FITNESS & HEALTH
Mengenal Ekokardiografi, Teknologi Penting dalam Diagnosis Penyakit Jantung
Aulia Putriningtias
Rabu 30 April 2025 / 08:02
Jakarta: Indonesia menjadi negara dengan prevalensi kematian akibat jantung yang tinggi. Ada banyak ragam penyakit jantung yang dapat menimpa seseorang, seperti jantung koroner, katup jantung bocor, kardiomiopati, dan juga hipertensi. Melakukan ekokardiografi adalah hal yang tepat dalam mendiagnosa jenis penyakit jantung.
Ekokardiografi merupakan sebuah teknik pencitraan diagnostik non-invasif yang menggunakan gelombang ultrasonik untuk memvisualisasikan struktur anatomi, fisiologi, dan fungsi jantung dan pembuluh darah besar di sekitar. Teknologi ini seperti USG pada kehamilan, di mana kita dapat melihat jantung melalui teknik ini.
“Ini berbeda dengan EKG. EKG memang bisa mendeteksi juga, tetapi ini lebih terlihat jantung kita di bagian mana yang bermasalah. Penggambarannya seperti ibu hamil sedang USG, tetapi yang kita lihat screennya adalah jantung kita,” kata Dr. dr. Lies Dina Liastuti, Sp.J.P.Subsp. Eko. (K). MARS, selaku Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Subspesialis Jantung dan Pembuluh Darah Ekokardiografi Pondok Indah Heart Center dalam temu media.
Baca juga: Mengenali MitraClip, Prosedur dalam Menangani Kebocoran Katup Jantung
Dr. Lies mengatakan bahwa ekokardiografi tidak menyakitkan sama sekali. Pada prosedur ini, pasien mungkin akan merasakan sedikit tekanan saat transducer digerakkan di atas dada. Namun, rasa sakitnya pun tidak perlu yang begitu dikhawatirkan secara berlebihan.
Tujuan dari ekokardiografi ini adalah untuk membantu menegakkan diagnosis, menentukan tatalaksana, dan memprediksi prognosis penyakit jantung. Selain itu, ekokardiografi juga menjadi modalitas yang penting dalam evaluasi pasien sebelum dan selama tindakan medis yang berisiko memengaruhi jantung.
Adapun beberapa contoh yang tindakan medis yang berisiko memengaruhi jantung menurut dr. Lies, antara lain:
Tindakan ini memberikan penilaian komprehensif mengenai kondisi dan fungsi jantung pasien sebelum menjalani pembedahan mayor (termasuk operasi non-kardiak). Sehingga tim medis dapat mengantisipasi dan meminimalisir risiko komplikasi kardiovaskular.
Tindakan ini diketahui beberapa agen kemoterapi memiliki efek yang dapat melemahkan otot jantung secara signifikan. Evaluasi fungsi jantung melalui ekokardiografi sebelum, selama, dan setelah kemoterapi memungkinkan mendeteksi dini dan penanganan segera terhadap komplikasi kardiovaskular yang mungkin terjadi.
Kondisi di mana pasien dengan hipertensi berat atau diabetes melitus yang memiliki risiko tinggi komplikasi kardiovaskular, pemantauan rutin dengan ekokardiografi memungkinkan deteksi awal perubahan struktural dan fungsional jantung, sehingga intervensi dapat dilakukan tepat waktu.
“Prosedur ekokardiografi biasanya berlangsung antara 30 hingga 60 menit. Waktu ini bisa bervariasi tergantung pada jenis ekokardiografi yang dilakukan dan seberapa kompleks kondisi jantung pasien yang diperiksa,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
Ekokardiografi merupakan sebuah teknik pencitraan diagnostik non-invasif yang menggunakan gelombang ultrasonik untuk memvisualisasikan struktur anatomi, fisiologi, dan fungsi jantung dan pembuluh darah besar di sekitar. Teknologi ini seperti USG pada kehamilan, di mana kita dapat melihat jantung melalui teknik ini.
“Ini berbeda dengan EKG. EKG memang bisa mendeteksi juga, tetapi ini lebih terlihat jantung kita di bagian mana yang bermasalah. Penggambarannya seperti ibu hamil sedang USG, tetapi yang kita lihat screennya adalah jantung kita,” kata Dr. dr. Lies Dina Liastuti, Sp.J.P.Subsp. Eko. (K). MARS, selaku Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Subspesialis Jantung dan Pembuluh Darah Ekokardiografi Pondok Indah Heart Center dalam temu media.
Baca juga: Mengenali MitraClip, Prosedur dalam Menangani Kebocoran Katup Jantung
Dr. Lies mengatakan bahwa ekokardiografi tidak menyakitkan sama sekali. Pada prosedur ini, pasien mungkin akan merasakan sedikit tekanan saat transducer digerakkan di atas dada. Namun, rasa sakitnya pun tidak perlu yang begitu dikhawatirkan secara berlebihan.
Tujuan dari ekokardiografi ini adalah untuk membantu menegakkan diagnosis, menentukan tatalaksana, dan memprediksi prognosis penyakit jantung. Selain itu, ekokardiografi juga menjadi modalitas yang penting dalam evaluasi pasien sebelum dan selama tindakan medis yang berisiko memengaruhi jantung.
Adapun beberapa contoh yang tindakan medis yang berisiko memengaruhi jantung menurut dr. Lies, antara lain:
1. Persiapan pre-operatif
Tindakan ini memberikan penilaian komprehensif mengenai kondisi dan fungsi jantung pasien sebelum menjalani pembedahan mayor (termasuk operasi non-kardiak). Sehingga tim medis dapat mengantisipasi dan meminimalisir risiko komplikasi kardiovaskular.
2. Pemantauan efek kardiotoksik kemoterapi
Tindakan ini diketahui beberapa agen kemoterapi memiliki efek yang dapat melemahkan otot jantung secara signifikan. Evaluasi fungsi jantung melalui ekokardiografi sebelum, selama, dan setelah kemoterapi memungkinkan mendeteksi dini dan penanganan segera terhadap komplikasi kardiovaskular yang mungkin terjadi.
3. Evaluasi berkelanjutan pada penyakit kronis
Kondisi di mana pasien dengan hipertensi berat atau diabetes melitus yang memiliki risiko tinggi komplikasi kardiovaskular, pemantauan rutin dengan ekokardiografi memungkinkan deteksi awal perubahan struktural dan fungsional jantung, sehingga intervensi dapat dilakukan tepat waktu.
“Prosedur ekokardiografi biasanya berlangsung antara 30 hingga 60 menit. Waktu ini bisa bervariasi tergantung pada jenis ekokardiografi yang dilakukan dan seberapa kompleks kondisi jantung pasien yang diperiksa,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)