FAMILY
Seni Jadi Solusi bagi Anak Korban Perundungan Atasi Trauma
A. Firdaus
Rabu 24 Juli 2024 / 12:15
Jakarta: Merujuk pada tiga dosa besar yang diidentifikasi dalam konteks pendidikan, yakni kekerasan seksual, perundungan, dan intoleransi, memiliki dampak yang sangat merugikan bagi lingkungan sekolah serta peserta didiknya. Hal ini mendorong Yayasan Kids Biennale Indonesia (KBI) bergerak.
Sejak 2023 Kids Biennale Indonesia telah melaksanakan pemeran 'Speak Up' yang mengangkat isu kekerasan seksual terhadap anak. Pameran tersebut direspon sangat baik oleh publik.
"Sehingga pada 2024 yang merupakan bagian dari Road To Kids Biennale Indonesia kami mengangkat 'Speak Up On Bullying and Intolerance' di mana dua isu tersebut merupakan bagian dari tiga dosa besar dunia pendidikan," ucap Gie Sanjaya Ketua Yayasan Kids Biennale dan Kurator.
Baca juga: Hubungan Positif antara Anak dan Keluarga Dorong si Kecil Percaya Diri
Berdasarkan data yang Kemendibudristek menemukan 24,4 persen siswa atau peserta didik yang berpotensi mengalami insiden perundungan di satuan pendidikan atau sekolah. Tahun ini Kids Bienalle Indonesia mengajak anak dan remaja berkebutuhan khusus, neurodivergent dan difabel untuk berpartisipasi dalam advokasi, mengkritisi, dan menjadi agen perubahan melalui karya lukis, video, dan game. Lebih luar biasanya lagi, sebagian dari peserta (pameris) merupakan penyintas perundungan (bullying) dan intolerance.
Gie menyatakan seni adalah jendela bagi anak-anak untuk melihat dunia dengan cara yang baru dan berbeda. Melalui seni, mereka belajar menghargai keindahan, memahami emosi, mengembangkan empati, dan menjadi agen perubahan.
"Seni adalah investasi untuk masa depan Indonesia yang lebih kreatif, inklusif, dan berbudaya," ungkap Gie.
Sementara itu, Cornelia Agatha, S.H., M.H., Ketua Komnas Perlindungan Anak DKI Jakarta percaya bahwa seni dan kasih sayang mempunyai kekuatan yang besar untuk perubahan. "Oleh karena itu saya berharap Kids Biennale Indonesia dapat menjadi platform untuk perubahan bersama," terang pemeran Sarah dalam Sinetron Si Doel.
"Menjadi wadah bagi anak-anak dan remaja untuk menemukan suara mereka, mengekspresikan diri dengan bebas, dan tumbuh menjadi individu yang kreatif, percaya diri, dan berempati penuh cinta kasih," lanjut Sarah.
Beberapa komitmen Kids Biennale Indonesia antara lain:
- Meningkatkan apresiasi seni dan budaya di kalangan anak-anak dan remaja.
- Mendorong partisipasi dan inklusi dari berbagai latar belakang.
- Merayakan dan memperingati Hari Anak melalui kegiatan seni yang menyenangkan dan mendidik.
- Merangsang kreativitas dan inovasi melalui eksplorasi berbagai medium seni.
- Memberikan kesempatan belajar yang berharga tentang seni, budaya, dan isu-isu sosial.
- Mendorong partisipasi aktif dalam kegiatan seni dan budaya.
- Menghubungkan generasi muda dengan seniman profesional untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman.
- Mengembangkan keterampilan emosional dan sosial melalui ekspresi kreatif.
- Mendorong kolaborasi dan koneksi antara anak-anak, remaja, seniman, dan komunitas.
- Menginspirasi minat seni dan mendorong generasi muda untuk mengejar karir di bidang kreatif.
- Memberikan pengalaman seni yang beragam dan memperkenalkan anak-anak pada berbagai bentuk seni.
- Meningkatkan aksesibilitas seni bagi anak-anak dan remaja dari berbagai kalangan.
- Memberikan dampak positif pada perkembangan anak secara holistik.
Ir. FB. Didiek Santosa, Perencana Ahli Madya Pada Asdep Perlindungan Khusus Anak dari Kekerasan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mengatakan seni dan budaya adalah alat ampuh untuk perlindungan anak di Indonesia. Melalui ekspresi kreatif, mereka dapat menemukan suara mereka, mengatasi trauma, dan membangun masa depan yang lebih cerah.
"Kids Biennale Indonesia adalah langkah penting dalam menciptakan ruang aman bagi anak-anak Indonesia untuk berkembang dan menjadi agen perubahan," ucap Didiek.
Kids Biennale Indonesia mengajak semua pihak, termasuk orang tua, guru, seniman, dan masyarakat umum, untuk mendukung dan berpartisipasi dalam biennale ini. Bersama-sama, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung kreativitas, ekspresi, dan pertumbuhan generasi muda Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Sejak 2023 Kids Biennale Indonesia telah melaksanakan pemeran 'Speak Up' yang mengangkat isu kekerasan seksual terhadap anak. Pameran tersebut direspon sangat baik oleh publik.
"Sehingga pada 2024 yang merupakan bagian dari Road To Kids Biennale Indonesia kami mengangkat 'Speak Up On Bullying and Intolerance' di mana dua isu tersebut merupakan bagian dari tiga dosa besar dunia pendidikan," ucap Gie Sanjaya Ketua Yayasan Kids Biennale dan Kurator.
Baca juga: Hubungan Positif antara Anak dan Keluarga Dorong si Kecil Percaya Diri
Berdasarkan data yang Kemendibudristek menemukan 24,4 persen siswa atau peserta didik yang berpotensi mengalami insiden perundungan di satuan pendidikan atau sekolah. Tahun ini Kids Bienalle Indonesia mengajak anak dan remaja berkebutuhan khusus, neurodivergent dan difabel untuk berpartisipasi dalam advokasi, mengkritisi, dan menjadi agen perubahan melalui karya lukis, video, dan game. Lebih luar biasanya lagi, sebagian dari peserta (pameris) merupakan penyintas perundungan (bullying) dan intolerance.
Gie menyatakan seni adalah jendela bagi anak-anak untuk melihat dunia dengan cara yang baru dan berbeda. Melalui seni, mereka belajar menghargai keindahan, memahami emosi, mengembangkan empati, dan menjadi agen perubahan.
"Seni adalah investasi untuk masa depan Indonesia yang lebih kreatif, inklusif, dan berbudaya," ungkap Gie.
Sementara itu, Cornelia Agatha, S.H., M.H., Ketua Komnas Perlindungan Anak DKI Jakarta percaya bahwa seni dan kasih sayang mempunyai kekuatan yang besar untuk perubahan. "Oleh karena itu saya berharap Kids Biennale Indonesia dapat menjadi platform untuk perubahan bersama," terang pemeran Sarah dalam Sinetron Si Doel.
"Menjadi wadah bagi anak-anak dan remaja untuk menemukan suara mereka, mengekspresikan diri dengan bebas, dan tumbuh menjadi individu yang kreatif, percaya diri, dan berempati penuh cinta kasih," lanjut Sarah.
Beberapa komitmen Kids Biennale Indonesia antara lain:
- Meningkatkan apresiasi seni dan budaya di kalangan anak-anak dan remaja.
- Mendorong partisipasi dan inklusi dari berbagai latar belakang.
- Merayakan dan memperingati Hari Anak melalui kegiatan seni yang menyenangkan dan mendidik.
- Merangsang kreativitas dan inovasi melalui eksplorasi berbagai medium seni.
- Memberikan kesempatan belajar yang berharga tentang seni, budaya, dan isu-isu sosial.
- Mendorong partisipasi aktif dalam kegiatan seni dan budaya.
- Menghubungkan generasi muda dengan seniman profesional untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman.
- Mengembangkan keterampilan emosional dan sosial melalui ekspresi kreatif.
- Mendorong kolaborasi dan koneksi antara anak-anak, remaja, seniman, dan komunitas.
- Menginspirasi minat seni dan mendorong generasi muda untuk mengejar karir di bidang kreatif.
- Memberikan pengalaman seni yang beragam dan memperkenalkan anak-anak pada berbagai bentuk seni.
- Meningkatkan aksesibilitas seni bagi anak-anak dan remaja dari berbagai kalangan.
- Memberikan dampak positif pada perkembangan anak secara holistik.
Ir. FB. Didiek Santosa, Perencana Ahli Madya Pada Asdep Perlindungan Khusus Anak dari Kekerasan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mengatakan seni dan budaya adalah alat ampuh untuk perlindungan anak di Indonesia. Melalui ekspresi kreatif, mereka dapat menemukan suara mereka, mengatasi trauma, dan membangun masa depan yang lebih cerah.
"Kids Biennale Indonesia adalah langkah penting dalam menciptakan ruang aman bagi anak-anak Indonesia untuk berkembang dan menjadi agen perubahan," ucap Didiek.
Kids Biennale Indonesia mengajak semua pihak, termasuk orang tua, guru, seniman, dan masyarakat umum, untuk mendukung dan berpartisipasi dalam biennale ini. Bersama-sama, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung kreativitas, ekspresi, dan pertumbuhan generasi muda Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)