FITNESS & HEALTH
Peran Teknologi AI dan Digital bagi Percepatan Pengobatan Penyakit Jantung
Yatin Suleha
Rabu 28 Mei 2025 / 20:55
Jakarta: Dalam data yang dihimpun dalam World Heart Federation (WHF), sebuah Federasi Jantung Dunia yang menyatukan berbagai komunitas kardiovaskular, memaparkan bahwa Indonesia untuk mortalitas akibat penyakit kardiovaskular yang distandarkan berdasarkan usia, penyakit ini berada di peringkat 20 persen teratas negara-negara jika diurutkan dari tingkat mortalitas tertinggi hingga terendah.
WFH membeberkan, Indonesia memiliki tingkat kolesterol non-HDL yang relatif tinggi pada wanita dan penggunaan tembakau pada pria jika dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia.
Baca juga: Senyum Acindino Alaman, Sang Survivor Stroke di Barcelona
Pada penderita penyakit jantung, serangan jantung bisa menyebabkan kematian cepat. Mengapa? Karena jantung berhenti memompa darah kaya oksigen ke seluruh tubuh. Ini menyebabkan organ-organ tubuh kekurangan oksigen dan tidak dapat berfungsi.
Hal ini bisa terjadi akibat penyumbatan pembuluh darah koroner, yang menyebabkan aliran darah ke jantung terhambat, atau gangguan pada sistem kelistrikan jantung yang menyebabkan detak jantung menjadi sangat cepat dan tidak terkoordinasi.
Dalam laman resmi Rumah Sakit Royal Progress disebutkan bahwa golden hour serangan jantung merupakan waktu yang sangat penting setelah serangan jantung menyerang. Pada umumnya tindakan yang sangat tepat untuk menangani seseorang terkena serangan jantung adalah ketika 60 menit pertama setelah serangan jantung.
Untuk itu dibutuhkan penanganan tepat dan cepat dalam penyakit kardiovaskular.

(Astri Ramayanti Dharmawan, Presiden Direktur Philips Indonesia mengatakan, “Perjuangan Indonesia melawan penyakit jantung memerlukan lebih dari sekadar tenaga medis — kita memerlukan inovasi." Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Dr. BRM. Ario Soeryo Kuncoro, Sp.JP(K), FIHA, FAsCC, Ketua Bidang Medis Yayasan Jantung Indonesia (YJI) sekaligus kardiologis di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita menyatakan, “Belum adanya dokter jantung di daerah tertentu di Indonesia serta belum lengkapnya fasilitas diagnostik penyakit jantung yang baik menyebabkan keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan."
"Akibatnya, pasien datang dalam kondisi yang sudah lebih parah dan sulit ditangani,” jelasnya lagi.
Dr. Ario menegaskan, “Yang sangat membantu kami bekerja lebih cepat dan efisien adalah ketika memiliki teknologi yang tepat. Teknologi ini menyederhanakan alur kerja, mempercepat proses diagnosis, dan mendukung pengambilan keputusan."
"Artinya, pasien bisa didiagnosis lebih cepat, ditangani lebih awal, dan peluang hasil yang lebih baik juga meningkat. Secara keseluruhan, rumah sakit bisa melayani lebih banyak pasien, yang sangat penting di wilayah dengan sumber daya terbatas,” tambah dr. Ario.
Senada dengan dr. Ario, Ketua Umum Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI), drg. Iing Ichsan Hanafi, MARS., MH juga menegaskan, “Teknologi AI dan digital sangat penting untuk menutup kesenjangan layanan jantung di Indonesia. Dengan menjadi pelopor transformasi digital dan berinvestasi pada inovasi dan teknologi kesehatan canggih."
Menurutnya hal ini dapat terus memenuhi kebutuhan pasien jantung saat ini dan di masa depan, sekaligus mendukung sistem kesehatan yang lebih efisien.
Philips bekerja sama dengan penyedia layanan kesehatan meningkatkan produktivitas dan efisiensi alur kerja di seluruh tahapan layanan.
Solusi pencitraan berbasis AI, seperti ultrasonografi jantung, CT, dan MRI, membantu dokter mendeteksi kondisi jantung lebih awal dan lebih akurat, serta mempercepat proses diagnosis.
Pengukuran otomatis dan wawasan waktu nyata juga menyederhanakan alur kerja klinis dan meningkatkan keyakinan dalam diagnosis.
Astri Ramayanti Dharmawan, Presiden Direktur Philips Indonesia mengatakan, “Perjuangan Indonesia melawan penyakit jantung memerlukan lebih dari sekadar tenaga medis — kita memerlukan inovasi."
Baca juga: Philips' Innovation Supports the Most Challenging of Neurovascular Patients
"Dengan keterbatasan jumlah dokter spesialis jantung dan beban penyakit yang terus meningkat, kita butuh solusi teknologi kesehatan yang mampu mempercepat diagnosis dan intervensi. Kami berkomitmen untuk membangun sistem kesehatan yang lebih kuat dan tangguh, sejalan dengan visi kami untuk memberikan perawatan yang lebih baik bagi lebih banyak orang,” jelas Astri Ramayanti Dharmawan.
(Para pemangku kepentingan sepakat bahwa teknologi mutakhir harus disertai dengan kemitraan publik-swasta yang solid untuk mempercepat transformasi kesehatan digital di Indonesia. Video: Dok. Instagram Philips Healthcare/@philips.healthcare)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
WFH membeberkan, Indonesia memiliki tingkat kolesterol non-HDL yang relatif tinggi pada wanita dan penggunaan tembakau pada pria jika dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia.
Baca juga: Senyum Acindino Alaman, Sang Survivor Stroke di Barcelona
Pada penderita penyakit jantung, serangan jantung bisa menyebabkan kematian cepat. Mengapa? Karena jantung berhenti memompa darah kaya oksigen ke seluruh tubuh. Ini menyebabkan organ-organ tubuh kekurangan oksigen dan tidak dapat berfungsi.
Hal ini bisa terjadi akibat penyumbatan pembuluh darah koroner, yang menyebabkan aliran darah ke jantung terhambat, atau gangguan pada sistem kelistrikan jantung yang menyebabkan detak jantung menjadi sangat cepat dan tidak terkoordinasi.
Golden hour serangan jantung
Dalam laman resmi Rumah Sakit Royal Progress disebutkan bahwa golden hour serangan jantung merupakan waktu yang sangat penting setelah serangan jantung menyerang. Pada umumnya tindakan yang sangat tepat untuk menangani seseorang terkena serangan jantung adalah ketika 60 menit pertama setelah serangan jantung.
Untuk itu dibutuhkan penanganan tepat dan cepat dalam penyakit kardiovaskular.

(Astri Ramayanti Dharmawan, Presiden Direktur Philips Indonesia mengatakan, “Perjuangan Indonesia melawan penyakit jantung memerlukan lebih dari sekadar tenaga medis — kita memerlukan inovasi." Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Dr. BRM. Ario Soeryo Kuncoro, Sp.JP(K), FIHA, FAsCC, Ketua Bidang Medis Yayasan Jantung Indonesia (YJI) sekaligus kardiologis di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita menyatakan, “Belum adanya dokter jantung di daerah tertentu di Indonesia serta belum lengkapnya fasilitas diagnostik penyakit jantung yang baik menyebabkan keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan."
"Akibatnya, pasien datang dalam kondisi yang sudah lebih parah dan sulit ditangani,” jelasnya lagi.
Dr. Ario menegaskan, “Yang sangat membantu kami bekerja lebih cepat dan efisien adalah ketika memiliki teknologi yang tepat. Teknologi ini menyederhanakan alur kerja, mempercepat proses diagnosis, dan mendukung pengambilan keputusan."
"Artinya, pasien bisa didiagnosis lebih cepat, ditangani lebih awal, dan peluang hasil yang lebih baik juga meningkat. Secara keseluruhan, rumah sakit bisa melayani lebih banyak pasien, yang sangat penting di wilayah dengan sumber daya terbatas,” tambah dr. Ario.
Senada dengan dr. Ario, Ketua Umum Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI), drg. Iing Ichsan Hanafi, MARS., MH juga menegaskan, “Teknologi AI dan digital sangat penting untuk menutup kesenjangan layanan jantung di Indonesia. Dengan menjadi pelopor transformasi digital dan berinvestasi pada inovasi dan teknologi kesehatan canggih."
Menurutnya hal ini dapat terus memenuhi kebutuhan pasien jantung saat ini dan di masa depan, sekaligus mendukung sistem kesehatan yang lebih efisien.
Philips bekerja sama dengan penyedia layanan kesehatan meningkatkan produktivitas dan efisiensi alur kerja di seluruh tahapan layanan.
Solusi pencitraan berbasis AI, seperti ultrasonografi jantung, CT, dan MRI, membantu dokter mendeteksi kondisi jantung lebih awal dan lebih akurat, serta mempercepat proses diagnosis.
Pengukuran otomatis dan wawasan waktu nyata juga menyederhanakan alur kerja klinis dan meningkatkan keyakinan dalam diagnosis.
Astri Ramayanti Dharmawan, Presiden Direktur Philips Indonesia mengatakan, “Perjuangan Indonesia melawan penyakit jantung memerlukan lebih dari sekadar tenaga medis — kita memerlukan inovasi."
Baca juga: Philips' Innovation Supports the Most Challenging of Neurovascular Patients
"Dengan keterbatasan jumlah dokter spesialis jantung dan beban penyakit yang terus meningkat, kita butuh solusi teknologi kesehatan yang mampu mempercepat diagnosis dan intervensi. Kami berkomitmen untuk membangun sistem kesehatan yang lebih kuat dan tangguh, sejalan dengan visi kami untuk memberikan perawatan yang lebih baik bagi lebih banyak orang,” jelas Astri Ramayanti Dharmawan.
(Para pemangku kepentingan sepakat bahwa teknologi mutakhir harus disertai dengan kemitraan publik-swasta yang solid untuk mempercepat transformasi kesehatan digital di Indonesia. Video: Dok. Instagram Philips Healthcare/@philips.healthcare)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)