FITNESS & HEALTH

Disekat Kok Nekat? Psikolog Beberkan 3 Alasannya

Raka Lestari
Kamis 15 Juli 2021 / 18:47
Jakarta: Untuk mengatasi laju peningkatan kasus covid-19, pemerintah melakukan PPKM Darurat. Namun sayangnya, tidak semua masyarakat bisa mematuhi pelaksanaan PPKM Darurat ini. 

Bahkan banyak juga masyarakat yang tidak berkepentingan menerobos daerah-daerah yang sedang dilakukan penyekatan.

“Jadi dalam memahami perilaku seseorang yang melanggar aturan itu, memang perlu dilihat dulu. Apakah orang tersebut itu sudah memahami aturan yang berlaku tersebut. Atau bisa juga apa motif dibalik perilaku tersebut,” ujar Meriyati, M.Psi, Psi – Psikolog RS Pondok Indah – Puri Indah kepada tim Medcom.id

Berkaitan dengan hal tersebut, Meriyati menyebutkan ada tiga faktor yang membuat seseorang melanggar aturan yang ada. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah:
 

1. Faktor diri sendiri 


“Faktor dirinya sendiri, itu adalah faktor psikologis. Maksudnya apa? Psikologis itu adalah bagaimana cara ia berespons, berpikir, dan juga merasakan terhadap sebuah peristiwa, terhadap aturan yang berlaku tersebut. Bagaimana respons dia, bagaimana persepsinya, itu faktor psikologis atau dirinya sendiri,” jelas Meriyati.


aturan
(Ada tiga faktor yang bisa membuat seseorang 'menerobos' aturan yang sedang diberlakukan. Salah satunya yaitu faktor dari diri sendiri. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)


Menurutnya, faktor diri sendiri adalah ketika seseorang mengalami gangguan kecemasan, sehingga ia berupaya untuk terus menerus mengontrol hal lain yang diluar dirinya karena dia tidak mampu meregulasi emosinya.

“Jadi, ia akan melanggar aturan dan menganggap itu sebagai cara dia mengontrol rasa cemasnya. Ketika ia harus mengikuti sebuah aturan, ia merasa tidak punya kontrol sehingga membuat dia semakin cemas. Semakin mengikuti aturan, semakin ia merasa tidak punya kontrol atas dirinya sendiri,” tutur Meriyati.
 

2. Faktor lingkungan 


“Kemudian ada faktor lingkungan atau tekanan sosial dimana dalam kondisi ketidakpastian ini, orang tersebut cenderung akan memncari pola perilaku yang kebanyakan orang lain lakukan. Seperti panic buying ya, satu orang membeli, dua orang membeli, sekelompok orang membeli, ya dia juga ikutan, dia menganggap bahwa itu yang benar dan tepat dalam kondisi seperti ini,” jelas Meriyati.
 

3. Faktor budaya 


“Jadi budaya ini ada budaya tegas, juga budaya longgar. Untuk budaya yang tegas, masyarakatnya pun cenderung terbiasa untuk mengikuti aturan yang berlaku. Seperti misalnya di Singapura. Kalau untuk budaya yang memang lebih menekankan pada kebebasan atau hak individu itu sendiri biasanya masyarakat akan cenderung lebih sulit untuk mengikuti aturan secara konsisten karena lebih longgar,” pungkas Meriyati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH