FITNESS & HEALTH

1 dari 3 Penduduk RI Idap Hipertensi, Silent Killer yang Mengancam Nyawa

Mia Vale
Kamis 20 Februari 2025 / 06:05
Jakarta: Hipertensi atau tekanan darah tinggi, terjadi ketika tekanan di pembuluh darah terlalu tinggi, yakni 140/90 mmHg atau lebih tinggi. Hal ini biasa terjadi tetapi bisa menjadi serius jika tidak diobati. 

Penderita tekanan darah tinggi mungkin tidak merasakan gejala apa pun. Inilah mengapa hipertensi juga dinamakan sebagai "silent killer" atau "pembunuh dia-diam". Dan satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan memeriksakan tekanan darah

Mengacu pada data dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, berkisar 30,8 persen atau 1 dari 3 warga Indonesia yang memiliki hipertensi atau tensi darah di atas batas normal. 

Bahkan, hanya 8,6 persen saja yang mengetahui bahwa mereka memiliki hipertensi atau sudah terdiagnosis. Bila dibiarkan, hal ini tentu bisa meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, dan penyakit lainnya yang menyebabkan kematian dan pembiayaan kesehatan yang sangat besar. 

Untuk mengetahui lebih jauh, yuk, kita cari apa saja yang harus diperhatikan dari penyakit yang bisa merenggut nyawa manusia. 

Baca juga: Fakta Mengejutkan: Stroke Tak Selalu Diawali oleh Hipertensi!
 

Klasifikasi hipertensi


klasifikasi hipertensi di Indonesia, mengutip laman Kemenkes, mengacu pada klasifikasi Eropa, yakni hipertensi dibagi menjadi sejumlah derajat yaitu:
 
  1. 1. Optimal dengan tekanan darah >120/<80
  2. 2. Normal dengan tekanan darah 120-129/80-84
  3. 3. High Normal dengan tekanan darah 130-139/85-89
  4. 4. Grade 1 Hypertension dengan tekanan darah 140-159 /90-99
  5. 5. Grade 2 Hypertension dengan tekanan darah 160-179/100-109
  6. 6. Grade 3 Hypertension dengan tekanan darah >180/ >110,
  7. 7. Isolated Systolic Hypertension dengan tekanan darah >140/>90

Perlu diketahui, tekanan darah ditulis dalam dua angka. Angka pertama (sistolik) melambangkan tekanan pada pembuluh darah saat jantung berkontraksi atau berdetak. Angka kedua (diastolik) mewakili tekanan di dalam pembuluh darah saat jantung beristirahat di antara detak jantung. 

Hipertensi didiagnosis bila diukur pada dua hari yang berbeda, tekanan darah sistolik pada kedua hari tersebut ≥140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik pada kedua hari tersebut ≥90 mmHg.
 

Gejala yang dirasakan



(Deteksi dini hipertensi sangat penting untuk mencegah berbagai risiko penyakit akibat tekanan darah. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)

Kebanyakan penderita hipertensi tidak merasakan gejala apapun. Tekanan darah yang sangat tinggi dapat menyebabkan sakit kepala, penglihatan kabur, nyeri dada dan gejala lainnya. Memeriksa tekanan darah kamu adalah cara terbaik untuk mengetahui apakah Anda memiliki tekanan darah tinggi. 

Jika hipertensi tidak diobati, dapat menyebabkan kondisi kesehatan lain seperti penyakit ginjal, jantung, dan stroke. Orang dengan tekanan darah sangat tinggi (biasanya 180/120 atau lebih tinggi), menurut situs resmi WHO, dapat mengalami gejala, antara lain: 
 
  • - Pusing sampai sakit kepala parah
  • - Nyeri dada 
  • - Kesulitan bernapas 
  • - Mual sampai muntah 
  • - Penglihatan kabur atau perubahan penglihatan lainnya 
  • - Kecemasan 
  • - Kebingungan 
  • - Berdengung di telinga 
  • - Mimisan 
  • - Irama jantung tidak normal 

Jika mengalami gejala-gejala ini dan tekanan darah tinggi, segera periksa ke dokter. Pasalnya, satu-satunya cara untuk mendeteksi hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah. 

Mengukur tekanan darah cepat dan tidak menimbulkan rasa sakit. Meskipun kita dapat mengukur tekanan darahnya sendiri menggunakan perangkat otomatis, evaluasi oleh tenaga medis penting untuk menilai risiko dan kondisi terkait.
 

Siapa yang berisiko?


Faktor risiko yang bisa berasal dari gaya hidup meliputi pola makan yang tidak sehat, seperti, konsumsi garam berlebihan, pola makan tinggi lemak jenuh dan lemak trans, rendahnya asupan buah dan sayur. 

Kurangnya aktivitas fisik, konsumsi tembakau dan alkohol, serta kelebihan berat badan atau obesitas, juga meningkatkan risiko terkena tekanan darah tinggi. 

Sementara itu, ada faktor risiko yang tidak dapat dihindari, termasuk riwayat hipertensi dalam keluarga, usia di atas 65 tahun, dan penyakit penyerta seperti diabetes atau penyakit ginjal.
 

Pengobatan yang dilakukan


Perubahan gaya hidup dapat membantu menurunkan tekanan darah tinggi. Ini termasuk: 
 
  • - Makan makanan yang sehat dan rendah garam 
  • - Menurunkan berat badan 
  • - Aktif secara fisik, seperti berolahraga
  • - Berhenti merokok 
  • - Menerapkan prinsip periksa kesehatan secara berkala

Jika kamu menderita tekanan darah tinggi, dokter umumnya akan merekomendasikan satu atau lebih obat untuk dikonsumsi. Rekomendasi ini juga mungkin bergantung pada kondisi kesehatan lain yang kamu miliki.
 

Bisa dicegah, kok!


Perubahan gaya hidup bisa membantu menurunkan tekanan darah tinggi dan dapat membantu siapa pun yang menderita hipertensi. Namun, banyak pula yang sudah melakukan perubahan ini masih perlu minum obat. Maka, pencegahan yang bisa kamu lalukan, meliouti:   
 
  • - Makan lebih banyak sayuran dan buah-buahan
  • - Kurangi duduk
  • - Lebih aktif secara fisik, seperti berjalan kaki, berlari, berenang, menari, atau aktivitas yang membangun kekuatan, seperti angkat beban 
  • - Menurunkan berat badan jika kamu kelebihan berat badan atau obesitas
  • - Minum obat sesuai resep ahli kesehatan 

Karakteristik dari pengidap hipertensi di Indonesia yang terdiagnosis mereka mengatakan masih merasa sehat walaupun tekanan darah tinggi. Mereka tidak merasa sakit, dan ini adalah populasi yang paling besar. 

Melihat fenomena ini, Menkes Budi mengingatkan untuk tetap menerapkan prinsip periksa kesehatan secara berkala dan atasi penyakit dengan pengobatan tepat.

Untuk lebih lengkapnya, kamu bisa menyimaknya dalam program Go Healthy di Metro TV.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH