FAMILY
5 Langkah Bangun Kecerdasan Emosional Anak untuk Cegah Bullying di Sekolah
A. Firdaus
Sabtu 22 November 2025 / 12:41
Jakarta: Bullying di sekolah sering kali berasal dari anak yang tidak bisa mengelola emosi dengan baik. Kecerdasan emosional atau EI anak sangat penting untuk membantu mereka menghadapi tantangan hidup, seperti stres atau konflik dengan teman.
Menurut Debora Basari, M.Psi., Psikolog dan Dosen Psikologi Universitas Tarumanagara, membangun EI sejak dini bisa membuat anak lebih bahagia dan sukses di masa depan, serta mencegah perilaku bullying.
Dalam acara Forum Diskusi Denpasar 12 Edisi ke-256 "Membangun Persahabatan Sehat, Mencegah Bullying di Sekolah" via Zoom, Rabu (19/11/25), Debora menjelaskan langkah-langkah sederhana yang bisa dilakukan orang tua dan guru untuk mengembangkan Kecerdasan Emosional anak.
"EI bukan hanya tentang otak, tapi juga tentang hati. Dengan EI yang baik, anak bisa mengelola perasaan mereka sendiri dan memahami orang lain," ujar Debora.
Dengan EI yang kuat, anak lebih mampu menghindari konflik yang bisa berujung pada bullying karena mereka tahu cara menenangkan diri dan empati terhadap teman.
Langkah pertama yang disarankan Debora adalah mengajarkan anak untuk mengenali emosi dirinya sendiri. "Bantu anak memberi nama pada perasaannya, seperti senang, sedih, marah, takut, atau kecewa," kata Debora.
Misalnya, jika anak menangis karena mainannya rusak, orang tua bisa berkata, 'Kamu merasa sedih karena mobil mainanmu rusak, ya?'. Hal ini membantu anak menyadari apa yang mereka rasakan dan belajar mengungkapkannya dengan kata-kata, bukan dengan perilaku negatif seperti marah-marah atau menangis terus. Dengan mengenali emosi, anak bisa menghindari meledak emosi yang sering memicu bullying.
Selanjutnya Debora menekankan pentingnya melatih anak mengelola emosi. Anak perlu belajar kendali diri agar tidak mudah meledak. Contohnya, saat anak marah, ajak dia menarik napas dalam-dalam.
Atau saat kecewa, bantu anak beralih aktivitas seperti menggambar atau membaca buku. Latihan ini membangun kemampuan self-regulation, sehingga anak bisa tenang dalam situasi sulit dan tidak bertindak agresif yang bisa berujung pada bullying.
Debora mendorong orang tua untuk menumbuhkan empati pada anak. Empati adalah kemampuan merasakan apa yang orang lain rasakan.
"Cara sederhananya adalah dengan mengajak anak berbagi mainan atau membantu teman yang sedih," bebernya.
Debora juga sarankan menceritakan kisah dengan tokoh yang punya berbagai perasaan, lalu tanyakan, "Bagaimana perasaan tokoh itu?" Latihan seperti ini mengajarkan anak bahwa setiap orang punya emosi dan penting untuk menghormatinya. Dengan empati yang tinggi, anak akan lebih peduli pada teman dan kurang mungkin melakukan bullying karena mereka bisa merasakan sakitnya korban.
Selain itu, Debora menyarankan mendukung anak dalam memecahkan masalah sosial. Ajarkan anak menyelesaikan konflik secara damai. Misalnya, saat anak berebut mainan, bantu mereka berdialog, "Bagaimana caranya supaya kalian berdua bisa bermain bersama?"
Melalui ini, anak belajar bahwa masalah bisa diselesaikan dengan komunikasi dan kompromi, bukan pertengkaran. Hal ini dapat langsung membantu mencegah bullying karena anak belajar cara berinteraksi positif tanpa kekerasan.
"Kecerdasan emosional memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan sosial, akademik, dan karier anak di masa depan," ujarnya.

Psikolog Debora Basaria memberikan strategi mengelola kecerdasan emosi pada anak. Dok. Secillia/Medcom
Anak dengan EI tinggi cenderung lebih percaya diri dan tangguh menghadapi kesulitan, lebih disukai teman karena mampu berempati, lebih fokus dan tenang saat belajar, serta mampu mengambil keputusan dengan bijak.
EI yang baik membantu anak tidak hanya pintar secara akademis, tetapi juga dewasa dalam bersikap dan berhubungan dengan orang lain, yang secara langsung mengurangi risiko mereka terlibat dalam bullying sebagai pelaku atau korban.
Secillia Nur Hafifah
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
Menurut Debora Basari, M.Psi., Psikolog dan Dosen Psikologi Universitas Tarumanagara, membangun EI sejak dini bisa membuat anak lebih bahagia dan sukses di masa depan, serta mencegah perilaku bullying.
Dalam acara Forum Diskusi Denpasar 12 Edisi ke-256 "Membangun Persahabatan Sehat, Mencegah Bullying di Sekolah" via Zoom, Rabu (19/11/25), Debora menjelaskan langkah-langkah sederhana yang bisa dilakukan orang tua dan guru untuk mengembangkan Kecerdasan Emosional anak.
"EI bukan hanya tentang otak, tapi juga tentang hati. Dengan EI yang baik, anak bisa mengelola perasaan mereka sendiri dan memahami orang lain," ujar Debora.
Dengan EI yang kuat, anak lebih mampu menghindari konflik yang bisa berujung pada bullying karena mereka tahu cara menenangkan diri dan empati terhadap teman.
1. Kenali emosi
Langkah pertama yang disarankan Debora adalah mengajarkan anak untuk mengenali emosi dirinya sendiri. "Bantu anak memberi nama pada perasaannya, seperti senang, sedih, marah, takut, atau kecewa," kata Debora.
Misalnya, jika anak menangis karena mainannya rusak, orang tua bisa berkata, 'Kamu merasa sedih karena mobil mainanmu rusak, ya?'. Hal ini membantu anak menyadari apa yang mereka rasakan dan belajar mengungkapkannya dengan kata-kata, bukan dengan perilaku negatif seperti marah-marah atau menangis terus. Dengan mengenali emosi, anak bisa menghindari meledak emosi yang sering memicu bullying.
2. Kelola emosi
Selanjutnya Debora menekankan pentingnya melatih anak mengelola emosi. Anak perlu belajar kendali diri agar tidak mudah meledak. Contohnya, saat anak marah, ajak dia menarik napas dalam-dalam.
Atau saat kecewa, bantu anak beralih aktivitas seperti menggambar atau membaca buku. Latihan ini membangun kemampuan self-regulation, sehingga anak bisa tenang dalam situasi sulit dan tidak bertindak agresif yang bisa berujung pada bullying.
3. Tumbuhkan empati
Debora mendorong orang tua untuk menumbuhkan empati pada anak. Empati adalah kemampuan merasakan apa yang orang lain rasakan.
"Cara sederhananya adalah dengan mengajak anak berbagi mainan atau membantu teman yang sedih," bebernya.
Debora juga sarankan menceritakan kisah dengan tokoh yang punya berbagai perasaan, lalu tanyakan, "Bagaimana perasaan tokoh itu?" Latihan seperti ini mengajarkan anak bahwa setiap orang punya emosi dan penting untuk menghormatinya. Dengan empati yang tinggi, anak akan lebih peduli pada teman dan kurang mungkin melakukan bullying karena mereka bisa merasakan sakitnya korban.
4. Pecahkan masalah
Selain itu, Debora menyarankan mendukung anak dalam memecahkan masalah sosial. Ajarkan anak menyelesaikan konflik secara damai. Misalnya, saat anak berebut mainan, bantu mereka berdialog, "Bagaimana caranya supaya kalian berdua bisa bermain bersama?"
Melalui ini, anak belajar bahwa masalah bisa diselesaikan dengan komunikasi dan kompromi, bukan pertengkaran. Hal ini dapat langsung membantu mencegah bullying karena anak belajar cara berinteraksi positif tanpa kekerasan.
"Kecerdasan emosional memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan sosial, akademik, dan karier anak di masa depan," ujarnya.

Psikolog Debora Basaria memberikan strategi mengelola kecerdasan emosi pada anak. Dok. Secillia/Medcom
Anak dengan EI tinggi cenderung lebih percaya diri dan tangguh menghadapi kesulitan, lebih disukai teman karena mampu berempati, lebih fokus dan tenang saat belajar, serta mampu mengambil keputusan dengan bijak.
EI yang baik membantu anak tidak hanya pintar secara akademis, tetapi juga dewasa dalam bersikap dan berhubungan dengan orang lain, yang secara langsung mengurangi risiko mereka terlibat dalam bullying sebagai pelaku atau korban.
Secillia Nur Hafifah
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)