FITNESS & HEALTH
Psikolog: 4 Situasi di Mana Hal Terbaik Adalah Tetap Diam dan Menjauh
Mia Vale
Senin 07 Juli 2025 / 08:05
Jakarta: Psikolog dan peneliti perilaku sepakat, dalam situasi tertentu, diam yang dipadukan jalan keluar yang tenang bukan sekadar strategi mengatasi masalah. Hal ini bisa sebagai perlindungan diri.
Selain itu ini juga kecerdasan emosional, dan penetapan batasan yang semuanya digabungkan menjadi satu. Ya, mengetahui kapan harus menyerah dan bangkit adalah keterampilan yang layak dikuasai.
Dan berikut momen-momen ketika tetap diam dan menjauh menjadi langkah terkuat yang dapat kamu lakukan, menurut psikologi.
Baca juga: 4 Prinsip Pereda Anxiety agar Kecemasan Tidak Menguasai Hidupmu
Mendengarkan gosip di kantor, kadang membuat kamu menjadi "narator bersama". Istilahnya, menjadi pendengar pun sudah dianggap ikut serta. Nah, sebuah studi menunjukkan, seorang penggosip memang tampak ramah, tapi dinilai kurang dapat dipercaya dan kurang kompeten.
Jadi, putuskan untuk diam dan menyingkir. Ini bisa menjadi cara paling elegan untuk menjaga reputasi. Biarkan gosip itu beradar, yakinlah semua itu akan berakhir dengan sendirinya.
.jpg)
(Jangan terpancing emosi dan jangan membalas serangan dengan serangan balik. Ini yang mereka inginkan, jadi lebih baik kamu tenang dan lupakan saja. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Saat melihat koreografi K-pop baru, mungkin kamu meninggalkan emoji ceria di obrolan. Namun tiba-tiba, seseorang yang tidak dikenal, mengomentari dan menyerang pribadimu dengan "brutal".
Hal ini tentu bisa menjatuhkan mentalmu. Menurut sebuah penelitian yang dinukil dari Vegout Mag, pelaku trolling tidak mencari penyelesaian, tapi perhatian.
Dengan tidak membalas, mereka tidak akan mendapat apa yang dicari, dan suasana hatimu tetap utuh. Solusinya, tutup tab, telepon selularmu, putar lagu yang ada di playlist-mu, dan biarkan keributan terjadi sendiri di sosial mediamu.
Saat percakapan berubah menjadi gaslighting Pelaku gaslighting mengandalkan keterlibatan seseorang. Cara paling efektif untuk menghentikannya adalah berhenti memainkan peran, dan pergi.
Mungkin terasa dingin pada saat itu, tetapi psikologi menyebutnya sebagai tindakan mempertahankan diri, bukan kekasaran. Kewarasan kamu adalah tindakan yang lebih besar daripada membalas dendam.
Gottman Institute menyebutnya gairah fisiologis yang menyebar, yakni jantung berdebar, tangan mengepal, dan sebagainya. Dalam kondisi itu, logika tidak berfungsi dan setiap kata terdengar statis.
Penawarnya adalah waktu istirahat selama 20 menit, tidak boleh berdebat, tidak boleh memecahkan masalah. Keluarlah sebentar, biarkan kadar kortisol turun, lalu kembali lagi ketika kamu berdua sudah lebih tenang.
Baca juga: Tanda Si Dia Menganggap Ini Hubungan Sementara, Bukan Komitmen!
Keheningan bukanlah ketidakhadiran. Itu adalah perisai psikologis. Penelitian baru tentang "keheningan strategis" menemukan bahwa mundur sejenak dapat melindungi kesehatan mental dalam konteks yang ekstrem atau penuh emosi.
Berdiam diri dan pergi bukanlah menyerah. Itu adalah mengubah situasi agar kamu tidak tenggelam dalam kebisingan. Ingatlah kamu punya kontrol untuk diri kamu sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Selain itu ini juga kecerdasan emosional, dan penetapan batasan yang semuanya digabungkan menjadi satu. Ya, mengetahui kapan harus menyerah dan bangkit adalah keterampilan yang layak dikuasai.
Dan berikut momen-momen ketika tetap diam dan menjauh menjadi langkah terkuat yang dapat kamu lakukan, menurut psikologi.
Baca juga: 4 Prinsip Pereda Anxiety agar Kecemasan Tidak Menguasai Hidupmu
1. Ketika gosip kantor menyebar
Mendengarkan gosip di kantor, kadang membuat kamu menjadi "narator bersama". Istilahnya, menjadi pendengar pun sudah dianggap ikut serta. Nah, sebuah studi menunjukkan, seorang penggosip memang tampak ramah, tapi dinilai kurang dapat dipercaya dan kurang kompeten.
Jadi, putuskan untuk diam dan menyingkir. Ini bisa menjadi cara paling elegan untuk menjaga reputasi. Biarkan gosip itu beradar, yakinlah semua itu akan berakhir dengan sendirinya.
2. Ketika komentar berubah menjadi serangan
.jpg)
(Jangan terpancing emosi dan jangan membalas serangan dengan serangan balik. Ini yang mereka inginkan, jadi lebih baik kamu tenang dan lupakan saja. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Saat melihat koreografi K-pop baru, mungkin kamu meninggalkan emoji ceria di obrolan. Namun tiba-tiba, seseorang yang tidak dikenal, mengomentari dan menyerang pribadimu dengan "brutal".
Hal ini tentu bisa menjatuhkan mentalmu. Menurut sebuah penelitian yang dinukil dari Vegout Mag, pelaku trolling tidak mencari penyelesaian, tapi perhatian.
Dengan tidak membalas, mereka tidak akan mendapat apa yang dicari, dan suasana hatimu tetap utuh. Solusinya, tutup tab, telepon selularmu, putar lagu yang ada di playlist-mu, dan biarkan keributan terjadi sendiri di sosial mediamu.
Saat percakapan berubah menjadi gaslighting Pelaku gaslighting mengandalkan keterlibatan seseorang. Cara paling efektif untuk menghentikannya adalah berhenti memainkan peran, dan pergi.
Mungkin terasa dingin pada saat itu, tetapi psikologi menyebutnya sebagai tindakan mempertahankan diri, bukan kekasaran. Kewarasan kamu adalah tindakan yang lebih besar daripada membalas dendam.
3. Ketika pasangan emosi tinggi
Gottman Institute menyebutnya gairah fisiologis yang menyebar, yakni jantung berdebar, tangan mengepal, dan sebagainya. Dalam kondisi itu, logika tidak berfungsi dan setiap kata terdengar statis.
Penawarnya adalah waktu istirahat selama 20 menit, tidak boleh berdebat, tidak boleh memecahkan masalah. Keluarlah sebentar, biarkan kadar kortisol turun, lalu kembali lagi ketika kamu berdua sudah lebih tenang.
Baca juga: Tanda Si Dia Menganggap Ini Hubungan Sementara, Bukan Komitmen!
4. Alarm stres tubuh mulai berbunyi
Keheningan bukanlah ketidakhadiran. Itu adalah perisai psikologis. Penelitian baru tentang "keheningan strategis" menemukan bahwa mundur sejenak dapat melindungi kesehatan mental dalam konteks yang ekstrem atau penuh emosi.
Berdiam diri dan pergi bukanlah menyerah. Itu adalah mengubah situasi agar kamu tidak tenggelam dalam kebisingan. Ingatlah kamu punya kontrol untuk diri kamu sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)