FITNESS & HEALTH
6 Cara Hindari Obesitas untuk Cegah Penyakit Kritis
Yatin Suleha
Selasa 29 April 2025 / 08:08
Jakarta: Salah satu masalah kesehatan yang kian mengkhawatirkan di Indonesia adalah obestitas. Menurut NCD Risk Factor Collaboration (NCD-RisC) per 1 Maret 2024, sebanyak 6,53% laki-laki dewasa dan 16,58% perempuan dewasa di Indonesia mengalami obesitas.
Tidak hanya dialami oleh orang dewasa, obesitas juga mengintai anak-anak, yang mana tingkat obesitas untuk kategori anak laki-laki di Indonesia mencapai 11,26% dan anak perempuan 10,30% pada periode yang sama.
Hal ini tentunya berkaitan dengan semakin meningkatnya kebiasaan gaya hidup tidak sehat, mulai dari sedentary lifestyle atau gaya hidup yang cenderung malas bergerak alias mager, mengonsumsi makanan yang memiliki kadar gula dan lemak yang tinggi, hingga begadang yang bisa mengganggu ritme jam biologis tubuh hingga menimbulkan perubahan hormon yang akan mengganggu kerja insulin.
Menurut Kementerian Kesehatan, obesitas juga dapat meningkatkan risiko berbagai masalah penyakit kritis lainnya, seperti penyakit jantung, stroke, dan diabetes.
Dr. Elva Septiruliana, Customer Claims Experience Manager dari Allianz Life Indonesia mengatakan, "Apabila kebiasaan seperti ini terus berlanjut, bukan hanya sekadar berpengaruh pada obesitas, tetapi juga meningkatkan berbagai risiko penyakit kritis lainnya, mulai dari diabetes, penyakit jantung, hingga stroke."
Kondisi penumpukan lemak berlebih di tubuh ini diakibatkan karena tubuh menerima asupan kalori lebih besar dibandingkan yang dikeluarkan dalam waktu yang lama.
Baca juga: Apakah Benar, Orang Asia Lebih Rentan Kena Diabetes Walau Tak Obesitas?
Dan berikut ini beberapa cara hindari obesitas dan cegah penyakit kritis

(Mengatur pola makan yang sehat dan seimbang adalah kunci untuk mencegah obesitas. Hindari makanan tinggi kalori dan lemak, serta prioritaskan konsumsi buah, sayur, dan protein rendah lemak. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Mengalihkan konsumsi makanan olahan dan tinggi gula ke makanan serat tinggi yang membantu mengendalikan penyerapan gula darah, memilih protein rendah lemak, hingga memilih makanan dengan indeks glikemik rendah untuk membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil.
Perhatikan ukuran porsi makan agar tidak overeating. Mengonsumsi makanan sehat dengan porsi kecil namun sering akan membantu mengontrol gula darah. Sebaliknya, mengonsumsi makanan banyak dalam satu waktu dapat memicu lonjakan kadar gula darah.
Rutin melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang minimal 30 menit perhari atau 150 menit seminggu dapat membantu dalam menjaga berat badan.
Menghindari dan bahkan berhenti dari dua kebiasaan ini juga menjadi faktor penting untuk menurunkan berat badan dan mencegah risiko obesitas, dan berbagai penyakit kritis lainnya, seperti penyakit jantung.
Selain mengonsumsi makanan yang melebihi kebutuhan kalori tubuh, kualitas tidur yang buruk juga bisa meningkatkan risiko obesitas. Untuk itu, pastikan untuk miliki waktu tidur setidaknya 6 hingga 7 jam setiap malam.
Baca juga: Apakah Kenaikan Berat Badan Biasa Terjadi Saat Menopause? Ini Jawabannya
Memperhatikan Indeks Massa Tubuh (IMT) sangat penting dilakukan guna mengetahui status gizi dari hasil perbandingan berat dan tinggi badan. Jika IMT sudah melebihi batas maksimum, sebaiknya lakukan konsultasi ke ahli kesehatan untuk mendapatkan arahan yang tepat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Tidak hanya dialami oleh orang dewasa, obesitas juga mengintai anak-anak, yang mana tingkat obesitas untuk kategori anak laki-laki di Indonesia mencapai 11,26% dan anak perempuan 10,30% pada periode yang sama.
Hal ini tentunya berkaitan dengan semakin meningkatnya kebiasaan gaya hidup tidak sehat, mulai dari sedentary lifestyle atau gaya hidup yang cenderung malas bergerak alias mager, mengonsumsi makanan yang memiliki kadar gula dan lemak yang tinggi, hingga begadang yang bisa mengganggu ritme jam biologis tubuh hingga menimbulkan perubahan hormon yang akan mengganggu kerja insulin.
Menurut Kementerian Kesehatan, obesitas juga dapat meningkatkan risiko berbagai masalah penyakit kritis lainnya, seperti penyakit jantung, stroke, dan diabetes.
Dr. Elva Septiruliana, Customer Claims Experience Manager dari Allianz Life Indonesia mengatakan, "Apabila kebiasaan seperti ini terus berlanjut, bukan hanya sekadar berpengaruh pada obesitas, tetapi juga meningkatkan berbagai risiko penyakit kritis lainnya, mulai dari diabetes, penyakit jantung, hingga stroke."
Kondisi penumpukan lemak berlebih di tubuh ini diakibatkan karena tubuh menerima asupan kalori lebih besar dibandingkan yang dikeluarkan dalam waktu yang lama.
Baca juga: Apakah Benar, Orang Asia Lebih Rentan Kena Diabetes Walau Tak Obesitas?
6 langkah hindari obesitas
Dan berikut ini beberapa cara hindari obesitas dan cegah penyakit kritis
1. Mengatur pola makan

(Mengatur pola makan yang sehat dan seimbang adalah kunci untuk mencegah obesitas. Hindari makanan tinggi kalori dan lemak, serta prioritaskan konsumsi buah, sayur, dan protein rendah lemak. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Mengalihkan konsumsi makanan olahan dan tinggi gula ke makanan serat tinggi yang membantu mengendalikan penyerapan gula darah, memilih protein rendah lemak, hingga memilih makanan dengan indeks glikemik rendah untuk membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil.
2. Mengendalikan porsi makan
Perhatikan ukuran porsi makan agar tidak overeating. Mengonsumsi makanan sehat dengan porsi kecil namun sering akan membantu mengontrol gula darah. Sebaliknya, mengonsumsi makanan banyak dalam satu waktu dapat memicu lonjakan kadar gula darah.
3. Melakukan aktivitas fisik
Rutin melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang minimal 30 menit perhari atau 150 menit seminggu dapat membantu dalam menjaga berat badan.
4. Hindari kebiasaan merokok dan minum alkohol
Menghindari dan bahkan berhenti dari dua kebiasaan ini juga menjadi faktor penting untuk menurunkan berat badan dan mencegah risiko obesitas, dan berbagai penyakit kritis lainnya, seperti penyakit jantung.
5. Istirahat yang cukup
Selain mengonsumsi makanan yang melebihi kebutuhan kalori tubuh, kualitas tidur yang buruk juga bisa meningkatkan risiko obesitas. Untuk itu, pastikan untuk miliki waktu tidur setidaknya 6 hingga 7 jam setiap malam.
Baca juga: Apakah Kenaikan Berat Badan Biasa Terjadi Saat Menopause? Ini Jawabannya
6. Konsultasi ke ahli kesehatan
Memperhatikan Indeks Massa Tubuh (IMT) sangat penting dilakukan guna mengetahui status gizi dari hasil perbandingan berat dan tinggi badan. Jika IMT sudah melebihi batas maksimum, sebaiknya lakukan konsultasi ke ahli kesehatan untuk mendapatkan arahan yang tepat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)