Indonesia merupakan negara dengan beban DALYs tertinggi akibat dengue pada tahun 2021," ucap Prof. Edi saat seminar ASEAN Dengue Day (ADD).

Baca juga: IDAI Tekankan Pentingnya Komitmen Menuju Nol Kematian akibat Dengue pada 2030

Oleh karena itu, dibutuhkan pencegahan yang komprehensif agar kita dapat terhindar dari risiko dengue parah dan kematian. Pencegahan inovatif vaksin dengue yang saat ini tersedia di Indonesia dapat diakses secara mandiri oleh masyarakat. 

"Vaksin dengue adalah salah satu langkah krusial untuk meningkatkan perlindungan, baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Tetapi, untuk mendapatkan perlindungan yang optimal, vaksinasi harus dilakukan secara lengkap sesuai dosis yang dianjurkan," terang Prof. Edi.

Menyikapi hal itu, Dr. dr. Djatnika Setiabudi, Sp.A. Subsp.Inf.P.T (K), MCTM (Trop Ped), yang juga dokter spesialis anak menyoroti sejarah penggunaan metode inovatif seperti vaksinasi yang sudah berlangsung sangat lama. Penggunaan vaksin untuk pencegahan penyakit bukanlah hal baru. 

"Vaksin telah digunakan selama lebih dari 200 tahun, tepatnya sejak vaksin pertama kali dikembangkan untuk melindungi dari cacar pada tahun 1796. Di mana, saat itu cacar merupakan penyakit yang memakan banyak korban jiwa dan menimbulkan dampak besar pada peradaban manusia," ucap Dr. Djatnika. 

Imunisasi saat ini mencegah 3,5 juta hingga 5 juta kematian setiap tahun akibat penyakit seperti difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), influenza, dan campak. Walaupun vaksin tidak membuat seseorang kebal terhadap penyakit, tetapi vaksinasi dapat menurunkan tingkat keparahan apabila terjangkit. 

"Seseorang yang telah divaksinasi tidak hanya melindungi dirinya, tetapi juga orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian, vaksinasi dapat memutus mata rantai penyebaran penyakit," tutup Dr. Djatnika.

ASEAN Dengue Day (ADD) adalah peringatan regional yang diluncurkan pada 15 Juni 2011 sebagai tindak lanjut dari persetujuan dalam 10th ASEAN Health Ministers Meeting tahun 2010, untuk memperkuat kesadaran dan upaya kolektif dalam menanggulangi dengue di Asia Tenggara. Setiap tahunnya, seluruh negara anggota ASEAN, termasuk Indonesia, mengorganisir berbagai kegiatan edukasi, kampanye, dan kolaborasi di tingkat nasional maupun lokal guna mendorong pencegahan dengue yang berkelanjutan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)

MOST SEARCH