FITNESS & HEALTH

Waspada Multiple Myeloma: Faktor Risiko, Gejala, dan Pentingnya Deteksi Dini

A. Firdaus
Rabu 10 September 2025 / 21:32
Jakarta: Multiple Myeloma adalah jenis kanker darah yang paling umum kedua di dunia, dengan 176.404 kasus baru dilaporkan setiap tahunnya. Hingga saat ini, jumlah pasien Multiple Myeloma di Indonesia belum tercatat dengan pasti. 

Kendati demikian, menurut Jurnal Penyakit Dalam Indonesia tahun 2020, pada rentan waktu tahun 2005-2015, terdapat 356 kasus yang dilaporakan oleh Registrasi Kanker Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD). Angka kunjungan pasien multiple myeloma baru juga mengalami peningkatan, dari 10 pasien pada 2005 menjadi sekitar diatas 20 pasien pada 2015.

Multiple Myeloma adalah jenis kanker darah yang berkembang pada sel plasma di sumsum tulang. Sel plasma berfungsi menghasilkan antibodi untuk melindungi tubuh dari virus dan bakteri. 

Pada kondisi ini, sumsum tulang memproduksi sel plasma abnormal atau sel myeloma yang tidak lagi berfungsi normal. Sel myeloma tersebut menghasilkan antibodi yang tidak efektif dan tumbuh secara berlebihan hingga menekan produksi sel darah sehat. Pertumbuhan sel myeloma biasanya terjadi di banyak area pada sumsum tulang, sehingga disebut 'multiple' myeloma. Penyakit ini juga dikenal dengan nama lain plasma cell myeloma.

Prof. DR. DR. dr. Ikhwan Rinaldi, Sp.PD, KHOM, M.Epid, M.PdKed, FACP, FINASIM, FISQua, Konsultan Hematologi-Onkologi Medik, menjelaskan bahwa Multiple Myeloma tetap menjadi ancaman serius karena pada banyak kasus baru terdiagnosis setelah stadium lanjut, ketika kerusakan organ sudah terjadi. 

Baca juga: Tantangan dan Peran Transplantasi Sel Punca di Era Terapi Baru

Menurut Prof. Ikhwan berikut beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena Multiple Myeloma:

- Usia lanjut
- Riwayat keluarga
- Jenis kelamin laki-laki
- Paparan radiasi atau bahan kimia tertentu.
- Berat badan berlebih
- Riwayat kelainan sel plasma. '

"Penyakit ini menyerang area tubuh di mana sumsum tulang aktif, seperti tulang belakang, tengkorak, panggul, tulang rusuk, dan sekitar bahu serta pinggul, dan dapat menyebabkan kerusakan tulang yang berujung pada patah tulang maupun kadar kalsium tinggi dalam darah," kata Prof. Ikhwan saat talkshow dalam memperingati Bulan Kesadaran Kanker Darah yang diinisiasi Takeda.

Selain itu, produksi sel darah juga terganggu sehingga pasien sering mengalami anemia, infeksi berulang, atau perdarahan. Tidak jarang, komplikasi serius juga muncul pada ginjal, disertai melemahnya sistem imun yang membuat pasien semakin rentan terhadap berbagai infeksi. 

"Sayangnya, gejala Multiple Myeloma sering tidak dikenali sejak awal karena terlalu umum. Salah satu yang menjadi tantangan terbesar untuk hal ini adalah masih rendahnya literasi dan pemahaman masyarakat di Indonesia terhadap Multiple Myeloma," ucap Prof. Ikhwan.

"Sementara, deteksi dini sangat penting untuk keberhasilan terapi. Oleh karena itu, peran edukasi dan penyebaran informasi melalui media sangat penting agar masyarakat lebih waspada," sambungnya.

Prof. Ikhwan menambahkan, saat ini tersedia berbagai pilihan terapi untuk pasien Multiple Myeloma di Indonesia yang dapat diberikan, baik secara oral maupun infus. Mulai dari kemoterapi, kortikosteroid, imunomodulator, sampai dengan terapi inovatif seperti terapi target, contohnya adalah proteasome inhibitor.

"Seiring berkembangnya terapi, semakin besar peluang pasien untuk mempertahankan kualitas hidup mereka. Oleh karena itu, penting sekali bagi pasien untuk segera bertindak," kata Prof. Ikhwan.

"Kalau seseorang sudah mulai merasakan gejala yang mencurigakan, jangan menunda untuk memeriksakan diri. Semakin cepat Multiple Myeloma didiagnosis, semakin cepat dapat ditatalaksana, dan semakin tepat pengobatan bisa diberikan," tutup Prof. Ikhwan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH