FITNESS & HEALTH

Tumbuh dengan Sedikit Kasih Sayang Bisa Membentuk 7 Perilaku Ini Nantinya

Mia Vale
Minggu 01 September 2024 / 13:09
Jakarta: Setiap individu memiliki cerita hidupnya masing-masing, mulai dari kecil, sampai mereka dewasa. Dan tidak semua pengalaman hidup itu indah pada masa lalu. Beragam alur dialami setiap, dan masing-masing kita tentu akan memiliki karakter yang berebeda pula. 

Dan sedikit banyak, pengalaman masa kecil akan membentuk seseorang memiliki sifat yang bagaimana nantinya. Memang, tidak semua orang memiliki masa lalu yang indah, di mana mendapatkan hangatnya kasih sayang yang utuh dari kedua orang tua.

Akibat dari kondisi itulah yang bisa memengaruhi sikap dan perilaku seseorang saat dewasa. Menurut psikologi, mereka yang tumbuh tanpa banyak cinta dan perhatian orang lain, utamanya orang tua, sering kali mengembangkan perilaku tertentu yang mengungkapkan seberapa besar pengaruh pengalaman awal hidup terhadap kita ke depannya. 

Nah, berikut beberapa perilaku yang biasa terlihat pada orang yang kehilangan kasih sayang (orang tua) saat masih kecil.
 

1. Terlalu mandiri


Apapun terbiasa dilakukan sendiri. Menurut penelitian psikologis, sifat ini bisa jadi merupakan konsekuensi seorang anak yang dari kecil tumbuh dengan sedikit kasih sayang. Ibaratnya, tanpa orang lain, mereka sudah terbiasa survive sendiri. 

Bahkan mungkin seberat apapun masalah yang dihadapi, terpaksa mereka selesaikan sendiri. Dengan begitu, kemandirian sudah tercipta dari kecil. Namun, ini bukan hanya tentang menjadi orang yang kuat dan mandiri. Hiper-kemandirian muncul sebagai mekanisme penanggulangan trauma masa kanak-kanak, yang sering kali berasal dari pengabaian.
 

2. Sulit percaya pada hubungan


Kurangnya kasih sayang orang tua terhadap anaknya bisa menimbulkan rasa tidak percaya anak kepada orang tuanya sendiri. Dan bukan tidak mungkin rasa tidak percaya itu akan terus menetap dalam diri anak sampai dia dewasa. Dengan keadaan seperti ini, mengutip laman Hack Spirit bisa mengakibatkan saat dewasa nanti, mereka yang kurang kasih sayang akan kesulitan menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan seseorang di masa dewasa. 

Keintiman, baginya, seperti mencoba menavigasi medan berbahaya tanpa peta. Mereka mungkin membangun tembok di sekelilingnya sebagai mekanisme perlindungan, sehingga menyulitkan mereka untuk percaya dan membentuk ikatan intim dengan orang lain.


(Seseorang dengan hyper independence cenderung memilih untuk menyendiri dibandingkan berinteraksi dan menjalin hubungan dengan orang lain. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
 

3. Mencari validasi


Bagi mereka yang tumbuh dengan sedikit kasih sayang, keinginan akan pengakuan diri bisa menjadi 'teman setia'. Mereka sering merasa tidak yakin akan nilai diri mereka sendiri. Sepertinya mereka selalu berusaha mengisi kekosongan emosional, yang seharusnya diisi dengan cinta dan kasih sayang orang tua. Ini adalah perjalanan yang bisa memilukan, namun juga menawarkan harapan untuk kesembuhan dan penerimaan diri.
 

4. Takut ditolak


Mendapat penolakan tentu menyakitkan. Dan bagi mereka yang kurang kasih sayang, hal ini menjadi menakutkan. Rasanya seperti beban berat, selalu mengintai di latar belakang interaksi mereka. Otomatis mereka akan menghindari situasi di mana ada kemungkinan terjadinya penolakan. 

Bila ditarik ke belakang, ketakutan ini berakar pada masa kecil mereka. Mereka merasa jika tidak sempurna, mereka tidak akan dicintai. Mereka mungkin menghindari pengambilan risiko atau enggan mengungkapkan perasaannya, semua itu untuk menghindari kemungkinan ditolak.
 

5. Keinginan kuat untuk mengontrol


Ini bisa jadi merupakan perilaku yang dibentuk oleh masa kecil yang kurang kasih sayang. Orang yang tidak menerima banyak cinta saat masih anak-anak sering kali merasa tidak berdaya di tahun-tahun pertumbuhannya. Sebagai orang dewasa, mereka mencoba mendapatkan kembali rasa kendali dengan mengatur lingkungan dan hubungan mereka secara mikro. 

Kebutuhan akan kendali ini dapat terwujud dalam berbagai cara, mulai dari terlalu terorganisir hingga memiliki rutinitas dan ekspektasi yang ketat dalam hubungan. Meskipun hal ini memberi mereka rasa aman, hal ini sering kali melelahkan bagi orang lain di sekitar mereka.
 

6. Tidak mementingkan diri sendiri


Orang mungkin berpikir ini adalah sifat positif, dan dalam banyak hal, memang demikian. Namun, motivasi di balik sikap tidak mementingkan diri sendiri ini terkadang berasal dari hal yang tidak sehat.

Mereka sering kali berusaha keras untuk membuat orang lain merasa dicintai dan dihargai, dengan harapan dapat memberikan apa yang tidak pernah mereka terima. 

Mereka mungkin juga takut ditolak dan percaya bahwa dengan memberi secara berlebihan, mereka dapat memastikan orang-orang akan tetap bertahan.

Penelitian telah menunjukkan bahwa individu yang mengalami tingkat kasih sayang dan perhatian yang rendah selama masa kanak-kanak lebih cenderung terlibat dalam perilaku altruistik, bahkan dengan mengorbankan kesejahteraan mereka sendiri.
 

7. Sulit mengungkapkan cinta


Salah satu dampak paling besar dari tumbuh dengan sedikit kasih sayang adalah sulitnya mengungkapkan cinta. Mereka yang tidak menerima banyak kasih sayang di tahun-tahun pertumbuhannya mungkin kesulitan memahami seperti apa cinta itu. 

Mereka mungkin merasa sulit untuk mengungkapkan cinta kepada orang lain karena mereka tidak memiliki banyak contoh tentang hal itu selama tahun-tahun awal mereka.

Mereka mungkin sangat peduli pada seseorang tetapi tidak memiliki alat untuk menunjukkannya, sehingga menyebabkan kebingungan dan perasaan sakit hati.

Yang harus diingat, peran kasih sayang sangat penting dalam membentuk pemahaman diri dan kemampuan komunikasi kita. Mari kita bawa pemahaman ini saat berinteraksi dengan dunia sekitar. Bagaimanapun, kasih sayang adalah bahasa yang melampaui segala hambatan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH