FITNESS & HEALTH
Mengenal Terapi Suntik Subkutan untuk Kanker Payudara HER2-Positif
Medcom
Selasa 25 Juli 2023 / 15:17
Jakarta: Pasien dengan kanker payudara HER2-positif kini memiliki pilihan pengobatan yang lebih nyaman dan hemat waktu. Berdasarkan studi PHranceSCa, 85% pasien lebih memilih terapi suntik subkutan pertuzumab+trastuzumab dengan dosis tetap dibandingkan pertuzumab + trastuzumab infus.
Terapi suntik subkutan ini diberikan melalui jarum kecil di bawah kulit, sehingga pasien merasa lebih nyaman selama pemberian obat dan tidak perlu menunggu lama di rumah sakit. Selain itu, terapi ini juga sedikit lebih nyeri daripada terapi infus.
Pengobatan inovatif ini juga menguntungkan bagi tenaga kesehatan karena mengurangi waktu perawatan. Terapi ini diberikan tanpa rekonstitusi, tanpa pelarutan, tanpa penyesuaian/perhitungan dosis sesuai berat badan pasien dan tanpa akses jalur infus seperti kemoport.
Ketua Indonesia Health Economic Association, InaHEA, sekaligus pengamat farmakoekonomi, Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH, DrPH mengatakan, keterbatasan sumber daya kesehatan menuntut dilakukannya berbagai upaya penghematan agar semakin banyak pasien bisa dilayani secara berkualitas.
"Kehadiran pengobatan inovatif ini sangat menguntungkan bagi pasien, tenaga kesehatan dan rumah sakit," ucap Prof. Hasbulla dalam acara Roche Oncology Summit.
Dari sisi rumah sakit, pengobatan melalui suntik dapat menghemat sumber daya dengan waktu penanganan pasien berkurang hingga lebih 90%, serta penggunaan fasilitas pengobatan yang lebih efisien. Pasien secara ekonomi juga diuntungkan dengan ketersediaan obat ini di Indonesia sehingga tidak perlu mencari pengobatan di luar negeri.
Pertuzumab+trastuzumab dengan dosis tetap merupakan terapi yang ditujukan untuk pasien dengan kanker payudara HER2-positif stadium lanjut atau metastasis. Terapi ini bekerja dengan menghambat pertumbuhan dan penyebaran sel kanker payudara yang memiliki protein HER2 berlebih.
Kanker payudara HER2-positif merupakan salah satu jenis kanker payudara yang agresif dan berisiko tinggi. Menurut data Globocan 2020, sekitar 15-20% dari seluruh kasus kanker payudara di dunia termasuk dalam jenis ini.
Di Indonesia sendiri, diperkirakan ada sekitar 10.000 kasus baru kanker payudara HER2-positif setiap tahunnya.
Fauzi Pratama Ramadhan
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Terapi suntik subkutan ini diberikan melalui jarum kecil di bawah kulit, sehingga pasien merasa lebih nyaman selama pemberian obat dan tidak perlu menunggu lama di rumah sakit. Selain itu, terapi ini juga sedikit lebih nyeri daripada terapi infus.
Pengobatan inovatif ini juga menguntungkan bagi tenaga kesehatan karena mengurangi waktu perawatan. Terapi ini diberikan tanpa rekonstitusi, tanpa pelarutan, tanpa penyesuaian/perhitungan dosis sesuai berat badan pasien dan tanpa akses jalur infus seperti kemoport.
Ketua Indonesia Health Economic Association, InaHEA, sekaligus pengamat farmakoekonomi, Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH, DrPH mengatakan, keterbatasan sumber daya kesehatan menuntut dilakukannya berbagai upaya penghematan agar semakin banyak pasien bisa dilayani secara berkualitas.
"Kehadiran pengobatan inovatif ini sangat menguntungkan bagi pasien, tenaga kesehatan dan rumah sakit," ucap Prof. Hasbulla dalam acara Roche Oncology Summit.
Dari sisi rumah sakit, pengobatan melalui suntik dapat menghemat sumber daya dengan waktu penanganan pasien berkurang hingga lebih 90%, serta penggunaan fasilitas pengobatan yang lebih efisien. Pasien secara ekonomi juga diuntungkan dengan ketersediaan obat ini di Indonesia sehingga tidak perlu mencari pengobatan di luar negeri.
Terapi suntik subkutan
Pertuzumab+trastuzumab dengan dosis tetap merupakan terapi yang ditujukan untuk pasien dengan kanker payudara HER2-positif stadium lanjut atau metastasis. Terapi ini bekerja dengan menghambat pertumbuhan dan penyebaran sel kanker payudara yang memiliki protein HER2 berlebih.
Kanker payudara HER2-positif merupakan salah satu jenis kanker payudara yang agresif dan berisiko tinggi. Menurut data Globocan 2020, sekitar 15-20% dari seluruh kasus kanker payudara di dunia termasuk dalam jenis ini.
Di Indonesia sendiri, diperkirakan ada sekitar 10.000 kasus baru kanker payudara HER2-positif setiap tahunnya.
Fauzi Pratama Ramadhan
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)