FITNESS & HEALTH
Suka Makan Fast Food, Gorengan dan Tinggi Kolesterol? Simak Dampaknya bagi Kesehatan
Mia Vale
Rabu 29 Januari 2025 / 06:05
Jakarta: Saat mengonsumsi makanan, kadang kita memilih makanan yang cepat saji. Memang, umumnya makanan ini memiliki rasa yang enak, mudah didapat, cepat, simpel, dan mengenyangkan. Tak heran bila banyak peminatnya.
Bahkan, banyak perusahaan makanan cepat saji yang telah mencantumkan jumlah kalori yang dikandung setiap makanan. Tapi, itu hanya sebagian dari pertimbangan sehat atau tidaknya. Berbanding terbalik dengan nutrisinya.
Harus dipahami, makanan cepat saji biasanya tinggi gula, garam, dan lemak jenuh atau trans. Reaksi tubuh terhadap nutrisi ini menimbulkan berbagai dampak kala seseorang mengonsumsi makanan cepat saji, sampai hampir setiap hari.
Dan ada banyak bukti penelitian yang menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan cepat saji secara teratur dapat membahayakan kesehatan. Nah, kalau kamu lebih suka makan makanan cepat saji, gorengan dan tinggi kolesterol? Beragam dampak akan memengaruhi kesehatanmu nantinya.
Banyak makanan cepat saji yang sangat rendah serat. Dokter mengasosiasikan diet rendah serat ini dengan risiko lebih tinggi terhadap kondisi pencernaan seperti sembelit dan penyakit divertikular, serta berkurangnya bakteri usus yang sehat.
.jpg)
(Dalam ulasan Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten via laman resmi Kemenkes menerangkan, meskipun rasa makanan yang diproses goreng enak, jenis makanan ini memiliki kandungan lemak trans yang bisa meningkatkan level LDL atau kolesterol jahat dan menurunkan level HDL atau kolesterol baik di dalam tubuh. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Sebuah tinjauan tahun 2019 yang dikutip dari Medical News Today, meneliti efek pola makan Barat terhadap sistem kekebalan seseorang. Diet ini terdiri dari gula, garam, dan lemak jenuh dalam jumlah tinggi hanya dari beberapa sumber.
Para penulis mencatat bahwa pola makan orang Barat dapat menyebabkan peradangan yang lebih tinggi, pengendalian infeksi yang lebih rendah, tingkat kanker yang lebih tinggi, dan risiko penyakit alergi dan autoinflamasi yang lebih tinggi.
FDA menunjukkan bahwa pola makan tinggi garam sering kali meningkatkan tekanan darah yang aakan membuat seseorang lebih rentan terhadap serangan jantung, stroke, atau penyakit ginjal.
FDA juga mencatat bahwa pola makan tinggi lemak trans meningkatkan jumlah lipoprotein densitas rendah atau kolesterol “jahat” dan menurunkan jumlah lipoprotein densitas tinggi atau kolesterol “baik”. Artinya, seseorang lebih besar kemungkinannya terkena penyakit jantung.
Konsumsi makanan cepat saji dipercaya dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2. Jenis makanan ini memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi yang akan dilepaskan menjadi glukosa ke dalam darah.
Akibatnya, kadar gula dalam darah akan meningkat. Bila dikonsumsi dalam jangka panjang, hal ini dapat mengganggu kerja hormon insulin dan meningkatkan risiko terjadinya diabetes.
Sebuah makalah tahun 2020 menunjukkan adanya hubungan antara pola makan tidak seimbang yang tinggi lemak jenuh dan karbohidrat sederhana, khas makanan cepat saji, dan kapasitas memori dan pembelajaran yang lebih rendah. Pola makan seperti ini juga dapat meningkatkan risiko penyakit alzheimer dan penyakit parkinson.
Baca juga: Penyebab dan Gejala Kolesterol Tinggi yang Perlu Diwaspadai
Makanan cepat saji umumnya mengandung jumlah kalori yang sangat tinggi. Jika seseorang mengonsumsi lebih banyak kalori daripada yang dibakar setiap hari, berat badan bertambah, dan dapat menyebabkan obesitas.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), obesitas meningkatkan risiko seseorang terkena berbagai kondisi kesehatan yang serius. Dan seseorang yang memiliki berat badan berlebih berisiko mengalami gangguan pernapasan, termasuk sesak napas dan asma.
Makanan cepat saji memiliki efek adiktif, sehingga memicu keinginan untuk mengonsumsinya secara berulang. Untuk mencegah berbagai efek negatif akibat makanan cepat saji, berikut ini adalah beberapa tips yang telah dinukil dari laman Alodokter:
- Rencanakan menu makanan maupun camilan sehat setiap minggunya agar tetap memerhatikan kecukupan nutrisi setiap harinya. Pilihlah menu makanan yang dilengkapi dengan sayuran dan buah-buahan untuk memenuhi asupan serat per hari.
- Jika biasanya membeli dengan porsi normal atau porsi lebih besar, sebaiknya ganti dengan porsi kecil atau porsi untuk anak-anak. Ini bertujuan untuk mengurangi kalori yang harus dikonsumsi dari makanan cepat saji.
- Daripada memilih makanan, seperti kentang goreng atau hamburger, yang memiliki kandungan kalori tinggi, coba pilih menu salad sayur, salad buah, nasi, hingga keripik kentang panggang.
Ingat, penting untuk membatasi konsumsi makanan cepat saji agar terhindar dari berbagai masalah kesehatan. Tapi, bukan berarti kamu tidak boleh mengonsumsinya sama sekali, lho! Kamu masih bisa makan makanan cepat saji hanya sesekali dan tentunya dengan memerhatikan tips di atas.
Untuk lebih lengkapnya, kamu bisa menyimaknya dalam program Go Healthy di Metro TV.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Bahkan, banyak perusahaan makanan cepat saji yang telah mencantumkan jumlah kalori yang dikandung setiap makanan. Tapi, itu hanya sebagian dari pertimbangan sehat atau tidaknya. Berbanding terbalik dengan nutrisinya.
Harus dipahami, makanan cepat saji biasanya tinggi gula, garam, dan lemak jenuh atau trans. Reaksi tubuh terhadap nutrisi ini menimbulkan berbagai dampak kala seseorang mengonsumsi makanan cepat saji, sampai hampir setiap hari.
Dan ada banyak bukti penelitian yang menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan cepat saji secara teratur dapat membahayakan kesehatan. Nah, kalau kamu lebih suka makan makanan cepat saji, gorengan dan tinggi kolesterol? Beragam dampak akan memengaruhi kesehatanmu nantinya.
Sistem pencernaan
Banyak makanan cepat saji yang sangat rendah serat. Dokter mengasosiasikan diet rendah serat ini dengan risiko lebih tinggi terhadap kondisi pencernaan seperti sembelit dan penyakit divertikular, serta berkurangnya bakteri usus yang sehat.
Imunitas dan peradangan
.jpg)
(Dalam ulasan Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten via laman resmi Kemenkes menerangkan, meskipun rasa makanan yang diproses goreng enak, jenis makanan ini memiliki kandungan lemak trans yang bisa meningkatkan level LDL atau kolesterol jahat dan menurunkan level HDL atau kolesterol baik di dalam tubuh. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Sebuah tinjauan tahun 2019 yang dikutip dari Medical News Today, meneliti efek pola makan Barat terhadap sistem kekebalan seseorang. Diet ini terdiri dari gula, garam, dan lemak jenuh dalam jumlah tinggi hanya dari beberapa sumber.
Para penulis mencatat bahwa pola makan orang Barat dapat menyebabkan peradangan yang lebih tinggi, pengendalian infeksi yang lebih rendah, tingkat kanker yang lebih tinggi, dan risiko penyakit alergi dan autoinflamasi yang lebih tinggi.
Penyakit jantung
FDA menunjukkan bahwa pola makan tinggi garam sering kali meningkatkan tekanan darah yang aakan membuat seseorang lebih rentan terhadap serangan jantung, stroke, atau penyakit ginjal.
FDA juga mencatat bahwa pola makan tinggi lemak trans meningkatkan jumlah lipoprotein densitas rendah atau kolesterol “jahat” dan menurunkan jumlah lipoprotein densitas tinggi atau kolesterol “baik”. Artinya, seseorang lebih besar kemungkinannya terkena penyakit jantung.
Diabetes
Konsumsi makanan cepat saji dipercaya dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2. Jenis makanan ini memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi yang akan dilepaskan menjadi glukosa ke dalam darah.
Akibatnya, kadar gula dalam darah akan meningkat. Bila dikonsumsi dalam jangka panjang, hal ini dapat mengganggu kerja hormon insulin dan meningkatkan risiko terjadinya diabetes.
Memori
Sebuah makalah tahun 2020 menunjukkan adanya hubungan antara pola makan tidak seimbang yang tinggi lemak jenuh dan karbohidrat sederhana, khas makanan cepat saji, dan kapasitas memori dan pembelajaran yang lebih rendah. Pola makan seperti ini juga dapat meningkatkan risiko penyakit alzheimer dan penyakit parkinson.
Baca juga: Penyebab dan Gejala Kolesterol Tinggi yang Perlu Diwaspadai
Obesitas
Makanan cepat saji umumnya mengandung jumlah kalori yang sangat tinggi. Jika seseorang mengonsumsi lebih banyak kalori daripada yang dibakar setiap hari, berat badan bertambah, dan dapat menyebabkan obesitas.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), obesitas meningkatkan risiko seseorang terkena berbagai kondisi kesehatan yang serius. Dan seseorang yang memiliki berat badan berlebih berisiko mengalami gangguan pernapasan, termasuk sesak napas dan asma.
Tips kurangi konsumsi makanan cepat saji
Makanan cepat saji memiliki efek adiktif, sehingga memicu keinginan untuk mengonsumsinya secara berulang. Untuk mencegah berbagai efek negatif akibat makanan cepat saji, berikut ini adalah beberapa tips yang telah dinukil dari laman Alodokter:
- Rencanakan menu makanan maupun camilan sehat setiap minggunya agar tetap memerhatikan kecukupan nutrisi setiap harinya. Pilihlah menu makanan yang dilengkapi dengan sayuran dan buah-buahan untuk memenuhi asupan serat per hari.
- Jika biasanya membeli dengan porsi normal atau porsi lebih besar, sebaiknya ganti dengan porsi kecil atau porsi untuk anak-anak. Ini bertujuan untuk mengurangi kalori yang harus dikonsumsi dari makanan cepat saji.
- Daripada memilih makanan, seperti kentang goreng atau hamburger, yang memiliki kandungan kalori tinggi, coba pilih menu salad sayur, salad buah, nasi, hingga keripik kentang panggang.
Ingat, penting untuk membatasi konsumsi makanan cepat saji agar terhindar dari berbagai masalah kesehatan. Tapi, bukan berarti kamu tidak boleh mengonsumsinya sama sekali, lho! Kamu masih bisa makan makanan cepat saji hanya sesekali dan tentunya dengan memerhatikan tips di atas.
Untuk lebih lengkapnya, kamu bisa menyimaknya dalam program Go Healthy di Metro TV.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)