FITNESS & HEALTH
Mendadak Meninggal karena Sakit Kepala? Aneurisma Otak atau Stroke, Pahami Bedanya!
Mia Vale
Rabu 18 Desember 2024 / 15:36
Jakarta: Setiap orang pasti pernah merasakan sakit kepala, di mana obat warung menjadi solusi pertama untuk mengatasinya. Padahal bila ditelusuri lebih lanjut, gejala dan penanganan sakit kepala bisa berbeda.
Seperti halnya migrain dan stroke. Banyak orang yang beranggapan migrain dan stroke itu sama. Padahal, keduanya adalah kondisi yang terpisah, walaupun terkadang memiliki gejala yang sama. Dan pada kasus yang jarang terjadi, memiliki beberapa jenis migrain bisa meningkatkan risiko stroke.
Secara garis besar, stroke terjadi karena kerusakan pada pasokan darah di dalam otak, sedangkan migrain diduga karena ada masalah dengan cara sel-sel otak bekerja. Stroke harus segera memerlukan penanganan di rumah sakit terdekat.
Pasalnya, ketika seseorang mengalami stroke, suplai darah ke sebagian otak mereka terputus, membunuh sel-sel otak. Hal ini menukil laman Halodoc, akan menyebabkan kerusakan permanen pada otak dan secara fisik bisa bertahan lama serta memiliki efek kognitif dan emosional.
Sementara migrain, menyebabkan rasa sakit dan gangguan sensorik, tapi perubahan di dalam otak biasanya bersifat sementara.
.jpg)
(Sakit kepala akibat stroke biasanya datang secara tiba-tiba. Sedangkan migrain sakitnya terjadi secara bertahap. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Stroke dan sakit kepala migrain bisa saling berhubungan menjadi satu. Hal ini tentunya hanya bisa diketahui dengan tes, diagnosis dokter, dan pemeriksaan penunjang seperti CT scan kepala.
Perbedaan yang paling mencolok antara ciri-ciri stroke dan sakit kepala migrain bisa diketahui dengan bagaimana kekambuhan kedua penyakit tersebut.
Umumnya, migrain tidak menyebabkan saraf melemah, hilangnya sensasi raba, atau hilang penglihatan. Namun, mengutip pemaparan dari Hello Sehat, ada beberapa tanda yang bisa membedakan antara migrain dan ciri-ciri stroke, seperti berikut ini:
Beberapa penelitian menemukan bahwa migrain bisa menyebabkan peradangan di dalam arteri. Kondisi tersebut dapat membuat seseorang menjadi kaku dan menyebabkan darah lebih mudah menggumpal.
Keduanya meningkatan peluang seseorang terkena stroke. Ada kemungkinan seseorang terkena stroke saat mengalami migrain, tapi itu bukan berarti migrain menyebabkan stroke. Penyakit stroke bisa memicu gejala migrain, termasuk aura.
Diperkirakan 500.000 orang, bahkan lebih, meninggal karena aneurisma setiap tahunnya. Penyakit ini merupakan salah satu bentuk stroke. Aneurisma di otak terjadi jika ada dinding pembuluh darah di otak yang lemah sehingga menggelembung.
Bentuknya mirip bagian balon yang tipis atau bagian ban dalam yang sudah aus. Melemah dan menipisnya dinding tersebut, berisiko pembuluh darah pecah. Gelembung darah pada otak ini jika pecah bisa mengakibatkan kerusakan otak, stroke, koma sampai kematian.
Nyeri kepala yang berat, mendadak, dan kronis bisa menjadi pertanda aneurisma (kelainan pembuluh darah otak) yang dapat menyebabkan kematian.
"90 persen nyeri kepala yang berat dan mendadak itu aneurisma," tandas Guru Besar Fakultas Ilmu Bedah Syaraf Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Prof. Dr. dr. Abdul Hafid Bajamal, Sp.BS.
Baca juga: Apakah Normal Merasa Pusing Setelah Makan? Ini Jawabannya
Sayangnya, seseorang dengan aneurisma otak tidak menyadari sedari awal hingga akhirnya terlambat. Kerena aneurisma tidak memiliki gejala apapun, dan yang dirasa hanya sekedar sakit kepala yang berat yang akan hilang dengan istirahat dan obat-obatan.
Meski demikian, hingga saat ini penyebab pasti aneurisma otak belum diketahui. Ilmu kedokteran menduga terdapat sejumlah faktor risiko dan penyakit yang dapat meningkatkan terjadinya aneurisme otak pada seseorang yaitu, memiliki riwayat keluarga dengan aneurisme otak, mempunyai tekanan darah tinggi (hipertensi), berusia di atas 40 tahun, pernah mengalami cidera kepala, minum-minuman alkohol berlebihan, merokok, serta pengguna narkoba.
Sebenarnya, gejala aneurisma otak menukil laman Sari Asih, sudah bisa diketahui gejalanya. Sejumlah keluhan yang dialami perlu diwaspadai mengarah kepada aneurisma seperti pusing dan sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri di sekitar mata, kebas di salah satu sisi wajah, kesulitan berbicara, hilang keseimbangan, sulit konsentrasi dan sering lupa.
Ingat, aneurisma dengan gelembung yang masih kecil tidak menimbulkan gejala, hanya saja jika membesar maka akan mengalami beberapa keluhan seperti telah disebutkan. Terparah, aneurisme otak yang membesar kemudian pecah dan menimbulkan perdarahan di otak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Seperti halnya migrain dan stroke. Banyak orang yang beranggapan migrain dan stroke itu sama. Padahal, keduanya adalah kondisi yang terpisah, walaupun terkadang memiliki gejala yang sama. Dan pada kasus yang jarang terjadi, memiliki beberapa jenis migrain bisa meningkatkan risiko stroke.
Secara garis besar, stroke terjadi karena kerusakan pada pasokan darah di dalam otak, sedangkan migrain diduga karena ada masalah dengan cara sel-sel otak bekerja. Stroke harus segera memerlukan penanganan di rumah sakit terdekat.
Pasalnya, ketika seseorang mengalami stroke, suplai darah ke sebagian otak mereka terputus, membunuh sel-sel otak. Hal ini menukil laman Halodoc, akan menyebabkan kerusakan permanen pada otak dan secara fisik bisa bertahan lama serta memiliki efek kognitif dan emosional.
Sementara migrain, menyebabkan rasa sakit dan gangguan sensorik, tapi perubahan di dalam otak biasanya bersifat sementara.
Perbedaan gejala stroke dan migrain
.jpg)
(Sakit kepala akibat stroke biasanya datang secara tiba-tiba. Sedangkan migrain sakitnya terjadi secara bertahap. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Stroke dan sakit kepala migrain bisa saling berhubungan menjadi satu. Hal ini tentunya hanya bisa diketahui dengan tes, diagnosis dokter, dan pemeriksaan penunjang seperti CT scan kepala.
Perbedaan yang paling mencolok antara ciri-ciri stroke dan sakit kepala migrain bisa diketahui dengan bagaimana kekambuhan kedua penyakit tersebut.
Umumnya, migrain tidak menyebabkan saraf melemah, hilangnya sensasi raba, atau hilang penglihatan. Namun, mengutip pemaparan dari Hello Sehat, ada beberapa tanda yang bisa membedakan antara migrain dan ciri-ciri stroke, seperti berikut ini:
- - Sakit kepala akibat stroke biasanya datang secara tiba-tiba. Sedangkan migrain sakitnya terjadi secara bertahap, dari ringan sampai sakit kepala yang amat parah.
- - Stroke dan gejalanya sering kali sifatnya berbahaya, misal, tiba-tiba salah satu atau kedua mata tidak bisa melihat. Dan parahnya, bisa disertai dengan hilangnya kendali pada salah satu bagian tubuh tertentu seperti tangan atau kaki.
- - Sakit kepala migrain lebih cenderung memiliki gejala yang tidak berbahaya, misal, sering disertai mata yang berkedip atau kesemutan tiba-tiba.
- - Gejala penyakit stroke dan migrain bisa dibedakan berdasar usia, di mana stroke sering menyerang usia dewasa hingga lansia. Sedangkan usia remaja atau pra-dewasa, kemungkinan mengidap migrain.
Beberapa penelitian menemukan bahwa migrain bisa menyebabkan peradangan di dalam arteri. Kondisi tersebut dapat membuat seseorang menjadi kaku dan menyebabkan darah lebih mudah menggumpal.
Keduanya meningkatan peluang seseorang terkena stroke. Ada kemungkinan seseorang terkena stroke saat mengalami migrain, tapi itu bukan berarti migrain menyebabkan stroke. Penyakit stroke bisa memicu gejala migrain, termasuk aura.
Awas, sebabkan kematian mendadak
Diperkirakan 500.000 orang, bahkan lebih, meninggal karena aneurisma setiap tahunnya. Penyakit ini merupakan salah satu bentuk stroke. Aneurisma di otak terjadi jika ada dinding pembuluh darah di otak yang lemah sehingga menggelembung.
Bentuknya mirip bagian balon yang tipis atau bagian ban dalam yang sudah aus. Melemah dan menipisnya dinding tersebut, berisiko pembuluh darah pecah. Gelembung darah pada otak ini jika pecah bisa mengakibatkan kerusakan otak, stroke, koma sampai kematian.
Nyeri kepala yang berat, mendadak, dan kronis bisa menjadi pertanda aneurisma (kelainan pembuluh darah otak) yang dapat menyebabkan kematian.
"90 persen nyeri kepala yang berat dan mendadak itu aneurisma," tandas Guru Besar Fakultas Ilmu Bedah Syaraf Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Prof. Dr. dr. Abdul Hafid Bajamal, Sp.BS.
Baca juga: Apakah Normal Merasa Pusing Setelah Makan? Ini Jawabannya
Sayangnya, seseorang dengan aneurisma otak tidak menyadari sedari awal hingga akhirnya terlambat. Kerena aneurisma tidak memiliki gejala apapun, dan yang dirasa hanya sekedar sakit kepala yang berat yang akan hilang dengan istirahat dan obat-obatan.
Belum diketahui penyebab aneurisma
Meski demikian, hingga saat ini penyebab pasti aneurisma otak belum diketahui. Ilmu kedokteran menduga terdapat sejumlah faktor risiko dan penyakit yang dapat meningkatkan terjadinya aneurisme otak pada seseorang yaitu, memiliki riwayat keluarga dengan aneurisme otak, mempunyai tekanan darah tinggi (hipertensi), berusia di atas 40 tahun, pernah mengalami cidera kepala, minum-minuman alkohol berlebihan, merokok, serta pengguna narkoba.
Sebenarnya, gejala aneurisma otak menukil laman Sari Asih, sudah bisa diketahui gejalanya. Sejumlah keluhan yang dialami perlu diwaspadai mengarah kepada aneurisma seperti pusing dan sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri di sekitar mata, kebas di salah satu sisi wajah, kesulitan berbicara, hilang keseimbangan, sulit konsentrasi dan sering lupa.
Ingat, aneurisma dengan gelembung yang masih kecil tidak menimbulkan gejala, hanya saja jika membesar maka akan mengalami beberapa keluhan seperti telah disebutkan. Terparah, aneurisme otak yang membesar kemudian pecah dan menimbulkan perdarahan di otak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)