FITNESS & HEALTH

Heartology Catat Keberhasilan Tindakan Operasi MICS dengan Kombinasi ASD Closure dan 2 Valve-Repair

Aulia Putriningtias
Senin 15 Desember 2025 / 20:18
Jakarta: Kabar kesehatan baik Indonesia datang dari Heartology Cardiovascular Hospital, bahwa mereka berhasil melakukan tindakan Minimally Invasive Cardiac Surgery (MICS) yang menggabungkan tiga prosedur besar sekaligus. Tindakan ini ditujukan untuk bedah jantung.

Tindakan tersebut adalah Atrial Septal Defect (ASD) closure, Mitral Valve Repair (MVr), dan Tricuspid Valve Repair (TVr). Perlu Sobat Medcom ketahui bahwa kombinasi tiga teknik besar dalam satu operasi ini sangat jarang dilakukan, bahkan di pusat bedah jantung dunia sekalipun.

Latar belakang pasien yang berhasil dioperasi ini adalah Nurfitriyana (38) dengan keluhan mudah lelah, jantung yang terus berdebar, hingga sesak napas progresif. 

Hasil dari ekokardiografi menunjukkan ASD dengan ukuran besar,  serta gangguan pada dua katup jantung akibat pelebaran ruang jantung kanan.
 
Dalam kesempatannya, dokter-dokter yang terlibat yakni dr. Dicky A. Wartono, Sp.BTKV, dr. Radityo Prakoso, Sp.JP(K), dan dr. Ario Soeryo Kuncoro, Sp.JP(K), FIHA, menjelaskan mengenai tindakan ini secara detail kepada awak media.

 

Apa itu ASD dalam masalah kesehatan dan kelainan jantung?




(Heartology Cardiovascular Hospital berhasil melakukan tindakan MICS yang ditujukan untuk bedah jantung. Foto: Dok. Istimewa)

Atrial Septal Defect atau ASD adalah kelainan jantung bawaan berupa lubang di dinding pemisah bilik jantung (atrium). Menurut dr. Radityo, masalah kesehatan jantung bawaan ini merupakan salah satu permasalahan yang sering dijumpai. Namun, permasalahannya adalah banyak pasien yang tidak menyadari hingga dewasa.

"Banyak pasien datang terlambat karena gejalanya tidak jelas, bahkan tidak ada gejala pada awal kehidupan. Kalau sudah ditemukan lubang, sebaiknya segera ditutup sebelum komplikasinya menjadi irreversible," ungkap dr. Radityo dalam temu media secara daring, Kamis lalu.

Jika tidak ditangani, ASD bisa menimbulkan komplikasi serius. Komplikasi tersebut adalah gagal jantung sisi kanan, aritmia (gangguan irama jantung seperti fibrilasi atrium), hipertensi paru (tekanan darah tinggi di paru-paru), stroke (akibat gumpalan darah dari jantung ke otak), dan sindrom Eisenmenger (kasus parah di mana aliran darah terbalik dan menyebabkan sianosis).

Kabar buruknya, kelainan jantung satu ini dapat berujung pada kematian dini pada kasus besar dan tidak diobati. Penutupan ASD yang dini sangat penting untuk mencegah komplikasi jangka panjang ini. 

 

Mengenal pendekatan Minimally Invasive Cardiac Surgery (MICS)


Tindakan minimal invasif MICS ini dilakukan pada pasien yang mengalami ASD tersebut. MICS dilakukan dengan melakukan sayatan kecil di sisi kanan dada, tanpa membelah tulang sternum. Dengan melakukan teknik ini, memiliki manfaat untuk pemulihan lebih mudah bagi pasien.

"Dengan minimal invasif, luka lebih kecil, penyembuhannya jauh lebih cepat, dan nyerinya berkurang. Bahkan setelah satu bulan, bekas luka bisa hampir tidak terlihat," papar dr. Dicky.

Sebelum melakukan operasi ini, dilakukan ekokardiografi. Menurut dr. Ario, ekokardiografi menjadi pemeriksaan utama agar bisa melihat struktur jantung secara jelas. Melalui pemeriksaan ini, diharapkan dapat mendeteksi kelainan bawaan seperti ASD ini.

"Saat kami melakukan pemeriksaan ekokardiografi (pada pasien Nurfitriyana), terlihat bahwa kebocoran di sekat jantung ternyata sudah berdampak pada kerja katup mitral dan trikuspid. Ini membutuhkan intervensi menyeluruh, bukan hanya menutup lubang di sekat," jelas dr. Ario.

Operasi MICS tergolong sebagai high-complexity atau memiliki kompleks yang tinggi, karena menggabungkan tiga prosedur mayor sekaligus. Prosedur tersebut meliputi perbaikan katup mitral, penutupan ASD, dan perbaikan katup trikuspid dalam satu kali tindakan minimal invasif.

Dr. Dicky menambahkan bahwa tidak adanya pemotongan tulang. Proses pemulihan jaringan dari opersai ini pun juga hanya membutuhkan sekitar dua minggu. Namun, hal ini memiliki catatan bahwa pasien diperlukan melakukan perawatan dengan benar.

 

Hanya dua kasus di dunia yang pernah dilaporkan sebelumnya


Alasan bahwa hal ini menjadi catatan penting adalah tantangan dalam melakukan penanganan ASD masih sangat jarang di Indonesia, bahkan dunia. Setidaknya, hanya ada dua kasus di dunia yang dilaporkan berhasil melakukan tindakan penanganan ASD ini, yakni pada tahun 2020 dan 2023.

Menurut dr. Dicky, MICS belum dapat diterapkan secara luas karena high-complexitnya. Hal ini karena dibutuhkan beberapa hal yang mendukung, seperti sumber daya manusia (SDM) berpengalaman dan dukungan fasilitas lainnya.

"Untuk menjadi standar nasional masih butuh 5–10 tahun. Dibutuhkan SDM berpengalaman, diagnosis presisi, manajemen operasi kuat, dan infrastruktur lengkap," ungkap dr. Dicky.

Namun, keberhasilan dari Heartology menjadi bukti bahwa Indonesia dapat mengikuti perkembangan dunia dan mampu berada di garis depan inovasi medis. Kombinasi antara ASD closure dengan dua valve repair melalui pendekatan MICS membuka peluang baru bagi pasien dengan kondisi jantung kompleks yang ingin hasil optimal tanpa trauma bedah besar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH