FITNESS & HEALTH

Hati-hati Salah, Inilah Bahaya Self-Diagnosis

Mia Vale
Minggu 09 Juli 2023 / 10:00
Jakarta: Kadang, dengan keterbatasan waktu yang dimiliki seseorang atau dengan informasi yang banyak dan mudah untuk diakses melalui dunia maya, seseorang sering mengambil kesimpulan sendiri mengenai penyakit mereka. Padahal, bila self-diagnosis atau diagnosis mandiri ini salah, justru bisa membahayakan diri sendiri.

Perlu diketahui, ketika mendiagnosis diri sendiri, pada dasarnya ada asumsi bahwa kamu mengetahui seluk-beluk diagnosis itu.  Misalnya, orang dengan perubahan suasana hati sering berpikir bahwa mereka menderita penyakit manik-depresif atau gangguan bipolar. 

Faktanya, perubahan suasana hati adalah gejala yang dapat menjadi bagian dari banyak skenario klinis yang berbeda, seperti gangguan kepribadian ambang dan depresi berat menjadi dua contoh diagnosis lainnya.
 

Informasi tidak akurat


Seperti yang dipaparkan laman Psychology Today, salah satu bahaya terbesar diagnosis mandiri dalam sindrom psikologi adalah kemungkinan kamu melewatkan penyakit medis yang menyamar sebagai sindrom kejiwaan. Bila kamu mengalami gangguan panik, kemungkinan melewatkan diagnosis hipertiroidisme atau detak jantung yang tidak teratur. 

Yang lebih serius lagi adalah kenyataan bahwa beberapa tumor otak dapat muncul dengan perubahan kepribadian atau psikosis atau bahkan depresi.

Bila kamu menganggap mengalami depresi dan mengobatinya dengan obat yang dijual bebas, mungkin kamu benar-benar melewatkan sindrom medis. Bahkan jika tidak menginginkan pengobatan konvensional untuk depresi, kemungkinan kamu menginginkan pengobatan konvensional untuk tumor otak.


(Salah satu bahaya dari diagnosis diri adalah kemungkinan berpikir bahwa ada yang lebih salah dengan diri kamu daripada yang sebenarnya. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
 

Cemas dan tidak percaya


Diagnosis mandiri juga melemahkan peran dokter, yang bukan merupakan cara terbaik untuk memulai hubungan. Sementara dokter umumnya sangat antusias untuk mendapatkan informasi yang dikemas, akan membantu jika kamu benar-benar memercayai dokter. 

Namun, bila kamu meragukan diagnosis dokter, beri tahu dia bahwa kamu ragu dan katakan alasannya. Ini jauh lebih baik daripada mendiagnosis sindrom diri sendiri secara diam-diam.
 

Salah tafsir


Lalu ada fakta bahwa kita dapat mengetahui dan melihat diri kita sendiri, tetapi terkadang kita membutuhkan cermin untuk melihat diri kita lebih jelas. Dokter adalah cermin itu. Dengan mendiagnosis diri sendiri, kamu mungkin melewatkan sesuatu yang tidak dapat dilihat. Misalnya, kamu mungkin diliputi kecemasan dan berpikir bahwa mengalami gangguan kecemasan.

Gangguan kecemasan mungkin menutupi gangguan depresi mayor. Sekitar dua pertiga orang yang datang ke klinik rawat jalan dengan kecemasan juga mengalami depresi.

Secara umum, ketika dua atau lebih sindrom terjadi pada orang yang sama, kami menyebutnya komorbiditas. Saat orang mendiagnosis diri sendiri, mereka sering melewatkan penyakit penyerta yang ada.

Bahaya lain dari diagnosis diri adalah kemungkinan berpikir bahwa ada yang lebih salah dengan diri kamu daripada yang sebenarnya.

Misalnya, jika kamu menderita insomnia, kurang perhatian, dan depresi, mungkin timbul kepercayaan bahwa itu mengalami gangguan tidur, ADD, dan depresi berat. Namun, depresi berat dapat menjelaskan semua gejala ini. Dengan demikian, kamu bisa memperburuk keadaan dengan lebih khawatir juga.
 

Pengobatan tidak tepat


Diagnosis mandiri juga menjadi masalah saat adanya penyangkalan gejala kamu. Mungkin kamu berpikir mengalami nyeri tubuh umum dimulai saat suasana hati memburuk. Tetapi dokter mungkin memilih untuk melakukan EKG untuk nyeri dada yang mengungkapkan kemungkinan penyakit arteri koroner.

Dari situ, ada kemungkinan kamu telah mencoba menghindari nyeri dada atau mungkin telah meminimalkannya.

Terakhir, ada sindrom tertentu yang mungkin tidak tampak seperti masalah bagi kamu, meskipun sangat mengganggu hidup sehari-hari. Misalnya, dengan gangguan delusi. Orang tidak berpikir bahwa mereka mengalami delusi dan karena mereka tidak terlalu psikotik, mereka mungkin tidak berpikir untuk melaporkan gejala paranoid yang menambah gangguan delusi.

Selain itu, banyak gangguan kepribadian yang tidak dilaporkan secara spontan karena biasanya bermasalah bagi orang lain. Dengan demikian, self-diagnosis dapat memiliki dampak negatif yang luar biasa pada seseorang.

Untuk alasan ini, meskipun membaca bermanfaat dan informatif, sebaiknya diskusikan perkiraan kamu dengan dokter sebelum memutuskan perawatan yang diinginkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)

MOST SEARCH