FITNESS & HEALTH

Rutin Berolahraga Bantu Atasi Gangguan Kecemasan

Yuni Yuli Yanti
Kamis 05 Januari 2023 / 11:07
Jakarta: Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan angka gangguan kecemasan yang dialami oleh masyarakat mengalami kenaikan sebesar 6,8 persen selama masa pandemi Covid-19. 

"Berdasarkan data Kemenkes sepanjang tahun 2020, sebanyak 18.373 jiwa mengalami gangguan kecemasan. Lebih dari 23 ribu mengalami depresi dan sekitar 1.193 jiwa melakukan percobaan bunuh diri," kata Dr. Juzi Delianna, M.Epid, Subkoordinator Substansi Masalah Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja Kemenkes, dikutip dari Antara. 
 

Apa itu gangguan kecemasan?

Rasa cemas itu wajar. Dalam beberapa situasi, rasa itu adalah bentuk perlindungan diri kita dari bahaya. Tetapi, hal itu beda dengan gangguan kecemasan. Gangguan kecemasan meliputi rasa ketakutan yang muncul dalam situasi yang tidak berbahaya. Bahkan jika dipikir secara rasional, tidak jelas apa yang menjadi sebab dari rasa cemas itu, tapi bagi sang perasa itu terasa sangat nyata. 
 

Gangguan kecemasan umum (Generalized Anxiety Disorder)

Melansir dari laman P2PTM.Kemenkes, ada beberapa bentuk gangguan kecemasan. Salah satunya adalah fobia. Rasa takut pada fobia biasanya didasari oleh ketakutan terhadap sebuah situasi atau suatu objek (contohnya aviophobia, ketakutan naik pesawat atau arachnophobia atau ketakutan terhadap laba-laba). Namun beda halnya dengan fobia, gangguan kecemasan umum tidak memiliki bentuk ketakutan yang jelas. Rasa takut yang dirasakan selalu mengikuti sang penderita bagai sebuah bayangan.

Meski begitu, tidak berarti bahwa penderita penyakit mental tersebut berada dalam rasa kecemasan yang permanen. Sering kali, stres yang berkelanjutan menjadi faktor pemicu. Penderita yang memiliki gangguan kecemasan sejak masa remaja biasanya belajar untuk menutupi dan mengatasi kecemasan mereka dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi, rasa takut tetap bisa menghancurkan seseorang.


(Gangguan kecemasan meliputi rasa ketakutan yang muncul dalam situasi yang tidak berbahaya. Foto: Ilustrasi. Dok. Freepik.com)
 

Faktor-faktor yang berperan

Kemungkinan seseorang menderita gangguan kecemasan tergantung pada beberapa faktor. Contohnya, perempuan biasanya memiliki risiko dua kali lipat dibandingkan laki-laki. Gangguan kecemasan juga bisa disebabkan oleh faktor genetik. Selain itu, lingkungan dan pengalaman traumatik seseorang juga bisa berperan dalam perkembangan gangguan kecemasan.

Gejala yang paling sering muncul antara lain rasa lelah, susah tidur dan masalah pencernaan. Jika kamu merasa selalu berada dalam kecemasan dan ketakutan selama lebih dari enam bulan, maka cobalah untuk konsultasikan kondisimu kepada seorang ahli. Di luar itu, ada beberapa hal simpel yang bisa dilakukan sehari-hari dan bisa membawa dampak positif seperti berolahraga. 
 

Olahraga

Berolahraga dua atau tiga kali seminggu selama minimal 30 menit sangatlah penting. Jenis olahraga yang dipilih tidaklah penting, kamu bisa berlari, pergi ke gym, bermain sepak bola atau pun berenang. Tujuan utamanya adalah agar kamu lelah. 

Beraktivitas dapat membantu mengurai hormon adrenalin yang diproduksi tubuh dalam keadaan stres. Reaksi tubuh kita saat berolahraga menyerupai reaksi tubuh kita terhadap stres. Detak jantung semakin cepat, tubuh kita berkeringat dan nafas menjadi berat. Tubuh kita akan belajar untuk menghadapi reaksi-reaksi tersebut yang kemudian bisa mengatasi serangan stres dengan baik. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(yyy)

MOST SEARCH