FITNESS & HEALTH
Waspada, Ini 2 Sifat Serangan Glaukoma Primer Sudut Tertutup
A. Firdaus
Jumat 21 Januari 2022 / 15:30
Jakarta: Glaukoma Primer Sudut Tertutup (GPSTp) merupakan bagian dari Glaukoma Primer. Glaukoma jenis ini terklasifikasi lagi berdasarkan sifat serangannya terhadap mata.
Berikut serangan yang terjadi jika seseorang mengalami Glaukoma Primer Sudut Tertutup:
Glaukoma primer sudut tertutup akut (GPSTpA) yang penyandangnya mengalami sumbatan tiba-tiba pada jaringan trabekular sehingga memicu lonjakan tekanan intraokular secara mendadak.
Glaukoma primer sudut tertutup kronik (GPSTpK), penyandangnya mengalami gangguan outflow melalui sudut bilik mata depan yang dangkal sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intraokular secara perlahan.
Glaukoma primer sudut tertutup (GPSTp) kronik terjadi akibat kerusakan pada jaringan trabekular yang akan berdampak pada peningkatan tekanan intraokular dan progresivitas glaukoma. GPSTp kronik terbukti menyebabkan perubahan pada sel endotel kornea khususnya densitas sel.
Bilik mata depan pada pasien GPSTp turut memperburuk disfungsi sel endotel kornea. Perubahan pada morfologi sel endotel kornea tersebut diperkirakan terjadi pula pada jaringan trabekular, mengingat keduanya berasal dari embriologi yang sama.
Penelitian Dr. Iwan Soebijantoro, SpM(K) mendapati hasil yang bisa diimplementasikan secara klinis, yaitu:
1. Sudut bilik mata depan yang sangat dangkal (15 derajat atau kurang) memiliki konsekuensi yang lebih berat.
2. Pasien dengan sel endotel kornea kurang dari 2000 sel/mm2 memiliki penipisan RNFL yang lebih berat.
3. Ketebalan kornea sentral, selama dalam rentang normal 500-550 μm, berkorelasi dengan penipisan sel saraf.
“Penelitian ini merupakan bagian awal dari road map yang bertujuan mempelajari karakteristik kornea. Khususnya sel endotel kornea pada GPSTp kronik. Adanya hubungan antara densitas sel endotel kornea dengan ketebalan retinal nerve fiber layer (RNFL), diharapkan dapat menjadi pemeriksaan alternatif atau penunjang dalam menilai derajat keparahan GPSTp kronik yang dialami oleh pasien,” jelas Dr. Iwan Soebijantoro, SpM(K).
“Hasil penelitian ini semakin menegaskan bahwa pemeriksaan klinis yang sistematis dan cermat pada anatomi mata masih menjadi landasan bagi tata laksana glaukoma. Artinya, tanpa perlu menunggu keluhan, sebaiknya pemeriksaan mata dilakukan sedini mungkin dan berkala. Bukan hanya bagi penyandang glaukoma primer sudut tertutup saja, tetapi bagi seluruh kalangan,” pungkas Dr. Iwan Soebijantoro, SpM(K).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Berikut serangan yang terjadi jika seseorang mengalami Glaukoma Primer Sudut Tertutup:
1. Akut
Glaukoma primer sudut tertutup akut (GPSTpA) yang penyandangnya mengalami sumbatan tiba-tiba pada jaringan trabekular sehingga memicu lonjakan tekanan intraokular secara mendadak.
2. Kronik
Glaukoma primer sudut tertutup kronik (GPSTpK), penyandangnya mengalami gangguan outflow melalui sudut bilik mata depan yang dangkal sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intraokular secara perlahan.
Glaukoma primer sudut tertutup (GPSTp) kronik terjadi akibat kerusakan pada jaringan trabekular yang akan berdampak pada peningkatan tekanan intraokular dan progresivitas glaukoma. GPSTp kronik terbukti menyebabkan perubahan pada sel endotel kornea khususnya densitas sel.
Bilik mata depan pada pasien GPSTp turut memperburuk disfungsi sel endotel kornea. Perubahan pada morfologi sel endotel kornea tersebut diperkirakan terjadi pula pada jaringan trabekular, mengingat keduanya berasal dari embriologi yang sama.
Penelitian Dr. Iwan Soebijantoro, SpM(K) mendapati hasil yang bisa diimplementasikan secara klinis, yaitu:
1. Sudut bilik mata depan yang sangat dangkal (15 derajat atau kurang) memiliki konsekuensi yang lebih berat.
2. Pasien dengan sel endotel kornea kurang dari 2000 sel/mm2 memiliki penipisan RNFL yang lebih berat.
3. Ketebalan kornea sentral, selama dalam rentang normal 500-550 μm, berkorelasi dengan penipisan sel saraf.
“Penelitian ini merupakan bagian awal dari road map yang bertujuan mempelajari karakteristik kornea. Khususnya sel endotel kornea pada GPSTp kronik. Adanya hubungan antara densitas sel endotel kornea dengan ketebalan retinal nerve fiber layer (RNFL), diharapkan dapat menjadi pemeriksaan alternatif atau penunjang dalam menilai derajat keparahan GPSTp kronik yang dialami oleh pasien,” jelas Dr. Iwan Soebijantoro, SpM(K).
“Hasil penelitian ini semakin menegaskan bahwa pemeriksaan klinis yang sistematis dan cermat pada anatomi mata masih menjadi landasan bagi tata laksana glaukoma. Artinya, tanpa perlu menunggu keluhan, sebaiknya pemeriksaan mata dilakukan sedini mungkin dan berkala. Bukan hanya bagi penyandang glaukoma primer sudut tertutup saja, tetapi bagi seluruh kalangan,” pungkas Dr. Iwan Soebijantoro, SpM(K).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)