FITNESS & HEALTH
Waspada Gangguan Irama Jantung, Bisa Tingkatkan Risiko Penyumbatan Otak
Aulia Putriningtias
Senin 19 Agustus 2024 / 18:20
Jakarta: Gangguan irama jantung atau disebut dengan fibrilasi diketahui meningkatkan risiko stroke penyumbatan otak. Hal ini disampaikan Guru besar bidang aritmia Universitas Indonesia Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi Sp.JP(K) FIHA FAsCC.
"Atrial fibrilasi satu kelainan irama jantung yang paling sering ditemukan pada seseorang itu ternyata adalah satu kelainan irama yang menjadi penyebab tersering terbentuknya cardio emboli yang kemudian menyebabkan iskemik stroke," ungkap dr. Yoga saat ditemui di Siloam Hospital Jakarta, Kamis, 15 Agustus 2024.
Atrial fibrilasi sendiri terjadi saat irama jantung menjadi tidak teratur. Hal ini menyebabkan serambi jantung terjadi tidak berkontraksi dengan baik. Ketika terjadi hal ini, darah tidak dapat mengalir dengan lancar.
Ketika darah tidak dapat mengalir dengan lancar, gumpalan darah atau kardio emboli ini akan terbentuk. Terbentuknya suatu gumpalan darah ini terjadi di serambi kiri jantung.
Gumpalan darah ini dapat terbawa oleh aliran darah. Akibatnya, akan tersangkut di bagian pembuluh darah, terutama pada pangkal pembuluh otak. Ketika hal ini terjadi, stroke iskemik dapat terjadi.
Stroke iskemik sendiri berbahaya dikarenakan dapat mengakibatkan seseorang mengalami disabilitas lebih parah, jika dibandingkan dengan stroke tanpa sangkut paut atrial fibrilasi.
.jpg)
(Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi Sp.JP(K) FIHA FAsCC mengatakan "Atrial fibrilasi satu kelainan irama jantung yang paling sering ditemukan pada seseorang itu ternyata adalah satu kelainan irama yang menjadi penyebab tersering terbentuknya cardio emboli yang kemudian menyebabkan iskemik stroke." Foto: Dok. Medcom.id/Aulia Putriningtias)
Stroke iskemik karena atrial fibrilasi ini menyebabkan tingginya tingkat kematian dalam 30 hari pertama setelah stroke. Pun, juga dapat menyebabkan tingkat kematian dalam satu tahun atau bisa mengalami ketergantungan pasien selepas setahun lebih.
"Mortalitas 30 hari, mortalitas satu tahun dan dependensi yang berat setelah satu tahun pada stroke yang related dengan AF (atrial fibrilasi) itu jauh lebih tinggi lebih bahaya, lebih parah dibandingkan yang tidak mengalami AF," jelas Prof. Yoga.
Pasien dengan atrial fibrilasi setelah stroke biasanya menjalankan prosedur ablasi setelah masa akut. Hal ini dilakukan untuk menghentikan pembentukan gumpalan darah pada serambi kiri jantung.
Prosedur ini dinilai begitu penting untuk mencegah terjadinya disabilitas jangka panjang. Disabilitas yang dimaksud adalah seperti kesulitan menelan sesuatu dan adanya gangguan pergerakan tubuh, meski stroke sudah berakhir.
Mengenai pencegahan, Prof. Yoga mengatakan hal utama yang perlu diperhatikan antara lain adalah hipertensi, diabetes, obesitas, gangguan tidur, serta konsumsi alkohol yang berlebihan.
"Kebanyakan faktor risiko yang menyertai itu adalah hipertensi, jadi harus menjadi satu perhatian supaya stroke ini kemudian tidak berkembang dan AF tidak menyebabkan stroke di kemudian hari," pungkas Prof. Yoga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
"Atrial fibrilasi satu kelainan irama jantung yang paling sering ditemukan pada seseorang itu ternyata adalah satu kelainan irama yang menjadi penyebab tersering terbentuknya cardio emboli yang kemudian menyebabkan iskemik stroke," ungkap dr. Yoga saat ditemui di Siloam Hospital Jakarta, Kamis, 15 Agustus 2024.
Atrial fibrilasi sendiri terjadi saat irama jantung menjadi tidak teratur. Hal ini menyebabkan serambi jantung terjadi tidak berkontraksi dengan baik. Ketika terjadi hal ini, darah tidak dapat mengalir dengan lancar.
Ketika darah tidak dapat mengalir dengan lancar, gumpalan darah atau kardio emboli ini akan terbentuk. Terbentuknya suatu gumpalan darah ini terjadi di serambi kiri jantung.
Gumpalan darah ini dapat terbawa oleh aliran darah. Akibatnya, akan tersangkut di bagian pembuluh darah, terutama pada pangkal pembuluh otak. Ketika hal ini terjadi, stroke iskemik dapat terjadi.
Stroke iskemik sendiri berbahaya dikarenakan dapat mengakibatkan seseorang mengalami disabilitas lebih parah, jika dibandingkan dengan stroke tanpa sangkut paut atrial fibrilasi.
.jpg)
(Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi Sp.JP(K) FIHA FAsCC mengatakan "Atrial fibrilasi satu kelainan irama jantung yang paling sering ditemukan pada seseorang itu ternyata adalah satu kelainan irama yang menjadi penyebab tersering terbentuknya cardio emboli yang kemudian menyebabkan iskemik stroke." Foto: Dok. Medcom.id/Aulia Putriningtias)
Stroke iskemik karena atrial fibrilasi ini menyebabkan tingginya tingkat kematian dalam 30 hari pertama setelah stroke. Pun, juga dapat menyebabkan tingkat kematian dalam satu tahun atau bisa mengalami ketergantungan pasien selepas setahun lebih.
"Mortalitas 30 hari, mortalitas satu tahun dan dependensi yang berat setelah satu tahun pada stroke yang related dengan AF (atrial fibrilasi) itu jauh lebih tinggi lebih bahaya, lebih parah dibandingkan yang tidak mengalami AF," jelas Prof. Yoga.
Pasien dengan atrial fibrilasi setelah stroke biasanya menjalankan prosedur ablasi setelah masa akut. Hal ini dilakukan untuk menghentikan pembentukan gumpalan darah pada serambi kiri jantung.
Prosedur ini dinilai begitu penting untuk mencegah terjadinya disabilitas jangka panjang. Disabilitas yang dimaksud adalah seperti kesulitan menelan sesuatu dan adanya gangguan pergerakan tubuh, meski stroke sudah berakhir.
Mengenai pencegahan, Prof. Yoga mengatakan hal utama yang perlu diperhatikan antara lain adalah hipertensi, diabetes, obesitas, gangguan tidur, serta konsumsi alkohol yang berlebihan.
"Kebanyakan faktor risiko yang menyertai itu adalah hipertensi, jadi harus menjadi satu perhatian supaya stroke ini kemudian tidak berkembang dan AF tidak menyebabkan stroke di kemudian hari," pungkas Prof. Yoga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)