FITNESS & HEALTH

Glaukoma Sebabkan Buta Permanen! Ketahui Gejala dan Pengobatan yang Tepat

Yuni Yuli Yanti
Rabu 30 Oktober 2024 / 07:00
Jakarta: Secara global, glaukoma merupakan penyebab kebutaan tertinggi kedua setelah katarak. Penderita sering kali baru mencari pengobatan ketika sudah pada stadium lanjut.

Lebih dari 80 persen kasus glaukoma muncul tanpa gejala. Inilah yang membuat glaukoma dijuluki sebagai ‘si pencuri penglihatan’. 

Glaukoma adalah kondisi medis berupa kelainan yang terjadi karena kerusakan saraf optik. Adapun fungsi saraf optik adalah mengirimkan informasi visual dari mata ke otak untuk memaksimalkan penglihatan. Nah, kerusakan saraf optik sering berkaitan dengan tekanan tinggi pada mata.

Dr. Zeiras Eka Djamal, SpM(K), Dokter Subspesialis Glaukoma JEC Eye Hospitals and Clinics dan Ketua Pelaksana Operasi Implan Glaukoma JEC 2024 mengatakan glaukoma biasanya terjadi akibat tekanan gula mata yang tinggi. 

Tekanan gula mata normal (tekanan intraokular) adalah 10-21. Namun, pada glaukoma tekanannya bisa sampai 40-80, sehingga menyebabkan kerusakan pada saraf mata. 

"Seringnya glaukoma ini menyebabkan gangguan pada bagian perifer dulu. Artinya, dari samping, makin lama makin ke tengah. Nah, kalau dia mulai dari perifer, kadang-kadang pasien tidak sadar matanya mengalami gangguan. Ketika sudah berat dan penglihatan mulai menyempit atau seperti melihat dalam terowongan, barulah pasien merasa, loh kok saya mengalami gangguan. Pada saat itu, kerusakan saraf yang sudah terjadi tidak bisa lagi disambungkan, sehingga terjadilah kebutaan," ujar Dr. Zeiras saat ditemui di JEC Eye Hospitals and Clinics Kedoya, Jakarta, pada Selasa (29/10/2024). 
 

Penyebab dan gejala 

Mayoritas glaukoma disebabkan oleh faktor risiko keluarga atau genetik. Penyebab lainnya adalah tingginya gula darah atau karena mengonsumsi obat-obatan yang mengandung steroid. 

Selain itu, adanya riwayat trauma (seperti kecelakaan) atau penyakit mata lainnya juga bisa menyebabkan glaukoma. 

Sementara untuk gejalanya, Dr. Zeiras mengatakan pada tipe kronik pandangan mata seiring waktu mulai menyempit hingga tidak dapat melihat objek sama sekali. Sedangkan, pada tipe akut, tekanan bola mata bisa meningkat secara tiba-tiba, sehingga pasien merasa sangat kesakitan pada matanya. 

"Beberapa gejala yang bisa dirasakan pasien glaukoma adalah nyeri pada mata, sakit kepala, mata memerah, mata berkabut, hingga mual dan muntah. Oleh karena itu, deteksi dini dan terapi yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan  untuk mencegah kebutaan pada glaukoma," saran dr. Zeiras.  


(Dr. Zeiras Eka Djamal, SpM(K), Dokter Subspesialis Glaukoma JEC Eye Hospitals & Clinics. Foto: Dok. Yuni)
 

Glaukoma bisa dioperasi!

Glaukoma bisa terjadi pada siapa saja dan berapa pun usianya. Mulai dari bayi hingga lansia bisa mengalami glaukoma. Menurut Dr. Zeiras, pada katarak karena faktor usia tidak dicegah terjadinya, tapi bisa diobati.

Sedangkan glaukoma, tidak bisa disembuhkan, tidak bisa hilang, tetapi bisa dicegah kebutaanya dengan tindakan yang bersifat mengontrol tekanan bola matanya.

"Glaukoma bisa dioperasi tapi tujuannya berbeda dengan operasi katarak. Pada  glaukoma, kita operasi untuk mengontrol tekanan bola matanya dengan harapan progresivitas penyakit pun bisa dikontrol. Tindakan intervensi medis berupa operasi implan glaukoma menjadi salah satu solusi yang tepat agar penderita mendapatkan kembali hidup yang berkualitas terhindar dari kebutaan akibat glaukoma," jelas Dr. Zeiras. 


(DR. Dr. Setiyo Budi Riyanto, SpM(K), Direktur Utama JEC @ Kedoya, JEC Eye Hospitals & Clinics?. Foto: Dok. Yuni)
 

Implan glaukoma

Prevalensi glaukoma secara global pada kelompok usia 40-80 tahun mencapai 3,54 persen.  Pada 2013 saja, penderitanya mencapai 64,3 juta. Angka ini diproyeksi terus meningkat menjadi 76 juta pada 2020, dan diperkirakan berjumlah 111,8 juta pada 2040 mendatang. 

Sementara di Indonesia, data yang sempat dirilis secara resmi barulah prevalensi glaukoma sebesar 0,46 persen (setiap 4 sampai 5 orang per 1.000 penduduk). Di JEC Eye Hospitals and Clinics, jumlah pasien yang terdiagnosa glaukoma mencapai hampir 250 ribu orang selama periode lima tahun terakhir (2020 sampai 2024)!  

Berkontribusi mengatasi situasi tersebut, eye care leader di Indonesia, JEC Eye Hospitals and Clinics kembali memberikan operasi implan glaukoma gratis bagi penderita glaukoma dengan target tindakan pada 100 mata.  

Dalam kesempatan yang sama, DR. Dr. Setiyo Budi Riyanto, SpM(K), Direktur Utama JEC @ Kedoya, JEC Eye Hospitals & Clinics mengatakan, tahun ini, rangkaian operasi implan glaukoma gratis dijalankan secara bertahap mulai Oktober 2024 hingga April 2025, dengan penerima manfaat berasal dari berbagai wilayah Indonesia (total 100 mata). 

Titik skrining dan pelaksanaan operasi akan melibatkan hampir seluruh cabang JEC Eye Hospitals and Clinics, sedangkan implementasi perdana tindakan operasi implan tahap kedua ini dipusatkan di RS Mata JEC @ Kedoya.    

"Peringatan World Sight Day 2024 menjadi momentum pengingat untuk semakin peduli pada kesehatan mata, khususnya mengantisipasi ancaman glaukoma. Pemeriksaan mata secara berkala, dilanjutkan penanganan glaukoma sesegera mungkin dan tepat, menjadi kunci untuk menghindarkan risiko kebutaan akibat glaukoma. Kesinambungan inisiatif operasi implan glaukoma ini bukan hanya realisasi komitmen JEC dalam optimalisasi penglihatan masyarakat Indonesia. Lebih dari itu, ini merupakan langkah nyata JEC memberikan impak yang berkelanjutan bagi para penyandang glaukoma yang memiliki keterbatasan finansial," pungkas Dr. Setiyo Budi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(yyy)

MOST SEARCH