FAMILY

Bukan Sekadar Screen Time, Kecanduan Gadget Jadi Ancaman Baru Kesehatan Mental Anak

A. Firdaus
Jumat 12 Desember 2025 / 12:10
Jakarta: Menurut survei Gallup 2023, remaja rata-rata menghabiskan hampir lima jam per hari di media sosial. Dan sebuah studi dari tahun yang sama menyarankan bahwa kebiasaan memeriksa media sosial pada awal masa remaja dapat mengubah sensitivitas otak terhadap hadiah dan hukuman.

Survei Pew Research Center tahun 2025 menemukan bahwa mayoritas orang tua mengatakan anak-anak mereka berusia 5 hingga 7 tahun dan 2 hingga 4 tahun menggunakan smartphone. Namun, para orang tua penting untuk tetap memperhatikan krisis ini dan perilaku anak-anak mereka terkait penggunaan gadget.

“Meskipun kita belum sepenuhnya memahami dampak jangka panjang dari dinamika digitalisasi ini, data yang tersedia secara tegas menunjukkan dampak merusak pada kesehatan mental dan kesejahteraan anak-anak kita,” kata Kellyn Smythe, MS, direktur penerimaan di Pacific Quest kepada Parents.

Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa kecanduan gadget mungkin lebih penting untuk diperhatikan daripada screen time itu sendiri. Alasan utamanya adalah mereka yang merasa kecanduan gadget mereka lebih berisiko mengalami masalah kesehatan mental.
Smythe berada di garis depan krisis ini karena ia dan penyedia layanan kesehatan mental membahas tanda-tanda kecanduan gadget dan gejala penarikan, serta cara membantu anak atau remaja membangun hubungan yang lebih sehat dengan perangkat mereka.

“Sederhananya, jika anak secara teratur memilih screen time daripada pengalaman langsung dan tampaknya tidak bisa menahan diri untuk melakukannya, maka wajar untuk menyebut mereka ‘kecanduan gadget,’” kata Smythe.

Gadget mencakup smartphone, tablet, komputer, dan TV. Kecanduan dapat terjadi karena stimulasi yang diperoleh orang dari penggunaan teknologi.

“Individu yang menderita kecanduan gadget terus secara bertahap tenggelam dalam screen time hingga melampaui kemampuan mereka untuk mengendalikannya,” jelas Matt Glowiak, PhD, LCPC, CAADC, spesialis kecanduan utama di Recovered.org.

“Mereka menghabiskan lebih banyak waktu di layar daripada yang direncanakan atau diinginkan, bahkan hingga merugikan aspek lain dalam hidup mereka. Saat tidak di layar, pikiran dan emosi mereka hampir tidak ada di lingkungan nyata sambil terus memikirkan penggunaan berikutnya,” tambah dr. Glowiak.

Anak-anak dan remaja seringkali lebih sulit untuk menghentikan kebiasaan ini dibandingkan orang dewasa.

“Meskipun banyak orang dewasa mungkin akhirnya menyadari penggunaan yang bermasalah tetapi kesulitan untuk menghentikannya, pada anak-anak dan remaja, mengingat tingkat perkembangan mereka, penggunaan yang bermasalah seringkali tidak disadari,” jelas dr. Glowiak.

Secillia Nur Hafifah

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)

MOST SEARCH