FAMILY

Viral Bayi Dikerok! Ini Penjelasan Dokter

Mia Vale
Senin 18 September 2023 / 13:05
Jakarta: Bagi sebagian masyarakat Indonesia, utamanya suku Jawa, bila mengalami tidak enak badan, atau sering dibilang masuk angin, kerokan menjadi solusi yang cukup ampuh.

Ya, cara ini sudah mendarah daging dan menjadi pengobatan yang paling sering dilakukan. Dan dampaknya, bisa menyembuhkan. Bahkan kerap menjadi ketergantungan. 

Namun, bagaimana bila 'pengobatan turun-temurun itu dilakukan kepada bayi yang masih berusia satu tahun? Wah, walaupun dengan alasan pengobatan pertama, tradisi ini sebaiknya tidak dilakukan. Walaupun dengan alasan bisa mengeluarkan "angin" daru dalam tubuh. 

Pasalnya, bukan tidak mungkin bayi akan merasa tidak nyaman dan menangis lantaran punggung yang berwarna merah kebiruan akibat dikerok. 

Seperti yang belum lama ini ramai diperbincangkan oleh masyarakat, terlebih warganet di mana beredar video di TikTok yang memerlihatkan bayi setahun menangis karena punggungnya 'cemong' akibat guratan kerokan yang dilakukan oleh pengasuhnya. Tentu saja sang ibu sangat terkejut melihat apa yang terjadi dengan buah hatinya. 

Perlu Moms ketahui, pada dasarnya kerokan merupakan gesekan atau parutan di kulit yang menggunakan uang logam, atau bawang merah bila untuk anak kecil

Hal ini dilakukan dengan harapan akan memberikan efek nyaman bagi penderita yang dikerok. Entah itu karena alasan masuk angin, flu, pusing, kembung, atau alasan sakit ringan lainnya. Bila dilakukan kepada orang dewasa, mungkin kerokan tidak masalah. 
 

Pecah pembuluh darah


Tapi apa yang terjadi bila kerokan dilakukan terhadap anak kecil yang notabene bayi berusia di bawah satu tahun? Melalui akun Instagram @tentanganakofficial, dr. Maria Charlotte B.Med, Sc (@mcharlotte9) menjelaskan bahwa sebenarnya kerokan itu sangat tidak disarankan untuk bayi di bawah usia satu tahun. Hal ini tentu sangat berbahaya mengingat kulit bayi yang masih sangat sensitif. 

Menggunakan bawang saja, anak-anak masih merasa tidak nyaman saat dikerok. Apalagi dalam video TikTok tersebut sang pengasuh menggunakan uang logam Rp1.000. Selain tidak terjamin kebersihannya, efek yang timbul adalah pembuluh darah di punggung anak melebar atau pecah, sehingga menimbulkan warna kemerahan. 

Alih-alih angin yang keluar, justru si anak merasa kesakitan dan tidak ceria seperti biasanya. Berikut alasan yang disampaikan oleh dr. Maria mengapa anak, utamanya bayi tidak boleh dikerok. 


(Dr. Maria Charlotte B.Med, Sc (@mcharlotte9) menjelaskan bahwa sebenarnya kerokan itu sangat tidak disarankan untuk bayi di bawah usia satu tahun. Foto: Dok. Tangkapan layar Instagram @tentanganakofficial)
 

1. Berisiko mengalami masalah kulit


Terutama untuk anak berumur di bawah satu tahun di mana kulitnya masih sangat halus dan lembut. Dan masih belum memiliki proteksi maksimal oleh sistem imunitas tubuh. Belum lagi, zat atau minyak yang dipakai saat mengerok bayi juga dapat menyebabkan iritasi kulit dan peradangan atau alergi pada kulit anak. 
 

2. Timbul nyeri dan luka


Karena masih memiliki kulit tipis, proses mengerok akan menimbulkan rasa nyeri, bengkak, dan kemerahan. Apalagi kerokan dilakukan dengan penekanan yang cukup kuat dan durasi yang cukup lama. Inilah yang menyebabkan terjadinya luka dan perdarahan akibat kerokan serta bisa menjadi tempat masuk kuman baik virus maupun bakteri penyebab infeksi.
 

3. Sakit dan tidak nyaman


Bahaya bayi dikerok selanjutnya yaitu bisa memberikan rasa nyeri dan tidak nyaman. Kondisi tersebut tentu akan membuat bayi menangis dan rewel. Kalaupun misal anak mengalami demam, penanganan awal, Moms bisa melakukan beberapa cara yang sudah pasti aman dan sudah terbukti secara medis, seperti: 
 
  • - Beri anak waktu istirahat lebih banyak
  • - Kompres air hangat 
  • - Beri obat penurun panas jika diperlukan

Ingat, walaupun kerokan dianggap terapi tradisional yang aman untik orang dewasa, belum tentu untuk bayi dan anak. Setiap pengobatan tradisional yang akan diberikan kepada bayi, hendaknya dikonsultasikan terlebih dulu kepada dokter.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH