Jakarta: Kontrasepsi atau alat KB, melindungi kamu dari kehamilan. Kontrasepsi berfungsi mencegah sel telur dibuahi oleh sperma untuk menghasilkan bayi. Ada banyak pilihan kontrasepsi yang tersedia.
Tingkat efektivitas dan cara kerjanya pun bervariasi. Jadi kamu tinggal pilih, kontrasepsi apa yang cocok untuk digunakan. Berikut beberapa jenisnya!
Baca juga: Kebijakan PP Kontrasepsi untuk Pelajar Perlunya Edukasi, Bukan Distribusi
Jenis ini termasuk banyak diminati sebagai alat kontrasepsi. Kandungan hormon progestin dan estrogennya berperan mencegah terjadinya ovulasi. Pil KB umumnya terdiri dari 21–35 butir dan penggunaannya harus berkelanjutan selama satu siklus.
Tingkat efektivitasnya menurut laman resmi Siloam Hospitals, cukup tinggi dengan risiko kegagalan rendah. Namun efek samping yabg bisa timbul, seperti pembekuan darah, jerawat, nyeri pada payudara, hingga pada beberapa kasus tekanan darah tinggi.
Bagi wanita yang tidak suka suntik KB bisa menjadi alternatifnya. Berdasar periode penggunaannya, suntik KB terbagi menjadi dua yaitu 1 bulan dan 3 bulan. Penggunaannya juga lebih praktis dengan risiko kegagalan di bawah 1 persen jika digunakan dengan tepat. Hanya saja, suntik KB bisa menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur dan mengeluarkan bercak darah.
Merupakan metode kontrasepsi jangka panjang (LARC). Implan berupa stik plastik kecil (panjang berkisar 4 cm) yang ditempatkan di bawah kulit lengan atas. Implan ini menukil Better Health, secara perlahan melepaskan hormon progestogen dosis rendah, yang menghentikan ovarium melepaskan sel telur setiap bulan.
Implan dapat bertahan selama 3 tahun dan lebih dari 99 persen efektif dalam mencegah kehamilan. Tapi di balik efektivitasnya yang cukup tinggi, penggunaan alat ini diketahui dapat menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur atau berhenti sama sekali, serta menimbulkan memar pada kulit saat baru dilakukan pemasangan implan.
Dikenal juga dengan KB spiral, merupakan alat kontrasepsi wanita yang bisa bekerja selama 5–10 tahun. Alat berbentuk T ini memiliki dua jenis, yaitu IUD hormonal (berisi hormon progestin) dan IUD nonhormonal (terbuat dari tembaga).
Kelebihan IUD, bisa bertahan lama dalam rahim. Namun, posisinya bisa bergeser dan menyebabkan rasa tidak nyaman pada rahim atau saat berhubungan intim. IUD juga berpotensi menimbulkan kram dan meningkatkan volume darah saat menstruasi

(Kondom pria juga punya dua fungsi, yaitu sebagai alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan dan sebagai pelindung dari penyakit menular seksual (PMS). Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Alat kontrasepsi ini banyak dipilih karena cara menggunakannya cukup praktis. Selain mencegah kehamilan, penggunaan kondom juga berguna untuk menurunkan risiko penyebaran penyakit menular seksual.
Kondom pria bekerja dengan menghalangi sperma masuk ke vagina. Penggunaan kondom dengan cara yang benar dapat mencegah kehamilan hingga 98 persen.
Namun, bila kurang tepat penggunaannya atau kondisi kondom tidak baik (terdapat robekan atau kebocoran) dapat meningkatkan kegagalan. Ingat, kondom hanya bisa digunakan satu kali.
Alat kontrasepsi ini berfungsi untuk menyelubungi vagina. Penggunaannya sendiri cukup mudah untuk disesuaikan karena terdapat cincin plastik di ujung kondom. Alat ini tidak bisa digunakan bersamaan dengan kondom pria. Kelebihan menggunakan kondom wanita adalah menjaga suhu tubuh lebih baik daripada kondom pria.
Namun, efektivitasnya masih lebih rendah jika dibandingkan dengan kondom pria, bahkan tingkat kegagalannya bisa dibilang tinggi, yaitu sebesar 21 persen jika cara penggunaannya tidak baik.
Merupakan alat kontrasepsi berbentuk jeli, krim, atau busa yang mengandung bahan kimia untuk mematikan sperma. Spermisida dimasukkan ke dalam vagina 30 menit sebelum berhubungan intim.
Sayangnya, penggunaan spermisida terlalu sering berpotensi menyebabkan iritasi pada organ intim. Penggunaannya perlu dikombinasikan dengan kontrasepsi lain karena tingkat kegagalannya dapat mencapai 29 persen, misalnya kondom.
Jenis alat kontrasepsi ini berbentuk kubah dan terbuat dari karet. Cara menggunakannya diafragma sebagai kontrasepsi adalah dengan menempatkannya di mulut rahim sebelum berhubungan intim.
Alat ini biasanya dikombinasikan dengan spermisida. Namun, pemasangannya harus dilakukan oleh dokter. Tingkat kegagalannya mencapai 16 persen jika tidak digunakan secara tepat, serta tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual.
Bisa digunakan bagi pasangan yang sudah yakin untuk tidak memiliki anak lagi. Metode ini memiliki efektivitas untuk mencegah kehamilan hampir 100 persen. KB permanen pun dapat dilakukan pada pria dan wanita.
Pada pria, KB permanen dilakukan dengan vasektomi (memutus penyaluran sperma ke air mani). Sedangkan pada wanita menggunakan metode tubektomi atau pengikatan tuba falopi, yaitu sistem reproduksi wanita yang berperan penting dalam proses pembuahan.
Baca juga: Soal Penyediaan Alat Kontrasepsi bagi Pelajar, DPR: Tak Sesuai Amanat Pendidikan Nasional
Saat memilih metode, pertimbangkan faktor-faktor seperti efektivitas, potensi efek samping, biaya, dan apakah metode tersebut melindungi dari IMS. Berkonsultasi dengan dokter sangat penting untuk menentukan pilihan yang paling sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Tingkat efektivitas dan cara kerjanya pun bervariasi. Jadi kamu tinggal pilih, kontrasepsi apa yang cocok untuk digunakan. Berikut beberapa jenisnya!
Baca juga: Kebijakan PP Kontrasepsi untuk Pelajar Perlunya Edukasi, Bukan Distribusi
1. Pil KB
Jenis ini termasuk banyak diminati sebagai alat kontrasepsi. Kandungan hormon progestin dan estrogennya berperan mencegah terjadinya ovulasi. Pil KB umumnya terdiri dari 21–35 butir dan penggunaannya harus berkelanjutan selama satu siklus.
Tingkat efektivitasnya menurut laman resmi Siloam Hospitals, cukup tinggi dengan risiko kegagalan rendah. Namun efek samping yabg bisa timbul, seperti pembekuan darah, jerawat, nyeri pada payudara, hingga pada beberapa kasus tekanan darah tinggi.
2. Suntik KB
Bagi wanita yang tidak suka suntik KB bisa menjadi alternatifnya. Berdasar periode penggunaannya, suntik KB terbagi menjadi dua yaitu 1 bulan dan 3 bulan. Penggunaannya juga lebih praktis dengan risiko kegagalan di bawah 1 persen jika digunakan dengan tepat. Hanya saja, suntik KB bisa menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur dan mengeluarkan bercak darah.
3. Implan kontrasepsi
Merupakan metode kontrasepsi jangka panjang (LARC). Implan berupa stik plastik kecil (panjang berkisar 4 cm) yang ditempatkan di bawah kulit lengan atas. Implan ini menukil Better Health, secara perlahan melepaskan hormon progestogen dosis rendah, yang menghentikan ovarium melepaskan sel telur setiap bulan.
Implan dapat bertahan selama 3 tahun dan lebih dari 99 persen efektif dalam mencegah kehamilan. Tapi di balik efektivitasnya yang cukup tinggi, penggunaan alat ini diketahui dapat menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur atau berhenti sama sekali, serta menimbulkan memar pada kulit saat baru dilakukan pemasangan implan.
4. IUD
Dikenal juga dengan KB spiral, merupakan alat kontrasepsi wanita yang bisa bekerja selama 5–10 tahun. Alat berbentuk T ini memiliki dua jenis, yaitu IUD hormonal (berisi hormon progestin) dan IUD nonhormonal (terbuat dari tembaga).
Kelebihan IUD, bisa bertahan lama dalam rahim. Namun, posisinya bisa bergeser dan menyebabkan rasa tidak nyaman pada rahim atau saat berhubungan intim. IUD juga berpotensi menimbulkan kram dan meningkatkan volume darah saat menstruasi
5. Kondom pria

(Kondom pria juga punya dua fungsi, yaitu sebagai alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan dan sebagai pelindung dari penyakit menular seksual (PMS). Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Alat kontrasepsi ini banyak dipilih karena cara menggunakannya cukup praktis. Selain mencegah kehamilan, penggunaan kondom juga berguna untuk menurunkan risiko penyebaran penyakit menular seksual.
Kondom pria bekerja dengan menghalangi sperma masuk ke vagina. Penggunaan kondom dengan cara yang benar dapat mencegah kehamilan hingga 98 persen.
Namun, bila kurang tepat penggunaannya atau kondisi kondom tidak baik (terdapat robekan atau kebocoran) dapat meningkatkan kegagalan. Ingat, kondom hanya bisa digunakan satu kali.
6. Kondom wanita
Alat kontrasepsi ini berfungsi untuk menyelubungi vagina. Penggunaannya sendiri cukup mudah untuk disesuaikan karena terdapat cincin plastik di ujung kondom. Alat ini tidak bisa digunakan bersamaan dengan kondom pria. Kelebihan menggunakan kondom wanita adalah menjaga suhu tubuh lebih baik daripada kondom pria.
Namun, efektivitasnya masih lebih rendah jika dibandingkan dengan kondom pria, bahkan tingkat kegagalannya bisa dibilang tinggi, yaitu sebesar 21 persen jika cara penggunaannya tidak baik.
7. Spermisida
Merupakan alat kontrasepsi berbentuk jeli, krim, atau busa yang mengandung bahan kimia untuk mematikan sperma. Spermisida dimasukkan ke dalam vagina 30 menit sebelum berhubungan intim.
Sayangnya, penggunaan spermisida terlalu sering berpotensi menyebabkan iritasi pada organ intim. Penggunaannya perlu dikombinasikan dengan kontrasepsi lain karena tingkat kegagalannya dapat mencapai 29 persen, misalnya kondom.
8. Diafragma
Jenis alat kontrasepsi ini berbentuk kubah dan terbuat dari karet. Cara menggunakannya diafragma sebagai kontrasepsi adalah dengan menempatkannya di mulut rahim sebelum berhubungan intim.
Alat ini biasanya dikombinasikan dengan spermisida. Namun, pemasangannya harus dilakukan oleh dokter. Tingkat kegagalannya mencapai 16 persen jika tidak digunakan secara tepat, serta tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual.
9. KB permanen
Bisa digunakan bagi pasangan yang sudah yakin untuk tidak memiliki anak lagi. Metode ini memiliki efektivitas untuk mencegah kehamilan hampir 100 persen. KB permanen pun dapat dilakukan pada pria dan wanita.
Pada pria, KB permanen dilakukan dengan vasektomi (memutus penyaluran sperma ke air mani). Sedangkan pada wanita menggunakan metode tubektomi atau pengikatan tuba falopi, yaitu sistem reproduksi wanita yang berperan penting dalam proses pembuahan.
Baca juga: Soal Penyediaan Alat Kontrasepsi bagi Pelajar, DPR: Tak Sesuai Amanat Pendidikan Nasional
Saat memilih metode, pertimbangkan faktor-faktor seperti efektivitas, potensi efek samping, biaya, dan apakah metode tersebut melindungi dari IMS. Berkonsultasi dengan dokter sangat penting untuk menentukan pilihan yang paling sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)