FITNESS & HEALTH
Kemenkes Lakukan Investigasi pada Kasus Anak Cacingan Berat di Seluma
Yatin Suleha
Minggu 21 September 2025 / 14:13
Jakarta: Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menegaskan kasus cacingan berat yang dialami seorang Balita di Kabupaten Seluma, Bengkulu, menjadi bahan evaluasi bersama lintas sektor.
Kemenkes langsung melakukan investigasi lapangan dan menyiapkan tindak lanjut untuk memperkuat pencegahan serta penanganan kasus serupa.
“Kasus ini memberikan pelajaran berharga. Investigasi bersama sudah dilakukan, dan tindak lanjut akan difokuskan pada efektivitas program, perbaikan lingkungan, serta pemantauan kesehatan anak,” ujar Kepala Biro Komunikasi Kemenkes Aji Muhawarman, di Jakarta, Kamis, 18
Baca juga: Anak Sulit Bangun Pagi Setelah Libur Panjang? Coba Tips Ini!
Balita berusia 1 tahun 8 bulan berinisial KNS dari Desa Sungai Petai, Kecamatan Talo Kecil, dirawat intensif dengan kondisi berat sejak 14 September 2025. Pasien menunjukkan gejala demam, sesak, hingga keluarnya cacing dari hidung dan feses.
.jpg)
(Kemenkes memastikan POPM cacingan di desa setempat tetap digencarkan dengan memastikan obat diminum langsung di depan petugas dan penyuluhan berkala. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)
Dokter mendiagnosis pasien mengalami bronkopneumonia (sindrom Loeffler), ascariasis, gizi buruk, serta anemia defisiensi besi. Hasil penyelidikan awal mengungkap faktor risiko lingkungan dan gizi sebagai penyebab utama.
Lingkungan rumah pasien tidak layak huni, lantai masih tanah, tidak ada jendela, lembap, dan jarak sumber air bersih dengan septic tank kurang dari tiga meter.
Selain itu, pada Juli 2025, obat cacing telah di berikan kepada orang tua pasien saat Posyandu, tapi tidak bisa dipastikan apakah obat benar sudah diminum.
Investigasi gabungan pada 17 September 2025 melibatkan Kemenkes, Kemenko PMK, Pemerintah Provinsi Bengkulu, Pemerintah Kabupaten Seluma, hingga Baznas.
Tim juga menemukan kakak pasien yang berusia 4 tahun mengalami kasus serupa dan kini dirawat di RS Ummi dengan diagnosis ascariasis dan gizi kurang.
“Padahal cakupan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Cacingan di Seluma tercatat 99 persen. Karena itu, evaluasi akan diarahkan pada pemantauan kepatuhan minum obat di masyarakat,” tambah Aji.
Sebagai tindak lanjut, Kemenkes memastikan POPM cacingan di desa setempat tetap digencarkan dengan memastikan obat diminum langsung di depan petugas. Selain itu, penyuluhan berkala, kunjungan rumah, dan pemantauan balita yang tidak hadir di Posyandu akan diperkuat.
Baca juga: Orang Tua, Catat! Ini 10 Basic Manner yang Perlu Diajarkan pada Anak
Pemerintah daerah bersama Baznas juga akan melaksanakan program bedah rumah untuk memperbaiki kondisi tempat tinggal keluarga. Kemenko PMK memastikan koordinasi lintas sektor terus berjalan agar perbaikan kesehatan dan lingkungan berlangsung berkelanjutan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Kemenkes langsung melakukan investigasi lapangan dan menyiapkan tindak lanjut untuk memperkuat pencegahan serta penanganan kasus serupa.
“Kasus ini memberikan pelajaran berharga. Investigasi bersama sudah dilakukan, dan tindak lanjut akan difokuskan pada efektivitas program, perbaikan lingkungan, serta pemantauan kesehatan anak,” ujar Kepala Biro Komunikasi Kemenkes Aji Muhawarman, di Jakarta, Kamis, 18
Baca juga: Anak Sulit Bangun Pagi Setelah Libur Panjang? Coba Tips Ini!
Balita berusia 1 tahun 8 bulan berinisial KNS dari Desa Sungai Petai, Kecamatan Talo Kecil, dirawat intensif dengan kondisi berat sejak 14 September 2025. Pasien menunjukkan gejala demam, sesak, hingga keluarnya cacing dari hidung dan feses.
.jpg)
(Kemenkes memastikan POPM cacingan di desa setempat tetap digencarkan dengan memastikan obat diminum langsung di depan petugas dan penyuluhan berkala. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)
Dokter mendiagnosis pasien mengalami bronkopneumonia (sindrom Loeffler), ascariasis, gizi buruk, serta anemia defisiensi besi. Hasil penyelidikan awal mengungkap faktor risiko lingkungan dan gizi sebagai penyebab utama.
Lingkungan rumah pasien tidak layak huni, lantai masih tanah, tidak ada jendela, lembap, dan jarak sumber air bersih dengan septic tank kurang dari tiga meter.
Selain itu, pada Juli 2025, obat cacing telah di berikan kepada orang tua pasien saat Posyandu, tapi tidak bisa dipastikan apakah obat benar sudah diminum.
Investigasi gabungan pada 17 September 2025 melibatkan Kemenkes, Kemenko PMK, Pemerintah Provinsi Bengkulu, Pemerintah Kabupaten Seluma, hingga Baznas.
Tim juga menemukan kakak pasien yang berusia 4 tahun mengalami kasus serupa dan kini dirawat di RS Ummi dengan diagnosis ascariasis dan gizi kurang.
“Padahal cakupan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Cacingan di Seluma tercatat 99 persen. Karena itu, evaluasi akan diarahkan pada pemantauan kepatuhan minum obat di masyarakat,” tambah Aji.
Sebagai tindak lanjut, Kemenkes memastikan POPM cacingan di desa setempat tetap digencarkan dengan memastikan obat diminum langsung di depan petugas. Selain itu, penyuluhan berkala, kunjungan rumah, dan pemantauan balita yang tidak hadir di Posyandu akan diperkuat.
Baca juga: Orang Tua, Catat! Ini 10 Basic Manner yang Perlu Diajarkan pada Anak
Pemerintah daerah bersama Baznas juga akan melaksanakan program bedah rumah untuk memperbaiki kondisi tempat tinggal keluarga. Kemenko PMK memastikan koordinasi lintas sektor terus berjalan agar perbaikan kesehatan dan lingkungan berlangsung berkelanjutan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)