FITNESS & HEALTH
Dijuluki si Pencuri Penglihatan, Ini Pentingnya Deteksi Dini Glaukoma
A. Firdaus
Jumat 14 Maret 2025 / 12:15
Jakarta: Glaukoma merupakan kondisi neuropati optik progresif. Penyebabnya, karena adanya peningkatan tekanan di dalam bola mata yang dapat merusak saraf optik dan berdampak pada penurunan fungsi penglihatan, bahkan kebutaan.
Kondisi ini dapat dialami oleh usia berapa pun, namun seiring peningkatan faktor risiko, kondisi ini banyak dialami oleh kalangan usia 40 tahun ke atas. Hal ini menjadikan glaukoma sebagai penyebab kebutaan tertinggi kedua setelah katarak.
Nyaris tanpa gejala, glaukoma berpotensi memberikan dampak yang lebih fatal dibanding katarak. Sebab glaukoma tidak dapat direhabilitasi, namun bisa dicegah dampak fatalnya yaitu berupa kebutaan permanen.
Baca juga: JEC Tekankan Pentingnya Edukasi Dini terkait Bahaya Glaukoma
Di negara berkembang, 90% kasus glaukoma tidak terdeteksi. Hal ini diperparah dengan fakta bahwa sekitar satu (1) milyar orang di dunia, tidak memiliki akses terhadap kesehatan mata karena distribusi yang tidak merata.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI tahun 2023, dari 39 juta kasus kebutaan di dunia. Sebanyak 3,2 juta disebabkan oleh glaukoma dan prevalensi glaukoma mencapai 0,46%, atau sekitar 4 hingga 5 orang per 1.000 penduduk.
.JPG)
DR. Dr. Iwan Soebijantoro, SpM(K) menjelaskan bahayanya Glaukoma di temu media yang diselenggarakan JEC Eye Hospitals and Clinics. Dok. Ist
Menurut DR. Dr. Iwan Soebijantoro, SpM(K) selaku konsultan oftalmologi di JEC Eye Hospitals and Clinics, 80 persen kasus glaukoma tidak memiliki gejala. Kebanyakan pasien terdiagnosa secara tidak sengaja saat tes kesehatan atau di saat skrining.
"Namun jika muncul gejala sakit kepala hebat, pandangan tiba- tiba kabur, mual, muntah, dan kesakitan hebat, masyarakat perlu waspada," ucap DR. Iwan dalam temu media edukatif JEC Eye Hospitals and Clinics bertajuk Waspada Si Pencuri Penglihatan: Mitos, Fakta, Risiko, & Deteksi Dini, Kamis 13 Maret 2025.
Pekan Glaukoma Sedunia (World Glaucoma Week) diperingati setiap minggu ke-2 Bulan Maret. Tujuannya untuk meningkatkan kepedulian dan kewaspadaan masyarakat maupun stakeholder (pelaku di bidang kesehatan) tentang pentingnya upaya preventif, kuratif hingga rehabilitatif penyakit glaukoma.
Pasien yang menderita glaukoma akut, memiliki waktu 2 x 24 jam untuk segera menurunkan tekanan bola mata, jika terlambat, kelainannya akan menjadi permanen.
"Oleh karenanya, JEC Eye Hospitals and Clinics terus berkomitmen untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait bahaya glaukoma dan pentingnya deteksi dini glaukoma. Sehingga, kami selalu menghimbau agar masyarakat melakukan skrining dini glaukoma secara berkala," tegas DR. Iwan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Kondisi ini dapat dialami oleh usia berapa pun, namun seiring peningkatan faktor risiko, kondisi ini banyak dialami oleh kalangan usia 40 tahun ke atas. Hal ini menjadikan glaukoma sebagai penyebab kebutaan tertinggi kedua setelah katarak.
Nyaris tanpa gejala, glaukoma berpotensi memberikan dampak yang lebih fatal dibanding katarak. Sebab glaukoma tidak dapat direhabilitasi, namun bisa dicegah dampak fatalnya yaitu berupa kebutaan permanen.
Baca juga: JEC Tekankan Pentingnya Edukasi Dini terkait Bahaya Glaukoma
Di negara berkembang, 90% kasus glaukoma tidak terdeteksi. Hal ini diperparah dengan fakta bahwa sekitar satu (1) milyar orang di dunia, tidak memiliki akses terhadap kesehatan mata karena distribusi yang tidak merata.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI tahun 2023, dari 39 juta kasus kebutaan di dunia. Sebanyak 3,2 juta disebabkan oleh glaukoma dan prevalensi glaukoma mencapai 0,46%, atau sekitar 4 hingga 5 orang per 1.000 penduduk.
DR. Dr. Iwan Soebijantoro, SpM(K) menjelaskan bahayanya Glaukoma di temu media yang diselenggarakan JEC Eye Hospitals and Clinics. Dok. Ist
Menurut DR. Dr. Iwan Soebijantoro, SpM(K) selaku konsultan oftalmologi di JEC Eye Hospitals and Clinics, 80 persen kasus glaukoma tidak memiliki gejala. Kebanyakan pasien terdiagnosa secara tidak sengaja saat tes kesehatan atau di saat skrining.
"Namun jika muncul gejala sakit kepala hebat, pandangan tiba- tiba kabur, mual, muntah, dan kesakitan hebat, masyarakat perlu waspada," ucap DR. Iwan dalam temu media edukatif JEC Eye Hospitals and Clinics bertajuk Waspada Si Pencuri Penglihatan: Mitos, Fakta, Risiko, & Deteksi Dini, Kamis 13 Maret 2025.
Pekan Glaukoma Sedunia (World Glaucoma Week) diperingati setiap minggu ke-2 Bulan Maret. Tujuannya untuk meningkatkan kepedulian dan kewaspadaan masyarakat maupun stakeholder (pelaku di bidang kesehatan) tentang pentingnya upaya preventif, kuratif hingga rehabilitatif penyakit glaukoma.
Pasien yang menderita glaukoma akut, memiliki waktu 2 x 24 jam untuk segera menurunkan tekanan bola mata, jika terlambat, kelainannya akan menjadi permanen.
"Oleh karenanya, JEC Eye Hospitals and Clinics terus berkomitmen untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait bahaya glaukoma dan pentingnya deteksi dini glaukoma. Sehingga, kami selalu menghimbau agar masyarakat melakukan skrining dini glaukoma secara berkala," tegas DR. Iwan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)