FITNESS & HEALTH
Bunuh Diri, Apakah Selalu Jadi 'Jalan' bagi Korban Bullying?
Mia Vale
Senin 20 Oktober 2025 / 16:53
Jakarta: Masih terdengar kasus bullying, kali ini menimpa Mahasiswa Semester 7 Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Udayana, Timothy Anugerah Saputra. Ia meninggal bunuh diri diduga karena bullying atau perundungan.
Parahnya perundungan masih terjadi saat korban sudah meninggal dunia. Apakah sudah separah itu bullying yang terjadi di masyarakat? Apakah sudah tidak ada lagi empati sesama manusia?
Sampai-sampai seseorang yang kabarnya telah menjadi korban bullying harus tetap mendapat perlakuan tidak pantas dari anak-anak yang notabene terpelajar?
Ya, kasus meninggalnya mahasiswa Universitas Udayana (Unud) Timothy Anugerah Saputra yang diduga bunuh diri akibat perundungan yang diterimanya masih menjadi sorotan publik.
Kasus ini semakin membuat masyarakat geram lantaran reaksi sejumlah rekan kampus yang dinilai kurang menunjukkan empati terhadap kepergian Timothy.
Namun, di luar dari masalah ini, ada yang menjadi pertanyaan, mengapa korban perundungan sebagian besar mengambil keputusan untuk mengakhiri hidupnya? Apakah memang ada hubungannya?
Gaan Akers, LPC, NCC dalam Hillside menulis, sebenarnya tidak ada bukti yang mendukung bahwa perundungan secara universal dan langsung menyebabkan bunuh diri.
.jpg)
(Perundungan sebagai satu-satunya penyebab bunuh diri dapat berpotensi berbahaya karena salah satu alasannya terlalu fokus pada menyalahkan dan menghukum. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)
Mayoritas anak-anak dan remaja yang dirundung tidak terlibat dalam perilaku yang mengancam jiwa. Namun, perundungan dan bunuh diri saling berkaitan.
Remaja yang terlibat dalam perundungan lebih mungkin mengalami pikiran atau percobaan bunuh diri dibandingkan mereka yang tidak.
Hal ini menunjukkan bahwa menjadi korban perundungan, selain faktor risiko lainnya, dapat meningkatkan kemungkinan remaja untuk terlibat dalam ide, pikiran, atau gerakan bunuh diri.
Perundungan dapat memperburuk situasi jika seorang remaja sudah berjuang melawan depresi, trauma, atau masalah di rumah.
Pikiran untuk bunuh diri atau percobaan bunuh diri sering kali lebih tinggi pada kelompok tertentu yang berisiko lebih tinggi mengalami perundungan dan menjadi korban.
Beberapa ahli melalui laman Hill Side berpendapat, perundungan sebagai satu-satunya penyebab bunuh diri dapat berpotensi berbahaya karena beberapa alasan, termasuk:
- Mengalihkan perhatian dari faktor risiko lain, seperti penyakit mental, disfungsi keluarga, atau mengatasi penyakit/disabilitas
- Terlalu fokus pada menyalahkan dan menghukum, alih-alih memberikan perhatian kritis kepada remaja yang membutuhkan dukungan dan perawatan
- Mempertahankan gagasan bahwa bunuh diri adalah respons alami terhadap perundungan, yang berpotensi menormalkan respons ini di kalangan remaja
Bunuh diri anak, remaja, dan dewasa muda akibat perundungan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan. Hal ini tetap menjadi penyebab kematian kedua terbanyak di kalangan anak muda berusia 15 - 24 tahun, dengan angka yang meningkat dibandingkan dekade-dekade sebelumnya.
Dalam beberapa kasus, perundungan dapat menyebabkan bunuh diri. Dalam kasus lain, korban akan mengalami gangguan emosional yang parah yang berkembang seiring waktu.
Sebuah studi menemukan bahwa risiko pikiran dan perilaku bunuh diri lebih tinggi di antara semua orang yang terlibat, termasuk pelaku perundungan, korban, dan korban perundungan.
Para pengamat juga terpengaruh secara psikologis karena menyaksikan tindakan perundungan dan penganiayaan. Penelitian menunjukkan bahwa para pengamat adalah korban melalui perantara dan dapat mengembangkan:
- Depresi
- Penyalahgunaan zat terlarang
- Stres atau ketakutan terkait pembalasan
- Meningkatnya rasa bersalah
- Internalisasi ide bunuh diri
- Perilaku kekerasan yang diarahkan sendiri, seperti percobaan bunuh diri
Meningkatkan kesadaran tentang dampak perundungan, termasuk ide dan upaya bunuh diri, dapat membantu melindungi anak-anak dan remaja. Langkah pertama untuk mencegah perundungan dan ide bunuh diri adalah mengidentifikasi siswa yang membutuhkan layanan kesehatan mental dan perilaku.
Ketika seorang anak atau remaja dirundung, mereka sering merasa putus asa dan berpikir tidak ada jalan keluar. Orang tua, guru/dosen, wali, teman sebaya, dan masyarakat semuanya memainkan peran penting dalam menciptakan jaringan dukungan yang aman, mendorong hubungan yang positif, mengajarkan keterampilan koping, dan mendorong remaja untuk mencari bantuan saat dibutuhkan.
Jika kamu melihat atau mengalami perundungan atau bullying, Kemenkes menyediakan layanan untuk membantu di tautan Sistem Laporan Perundungan di nomor telepon/WhatsApp 0812299799777.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Parahnya perundungan masih terjadi saat korban sudah meninggal dunia. Apakah sudah separah itu bullying yang terjadi di masyarakat? Apakah sudah tidak ada lagi empati sesama manusia?
Sampai-sampai seseorang yang kabarnya telah menjadi korban bullying harus tetap mendapat perlakuan tidak pantas dari anak-anak yang notabene terpelajar?
Ya, kasus meninggalnya mahasiswa Universitas Udayana (Unud) Timothy Anugerah Saputra yang diduga bunuh diri akibat perundungan yang diterimanya masih menjadi sorotan publik.
Baca Juga :
Kenali 5 Jenis Bullying yang Bisa Terjadi
Kasus ini semakin membuat masyarakat geram lantaran reaksi sejumlah rekan kampus yang dinilai kurang menunjukkan empati terhadap kepergian Timothy.
Namun, di luar dari masalah ini, ada yang menjadi pertanyaan, mengapa korban perundungan sebagian besar mengambil keputusan untuk mengakhiri hidupnya? Apakah memang ada hubungannya?
Apakah penindasan menyebabkan bunuh diri?
Gaan Akers, LPC, NCC dalam Hillside menulis, sebenarnya tidak ada bukti yang mendukung bahwa perundungan secara universal dan langsung menyebabkan bunuh diri.
.jpg)
(Perundungan sebagai satu-satunya penyebab bunuh diri dapat berpotensi berbahaya karena salah satu alasannya terlalu fokus pada menyalahkan dan menghukum. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)
Mayoritas anak-anak dan remaja yang dirundung tidak terlibat dalam perilaku yang mengancam jiwa. Namun, perundungan dan bunuh diri saling berkaitan.
Remaja yang terlibat dalam perundungan lebih mungkin mengalami pikiran atau percobaan bunuh diri dibandingkan mereka yang tidak.
Hal ini menunjukkan bahwa menjadi korban perundungan, selain faktor risiko lainnya, dapat meningkatkan kemungkinan remaja untuk terlibat dalam ide, pikiran, atau gerakan bunuh diri.
Perundungan dapat memperburuk situasi jika seorang remaja sudah berjuang melawan depresi, trauma, atau masalah di rumah.
Pikiran untuk bunuh diri atau percobaan bunuh diri sering kali lebih tinggi pada kelompok tertentu yang berisiko lebih tinggi mengalami perundungan dan menjadi korban.
Beberapa ahli melalui laman Hill Side berpendapat, perundungan sebagai satu-satunya penyebab bunuh diri dapat berpotensi berbahaya karena beberapa alasan, termasuk:
- Mengalihkan perhatian dari faktor risiko lain, seperti penyakit mental, disfungsi keluarga, atau mengatasi penyakit/disabilitas
- Terlalu fokus pada menyalahkan dan menghukum, alih-alih memberikan perhatian kritis kepada remaja yang membutuhkan dukungan dan perawatan
- Mempertahankan gagasan bahwa bunuh diri adalah respons alami terhadap perundungan, yang berpotensi menormalkan respons ini di kalangan remaja
Hubungan antara perundungan dan bunuh diri
Bunuh diri anak, remaja, dan dewasa muda akibat perundungan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan. Hal ini tetap menjadi penyebab kematian kedua terbanyak di kalangan anak muda berusia 15 - 24 tahun, dengan angka yang meningkat dibandingkan dekade-dekade sebelumnya.
Dalam beberapa kasus, perundungan dapat menyebabkan bunuh diri. Dalam kasus lain, korban akan mengalami gangguan emosional yang parah yang berkembang seiring waktu.
Sebuah studi menemukan bahwa risiko pikiran dan perilaku bunuh diri lebih tinggi di antara semua orang yang terlibat, termasuk pelaku perundungan, korban, dan korban perundungan.
Para pengamat juga terpengaruh secara psikologis karena menyaksikan tindakan perundungan dan penganiayaan. Penelitian menunjukkan bahwa para pengamat adalah korban melalui perantara dan dapat mengembangkan:
- Depresi
- Penyalahgunaan zat terlarang
- Stres atau ketakutan terkait pembalasan
- Meningkatnya rasa bersalah
- Internalisasi ide bunuh diri
- Perilaku kekerasan yang diarahkan sendiri, seperti percobaan bunuh diri
Pentingnya pencegahan bunuh diri
Meningkatkan kesadaran tentang dampak perundungan, termasuk ide dan upaya bunuh diri, dapat membantu melindungi anak-anak dan remaja. Langkah pertama untuk mencegah perundungan dan ide bunuh diri adalah mengidentifikasi siswa yang membutuhkan layanan kesehatan mental dan perilaku.
Ketika seorang anak atau remaja dirundung, mereka sering merasa putus asa dan berpikir tidak ada jalan keluar. Orang tua, guru/dosen, wali, teman sebaya, dan masyarakat semuanya memainkan peran penting dalam menciptakan jaringan dukungan yang aman, mendorong hubungan yang positif, mengajarkan keterampilan koping, dan mendorong remaja untuk mencari bantuan saat dibutuhkan.
Jika kamu melihat atau mengalami perundungan atau bullying, Kemenkes menyediakan layanan untuk membantu di tautan Sistem Laporan Perundungan di nomor telepon/WhatsApp 0812299799777.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)