FITNESS & HEALTH

Bulan Kesadaran Kanker Darah, Pentingnya Deteksi Dini Multiple Myeloma di Indonesia

A. Firdaus
Rabu 10 September 2025 / 22:10
Jakarta: Pada September ini, dalam rangka memperingati Bulan Kesadaran Kanker Darah, Takeda bekerja sama dengan organisasi pasien Multiple Myeloma Indonesia (MMI), serta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia melangsungkan edukasi media bertajuk: Sadari, Pahami & Berdamai dengan Multiple Myeloma. Acara ini untuk menyoroti bahaya terlambat deteksi dan kebutuhan mendesak akan peningkatan kesadaran. 

Dengan lebih dari 3.000 kasus baru Multiple Myeloma yang didiagnosis setiap tahun di Indonesia, 3 banyak pasien baru mengetahui kondisi mereka yang sebenarnya pada saat kerusakan organ telah terjadi, di mana hal ini menurunkan pilihan tatalaksana yang dapat mereka terima, serta kualitas hidup mereka secara drastis.

Multiple Myeloma adalah jenis kanker darah yang berkembang pada sel plasma di sumsum tulang. Sel plasma berfungsi menghasilkan antibodi untuk melindungi tubuh dari virus dan bakteri. 

Pada kondisi ini, sumsum tulang memproduksi sel plasma abnormal atau sel mieloma yang tidak lagi berfungsi normal. Sel myeloma tersebut menghasilkan antibodi yang tidak efektif dan tumbuh secara berlebihan hingga menekan produksi sel darah sehat. 

Pertumbuhan sel mieloma biasanya terjadi di banyak area pada sumsum tulang, sehingga disebut 'multiple' myeloma. Penyakit ini juga dikenal dengan nama lain plasma cell myeloma.

Baca juga: Waspada Multiple Myeloma: Faktor Risiko, Gejala, dan Pentingnya Deteksi Dini

Direktur Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, mengatakan berbagai jenis kanker termasuk Multiple Myeloma masih menjadi beban Kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan data GLOBOCAN 2022, Multiple Myeloma menempati peringkat ke‑19 dari semua jenis kanker di Indonesia, dengan estimasi sekitar 3.289 kasus baru per tahun, atau sekitar 0,8% dari seluruh insiden kanker nasional. 

Terbatasnya pilihan pengobatan termasuk obat-obatan merupakan tantangan yang besar untuk angka kesintasan penderita kanker. Makin dini kita mendeteksi stadium awal kanker makin baik angka kesintasan (survival) kita terhadap penyakit ini. Bukan hanya itu saja secara pembiayaan akan relatif menjadi lebih murah dibandingkan pengobatan kanker pada stadium lanjut.

"Meski terdengar kecil secara persentase, angka tersebut mencerminkan bahwa ribuan keluarga dihadapkan pada tantangan hidup yang berat setiap tahun, karena dampak dari penyakit kanker bukan saja beban ekonomi, tetapi beban psikologi dan sosial yang harus dihadapi pasien serta keluarganya," ujar dr. Nadia.

Menyadari hal tersebut, Kementerian Kesehatan telah meluncurkan enam strategi pencegahan dan pengendalian kanker, di antaranya

- Promotif dan preventif
- Skrining dan deteksi dini
- Peningkatan akses diagnostik
- Tata laksana kanker dan pelayanan paliatif
- Penguatan registri dan penelitian kanker
- Kemitraan dengan pemangku kepentingan
- Tata kelola dan akuntabilitas pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian kanker. 

"Keterlibatan pihak-pihak terkait menjadi penting dalam memperluas kerja nyata di lapangan. Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, oleh karena itu pemerintah terus mendorong upaya kolaborasi lintas sektor, seperti dengan para pihak swasta dan organisasi pasien/masyarakat, agar edukasi serta penanganan kanker, termasuk Multiple Myeloma, bisa dipahami, berkelanjutan dan menjangkau masyarakat lebih luas," tutur dr. Nadia.

Sementara itu Andreas Gutknecht, General Manager Takeda, menekankan bahwa inovasi dalam pengobatan harus berjalan beriringan dengan edukasi publik yang berkelanjutan. 

"Di Takeda, kami percaya bahwa inovasi hanya akan bermakna bila benar-benar sampai ke tangan pasien, dan itu dimulai dengan meningkatkan pemahaman masyarakat. Edukasi yang berkelanjutan tentang penyakit seperti Multiple Myeloma sangat penting agar masyarakat dapat lebih waspada, mengenali gejala sejak dini, dan segera mencari pertolongan medis," kata Andreas.

Perjalanan pasien kanker darah ini seringkali panjang dan penuh tantangan, dan mereka tidak seharusnya menghadapinya sendirian. 

"Melalui kolaborasi dengan pemerintah, tenaga medis, organisasi pasien, serta dukungan rekan-rekan media, kami ingin memastikan bahwa pasien Multiple Myeloma di Indonesia memiliki akses lebih luas terhadap pengobatan inovatif sekaligus dukungan untuk menjaga kualitas hidup mereka," terang Andreas.
 
"Inisiatif edukasi media ini mencerminkan langkah nyata kami dalam memperluas pemahaman publik dan memperkuat ekosistem kesehatan di Indonesia. Kami berharap, melalui edukasi ini masyarakat semakin waspada, lebih mengenali gejala Multiple Myeloma, dan tidak ragu memeriksakan diri lebih awal," tutup Andreas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH