FITNESS & HEALTH
Tantangan dan Peran Transplantasi Sel Punca di Era Terapi Baru
A. Firdaus
Selasa 20 Mei 2025 / 11:10
Jakarta: Transplantasi sel punca hematopoietik (Hematopoietic Stem Cell Transplantation/HSCT) kini menjadi salah satu harapan utama bagi pasien kanker darah.
Prosedur medis ini terbukti efektif dalam membantu pemulihan penderita leukemia, limfoma, mieloma multipel, hingga penyakit kelainan darah seperti anemia aplastik dan talasemia.
"Transplantasi sel punca hematopoietik pada dasarnya bertujuan mengganti sumsum tulang yang rusak akibat kanker atau kelainan darah, dengan sel punca yang sehat," kata Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hematologi Onkologi Medik dari MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, dr. Nadia Ayu Mulansari, SpPD-KHOM.
Di Indonesia, prosedur ini sudah bisa dilakukan di beberapa rumah sakit besar seperti MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, RS Kanker Dharmais, dan RSCM.
Baca juga: Tak Dianjurkan Kemoterapi, Pasien Kanker Usia Lanjut Disarankan Jalani Perawatan Paliatif
"Namun masih terdapat tantangan seperti terbatasnya fasilitas dan tenaga medis terlatih, keterbatasan jumlah pusat transplantasi, dan biaya yang tinggi,"ujar dr. Nadia.
"Upaya kolaborasi dan investasi di bidang hematologi sangat dibutuhkan agar lebih banyak pasien bisa mengakses pengobatan ini," tuturnya.
Prof. William Hwang, Dokter Konsultan Senior Bidang Hemato-onkologi dari National Cancer Centre Singapore, menjelaskan, transplantasi sel punca tetap memegang peran penting. Bahkan di tengah kemunculan terapi-terapi canggih seperti CAR-T dan antibodi bispesifik.
"Transplantasi sel punca tidak akan tergantikan dalam waktu dekat. Bahkan dengan hadirnya terapi CAR-T dan antibodi bispesifik, transplantasi tetap menjadi pengobatan kuratif utama untuk banyak jenis kanker darah," jelas Prof. Hwang.
Transplantasi menjadi pilihan utama bagi pasien yang mengalami kekambuhan atau tidak merespons pengobatan standar. "Untuk pasien muda dan yang secara fisik masih kuat, transplantasi masih memberi harapan kesembuhan penuh," tambahnya.
Prof. Hwang menekankan bahwa terapi CAR-T dan antibodi bispesifik adalah pelengkap, bukan pengganti. CAR-T: Sel T pasien dimodifikasi agar bisa mengenali dan menyerang sel kanker. Antibodi bispesifik kemudian menghubungkan sel T dengan sel kanker agar sistem imun bisa menghancurkan target secara langsung.
Kedua terapi ini memberi harapan baru, namun efektivitasnya tergantung pada jenis kanker, kondisi pasien, dan respons imun tubuh. Dalam beberapa kasus, pasien tetap memerlukan transplantasi setelah terapi ini.
"Kami melihat terapi baru ini sebagai pelengkap, bukan pengganti. Mereka membantu menjembatani pasien menuju transplantasi," jelas Prof. Hwang.
Ke depan, kombinasi terapi inovatif dan transplantasi bisa menjadi strategi utama pengobatan kanker darah.
"Bayangkan CAR-T dan antibodi bispesifik sebagai pasukan khusus untuk menyerang musuh spesifik, lalu transplantasi sel punca sebagai tentara besar yang membersihkan sisa-sisa penyakit," ungkap Prof. Hwang.
Transplantasi sel punca masih merupakan prosedur kompleks dan mahal. Dukungan pemerintah, edukasi masyarakat, dan kolaborasi internasional sangat dibutuhkan.
"Dengan kerja sama antarnegara dan peningkatan pusat transplantasi di Asia, kita bisa memberi lebih banyak pasien kesempatan untuk sembuh," tegas Prof. Hwang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Prosedur medis ini terbukti efektif dalam membantu pemulihan penderita leukemia, limfoma, mieloma multipel, hingga penyakit kelainan darah seperti anemia aplastik dan talasemia.
"Transplantasi sel punca hematopoietik pada dasarnya bertujuan mengganti sumsum tulang yang rusak akibat kanker atau kelainan darah, dengan sel punca yang sehat," kata Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hematologi Onkologi Medik dari MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, dr. Nadia Ayu Mulansari, SpPD-KHOM.
Di Indonesia, prosedur ini sudah bisa dilakukan di beberapa rumah sakit besar seperti MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, RS Kanker Dharmais, dan RSCM.
Baca juga: Tak Dianjurkan Kemoterapi, Pasien Kanker Usia Lanjut Disarankan Jalani Perawatan Paliatif
"Namun masih terdapat tantangan seperti terbatasnya fasilitas dan tenaga medis terlatih, keterbatasan jumlah pusat transplantasi, dan biaya yang tinggi,"ujar dr. Nadia.
"Upaya kolaborasi dan investasi di bidang hematologi sangat dibutuhkan agar lebih banyak pasien bisa mengakses pengobatan ini," tuturnya.
Peran penting transplantasi sel punca
Prof. William Hwang, Dokter Konsultan Senior Bidang Hemato-onkologi dari National Cancer Centre Singapore, menjelaskan, transplantasi sel punca tetap memegang peran penting. Bahkan di tengah kemunculan terapi-terapi canggih seperti CAR-T dan antibodi bispesifik.
"Transplantasi sel punca tidak akan tergantikan dalam waktu dekat. Bahkan dengan hadirnya terapi CAR-T dan antibodi bispesifik, transplantasi tetap menjadi pengobatan kuratif utama untuk banyak jenis kanker darah," jelas Prof. Hwang.
Transplantasi menjadi pilihan utama bagi pasien yang mengalami kekambuhan atau tidak merespons pengobatan standar. "Untuk pasien muda dan yang secara fisik masih kuat, transplantasi masih memberi harapan kesembuhan penuh," tambahnya.
Prof. Hwang menekankan bahwa terapi CAR-T dan antibodi bispesifik adalah pelengkap, bukan pengganti. CAR-T: Sel T pasien dimodifikasi agar bisa mengenali dan menyerang sel kanker. Antibodi bispesifik kemudian menghubungkan sel T dengan sel kanker agar sistem imun bisa menghancurkan target secara langsung.
Kedua terapi ini memberi harapan baru, namun efektivitasnya tergantung pada jenis kanker, kondisi pasien, dan respons imun tubuh. Dalam beberapa kasus, pasien tetap memerlukan transplantasi setelah terapi ini.
"Kami melihat terapi baru ini sebagai pelengkap, bukan pengganti. Mereka membantu menjembatani pasien menuju transplantasi," jelas Prof. Hwang.
Ke depan, kombinasi terapi inovatif dan transplantasi bisa menjadi strategi utama pengobatan kanker darah.
"Bayangkan CAR-T dan antibodi bispesifik sebagai pasukan khusus untuk menyerang musuh spesifik, lalu transplantasi sel punca sebagai tentara besar yang membersihkan sisa-sisa penyakit," ungkap Prof. Hwang.
Transplantasi sel punca masih merupakan prosedur kompleks dan mahal. Dukungan pemerintah, edukasi masyarakat, dan kolaborasi internasional sangat dibutuhkan.
"Dengan kerja sama antarnegara dan peningkatan pusat transplantasi di Asia, kita bisa memberi lebih banyak pasien kesempatan untuk sembuh," tegas Prof. Hwang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)