FEATURE
Pengabdian dr. Sriyanto, Penyintas Covid-19 yang Kini Jadi Relawan Donor Plasma
A. Firdaus
Sabtu 10 Juli 2021 / 13:04
Jakarta: Tak dapat dipungkiri, tenaga kesehatan (nakes) termasuk dokter, merupakan pekerjaan yang paling dekat dan rentan terpapar covid-19. Kerap berada di rumah sakit, mereka tak jarang bertemu dengan pasien yang sudah tertular covid-19.
Banyak berita tentang nakes yang terpapar covid-19, dan dr. Sriyanto Msi Med, SpB salah satu yang pernah merasakan kejamnya virus korona. Dokter bedah asal Wonogiri tersebut dinyatakan positif covid-19 pada November 2020.
"Saya kurang tahu pasti saya terpapar covid-19 di mana. Bisa saja kena di rumah sakit atau di luar," ujar dr. Sriyanto di program Vaksin Slank untuk Indonesia.
Saat bertugas di rumah sakit, dr. Sriyanto mengakui taat dalam menerapkan protokol kesehatan. Cuma saja, ia lengah menerapkannya ketika menghadiri silaturahmi keluarga besarnya di Semarang.
"Saat pertemuan tersebut ada 8 saudara saya yang terpapar covid-19," jelas dr. Sriyanto.
Dokter Sriyanto mengalami gejala moderat. Gejala pertama yang dialaminya adalah demam yang tak kunjung reda, meski telah diobati. Merasa aneh dengan apa yang dialaminya, dr. Sriyanto melakukan swab dan hasilnya positif.
Sesuai janji, jika terpapar covid-19, dr. Sriyanto memilih untuk dirawat ke RSUD dr. Moewardi. Bukan tanpa alasan ia memilih rumah sakit milik Pemprov Jawa Tengah tersebut. Sebab rumah sakit yang berada di Solo itu menggunakan obat tertentu untuk penyembuhan.
Saat menjalani perawatan, ada beberapa gejala yang dialami dr. Sriyanto. Seperti susah makan makanan padat, sehingga hanya bisa minum. Situasi tersebut berdampak pada tubuhnya.
"Saya juga batuk-batuk terus, enggak berhenti. Sampai-sampai mengganggu saya saat berkomunikasi dengan keluarga maupun partner saya," ujar dr. Sriyanto.
Hari keenam masa isolasi, gejala lain dialami dr. Sriyanto. Indra penciumannya hilang, ia sama sekali tidak bisa merasakan bau apa pun. Ia mengalami anosmia.
Singkat cerita, dr. Sriyanto yang merupakan ahli bedah di RSU Mulia Hati Wonogiri, punya tekad kuat untuk sembuh. Bahkan testimoninya selama 12 hari melawan virus di laman Satgas Nasional Covid-19 sempat meramaikan jagat maya.
"Saya kan sembuh setelah mengonsumsi obat Tocilizumab. Selain itu saya juga senang sekali dapat donor plasma (Konvalesen) dari Jakarta," terang dr. Sriyanto.
"Saya yakin sekali sembuhnya dengan plasma. Padahal sebelumnya saya hanya mengonsumsi kapsul dan ramuan yang pahit sekali, tapi tak membaik. Kemudian dengan plasma enggak sampai 24 jam, gejala-gejala yang saya alami itu hilang," sambungnya.
Terapi ini menurut dr. Dirga Sakti Rambe yang turut hadir pada acara tersebut mengatakan, kalau merujuk pada penelitian dari WHO, terapi Plasma Konvalesen ini ada sebagian yang bermanfaat dan ada yang tidak.
"Donor plasma konvalesen ini tidak digunakan untuk semua pasien covid-19. Artinya bukan pengobatan yang rutin. Terapi ini dilihat dari kondisi masing-masing pasien dan arahan dari dokter," jelas dr. Dirga spesialis penyakit dalam dan vaksinolog.
Usai dinyatakan negatif atau sembuh, dr. Sriyanto langsung berinisiatif membuat bangsal untuk covid-19 di rumah sakit yang ia praktek.
"Setelah satu setengah bulan saya dinyatakan sembuh, Alhamdulillah kami bisa menyediakan 14 bed untuk pasien covid-19," cerita dr. Sriyanto.
Tak hanya itu, lantaran cara ia sembuh salah satunya dengan mendapatkan donor plasma konvalesen, dr. Sriyanto pun sambil praktek, ia juga menjadi relawan pencari donor plasma tersebut.
"Januari sampai April itu, saya jadi relawan untuk mengumpulkan plasma di sekitaran Solo Raya," tutur dr. Sriyanto menutup cerita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
Banyak berita tentang nakes yang terpapar covid-19, dan dr. Sriyanto Msi Med, SpB salah satu yang pernah merasakan kejamnya virus korona. Dokter bedah asal Wonogiri tersebut dinyatakan positif covid-19 pada November 2020.
"Saya kurang tahu pasti saya terpapar covid-19 di mana. Bisa saja kena di rumah sakit atau di luar," ujar dr. Sriyanto di program Vaksin Slank untuk Indonesia.
Saat bertugas di rumah sakit, dr. Sriyanto mengakui taat dalam menerapkan protokol kesehatan. Cuma saja, ia lengah menerapkannya ketika menghadiri silaturahmi keluarga besarnya di Semarang.
"Saat pertemuan tersebut ada 8 saudara saya yang terpapar covid-19," jelas dr. Sriyanto.
Gejala yang dialami dr. Sriyanto
Dokter Sriyanto mengalami gejala moderat. Gejala pertama yang dialaminya adalah demam yang tak kunjung reda, meski telah diobati. Merasa aneh dengan apa yang dialaminya, dr. Sriyanto melakukan swab dan hasilnya positif.
Sesuai janji, jika terpapar covid-19, dr. Sriyanto memilih untuk dirawat ke RSUD dr. Moewardi. Bukan tanpa alasan ia memilih rumah sakit milik Pemprov Jawa Tengah tersebut. Sebab rumah sakit yang berada di Solo itu menggunakan obat tertentu untuk penyembuhan.
Saat menjalani perawatan, ada beberapa gejala yang dialami dr. Sriyanto. Seperti susah makan makanan padat, sehingga hanya bisa minum. Situasi tersebut berdampak pada tubuhnya.
"Saya juga batuk-batuk terus, enggak berhenti. Sampai-sampai mengganggu saya saat berkomunikasi dengan keluarga maupun partner saya," ujar dr. Sriyanto.
Hari keenam masa isolasi, gejala lain dialami dr. Sriyanto. Indra penciumannya hilang, ia sama sekali tidak bisa merasakan bau apa pun. Ia mengalami anosmia.
Plasma Konvalesen
Singkat cerita, dr. Sriyanto yang merupakan ahli bedah di RSU Mulia Hati Wonogiri, punya tekad kuat untuk sembuh. Bahkan testimoninya selama 12 hari melawan virus di laman Satgas Nasional Covid-19 sempat meramaikan jagat maya.
"Saya kan sembuh setelah mengonsumsi obat Tocilizumab. Selain itu saya juga senang sekali dapat donor plasma (Konvalesen) dari Jakarta," terang dr. Sriyanto.
"Saya yakin sekali sembuhnya dengan plasma. Padahal sebelumnya saya hanya mengonsumsi kapsul dan ramuan yang pahit sekali, tapi tak membaik. Kemudian dengan plasma enggak sampai 24 jam, gejala-gejala yang saya alami itu hilang," sambungnya.
Terapi ini menurut dr. Dirga Sakti Rambe yang turut hadir pada acara tersebut mengatakan, kalau merujuk pada penelitian dari WHO, terapi Plasma Konvalesen ini ada sebagian yang bermanfaat dan ada yang tidak.
"Donor plasma konvalesen ini tidak digunakan untuk semua pasien covid-19. Artinya bukan pengobatan yang rutin. Terapi ini dilihat dari kondisi masing-masing pasien dan arahan dari dokter," jelas dr. Dirga spesialis penyakit dalam dan vaksinolog.
Menjadi relawan
Usai dinyatakan negatif atau sembuh, dr. Sriyanto langsung berinisiatif membuat bangsal untuk covid-19 di rumah sakit yang ia praktek.
"Setelah satu setengah bulan saya dinyatakan sembuh, Alhamdulillah kami bisa menyediakan 14 bed untuk pasien covid-19," cerita dr. Sriyanto.
Tak hanya itu, lantaran cara ia sembuh salah satunya dengan mendapatkan donor plasma konvalesen, dr. Sriyanto pun sambil praktek, ia juga menjadi relawan pencari donor plasma tersebut.
"Januari sampai April itu, saya jadi relawan untuk mengumpulkan plasma di sekitaran Solo Raya," tutur dr. Sriyanto menutup cerita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)