FITNESS & HEALTH

Menghina Orang Lain, Benarkah Itu Tanda Seseorang Alami Disregulasi Emosi?

Yatin Suleha
Jumat 06 Desember 2024 / 13:58
Jakarta: Jagat media sosial ramai akan tanggapan soal kejadian video kontroversial yang menunjukkan Gus Miftah menghina seorang penjual es teh. Momen ini ramai jadi perbincangan pada awal Desember 2024 dan viral. Kini masyarakat ramai-ramai melayangkan protes. 

Gelombang kritik dan desakan publik menunjuk agar Presiden Prabowo Subianto segera mencopot Gus Miftah dari jabatan Utusan Khusus Presiden pun kian menguat. 

Dalam tulisan M Rodhi Aulia, lewat "Gelombang bak Tsunami Kritik Publik: Desakan agar Prabowo Segera Pecat dan Usir Miftah Maulana dari Kabinet" dipaparkan, petisi berjudul "Copot Gus Miftah dari Jabatan Utusan Khusus Presiden" di situs Change.org telah mengumpulkan lebih dari 276.783 tanda tangan hingga Jumat 6 Desember 2024 pukul 11.47 WIB.

Petisi online yang berjudul "Copot Gus Miftah dari Jabatan Utusan Khusus Presiden" itu angkanya kian menaik. Pantauan tim Medcom.id, pukul 12.51, petisi telah mencapai 295.707 bertambah sebesar 18.924.

Petisi tersebut, menunjukkan tingkat kekecewaan publik yang masif terhadap tindakan dan sikap Gus Miftah.

Video yang menjadi pemantik gelombang kritik ini menunjukkan Gus Miftah dengan santai menyebut "Yo kono didol, go**ok" kepada seorang penjual es teh di depan banyak orang. Ucapan tersebut, yang dianggap tidak manusiawi, memicu reaksi keras dari masyarakat. 
 

Apakah hinaan sama dengan bullying atau perundungan?


Laman Soa-edu.com-yang merupakan sebuah instansi psikologi serta edukasi support center membahas soal mengenali bullying atau bercanda. SOA yang merupakan kepanjangan (Sahabat Orangtua & Anak) ini menulis kita mesti mengetahui soal batasan antara bullying dengan bercanda.

Baca juga: Psikolog Ingatkan Tak Menormalkan Perundungan Berkedok Candaan

SOA yang dibentuk sejak Februari 2012 oleh Hanlie Muliani, M. Psi, Psikolog ini menulis bercanda adalah suatu hal yang positif ketika, hal ini terjadi dalam sebuah hubungan yang kuat dengan dua orang yang menghargai satu sama lain dan memiliki rasa kasih sayang.

Dan tidak mengakibatkan orang yang digoda merasa stres atau tertekan.
 

Kapan tindakan bercanda menjadi bullying? 


Laman SOA menulis, bercanda menjadi intimidasi ketika:


1. Memberi rasa tidak nyaman kepada orang yang jadi objek bercanda. Berbeda dari tersinggung, ketidaknyamanan ini terasa mengganggu.

2. Bercanda ini bersifat merendahkan dan menghina. Bercanda dengan dua elemen tersebut sama sekali tak bisa ditoleransi.

3. Ada ketidakseimbangan kekuatan, di mana orang yang bercanda memiliki lebih banyak kekuatan atau dominasi di antara teman sebayanya dibandingkan dengan orang yang digoda.

4. Canda yang sama terjadi berulang kali dan terus menerus ditujukan kepada orang yang sama.

5. Memojokkan objek bercanda sebagai tujuan atau topik utamanya. Apalagi jika sudah main fisik.

6. Orang yang menerima godaan merasa tertekan dan marah. 

7. Bercanda yang dilakukan hanya memuaskan satu pihak saja. Bercanda yang sehat seharusnya membuat semua pihak yang terlibat tertawa dan senang. Tapi jika hanya memuaskan satu pihak, sementara pihak lain jadi bulan-bulanan, hal itu bisa dikategorikan sebagai bullying.

8. Orang yang diejek mengalami luka emosional atau fisik dari interaksi tersebut. Perlu diingat bahwa beberapa orang, terutama laki-laki mungkin tidak menunjukkan perasaan sedih atau bahwa mereka terluka secara emosional. Kita dapat menanyakan bagaimana perasaan orang tersebut mengenai tindakan yang diterima. 


(Video Gus Miftah. Foto: Dok. Tangkapan layar YouTube dalam laman Change.org)
 

Kenapa orang membully orang lain?


Akeem Marsh, MD, seorang psikolog anak, remaja dan dewasa dalam "Why Do People Bully?" via Verywellmind menerangkan pembully merasa:

- Mereka merasakan ketidakberdayaan
- Menderita rasa ketidakamanan
- Ingin merasa punya kontrol terhadap orang lain
- Menikmati rewards (sebuah penghargaan) saat mereka berhasil membully orang lain

Dalam contohn Akeem Marsh menyebut kasus misalnya seseorang membully atau merundung orang lain agar membuat dirinya menjadi lebih populer.

Seorang penindas, tulis Akeem, sering kali merupakan perilaku yang dipelajari. Para pelaku intimidasi/para perundung di usia muda mungkin tinggal di rumah tangga di mana orang dewasa (di sekitarnya) saling menindas satu sama lain-untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan atau untuk mengatasi konflik. 
 

4 Jenis bullying


Dalam Healthdirect Australia-sebuah layanan informasi kesehatan masyarakat virtual nasional Australia menulis, nyatanya bullying tidak melulu fisik. Beberapa tipe bullying yang dibeberkan dalam Healthdirect.gov.au/ ini ada empat, antara lain:
 

1. Verbal bullying/lisan


Menggoda, merendahkan seseorang, sampai mengancam akan menyakiti seseorang termasuk dalam verbal bullying.
 

2. Physical bullying/fisik


Physical bullying adalah penindasan atau perundungan berupa tindakan fisik. Contohnya memukul, menendang, menjegal, mendorong, menampar, dan lainnya.
 

3. Social bullying/bully secara sosial


Contoh bullying secara sosial antara lain melontarkan lelucon untuk mempermalukan dan menghina orang lain. Mendorong orang lain di sekitar untuk mengucilkan seseorang. Menyebarkan kebohongan atau gosip tentang seseorang. Mengunggah foto memalukan seseorang di media sosial dan lainnya.
 

4. Cyberbullying/penindasan dunia maya


Cyberbullying adalah penggunaan teknologi seperti email, ponsel, ruang obrolan, atau situs jejaring untuk menyakiti seseorang dengan mengirimkan pesan, gambar, atau komentar yang menyakitkan.
 

Pelaku penindasan dan disregulasi emosi


Psikolog Akeem menerangkan para penindas ini mungkin juga kurang empati, memiliki sifat narsistik, atau emosinya tidak stabil dan tidak teratur (emotionally unstable and dysregulated). Akeem menulis, mengontrol dan mengintimidasi orang lain membantu mereka merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri dan menenangkan diri.

Dalam laman resmi Siloam Hospitals menyebut disregulasi emosi adalah kondisi ketika seseorang mengalami kesulitan dalam mengendalikan atau mengatur emosi dan respons perilakunya. 

Kondisi ini dapat ditandai dengan misalnya, mengalami ledakan emosi yang tidak terduga, perubahan suasana hati yang intens, toleransi frustrasi yang rendah, ketidaksabaran, hingga kecemasan dan depresi.

Psikolog Akeem mencatat dorongan di balik penindasan atau pembullyan mungkin berbeda dari satu orang ke orang lain, namun pelaku intimidasi memiliki beberapa karakteristik yang sama. 

Misalnya, ada orang yang menindas karena mereka tahu bahwa hal itu akan memberikan apa yang mereka inginkan, sementara ada orang yang menindas karena mereka merasa sangat tidak aman. Kesimpulan Akeem yaitu, apa pun penyebabnya, penindasan tidak dapat diterima, di mana pun hal itu terjadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH