FITNESS & HEALTH
Sebanyak 70% Anak di Indonesia Telat Terdiagnosis Diabetes Tipe 1
Yatin Suleha
Jumat 12 September 2025 / 17:15
Jakarta: Diabetes melitus adalah penyakit metabolik yang terjadi akibat masalah sekresi insulin sehingga kadar gula darah tidak terkendali. Normalnya, glukosa darah diatur oleh hormon insulin yang diproduksi pankreas.
Namun pada penderita diabetes, glukosa tidak dapat diproses menjadi energi dan akhirnya menumpuk di darah.
Baca juga: Mengapa Hoaks tentang Aspartam Selalu Muncul Lagi? Ini Penjelasan Dokter
Diabetes terbagi menjadi dua jenis, yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Pada diabetes tipe 1, masalah utama adalah kerusakan sel beta pankreas yang memproduksi insulin.
Kondisi ini membuat penderita sama sekali tidak dapat menghasilkan insulin sehingga disebut juga insulin-dependent diabetes mellitus (IDDM).
Changing Diabetes in Children (CdiC) Lead, Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp. A, Subsp. End., FAAP FRCPI (Hon.) mengungkapkan fakta memprihatinkan.
Menurutnya, sebanyak 70 persen anak di Indonesia usia 18 tahun ke bawah telat terdiagnosis diabetes tipe 1.
“Kita itu masih 70 persen pasien kita terdiagnosis telat dengan adanya ketoasidosis diabetik (KAD) ini. Ini kan bisa meninggal,” ujar Aman dalam diskusi bersama media di Jakarta, Rabu lalu.
Prof. Aman menjelaskan bahwa negara dengan sistem kesehatan baik seharusnya memiliki angka KAD di bawah 20 persen.
.jpeg)
(Menurut Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp. A, Subsp. End., FAAP FRCPI (Hon.), penanganan diabetes tipe 1 pada anak adalah tanggung jawab bersama. Foto: Dok. Istimewa)
KAD adalah kondisi gawat darurat akibat gula darah sangat tinggi yang ditandai muntah, sesak napas, hingga penurunan kesadaran. Jika tidak segera ditangani, pasien berisiko meninggal dunia.
Lebih lanjut, ia mengungkap banyak kasus keterlambatan diagnosis karena masyarakat belum mengenal diabetes tipe 1 pada anak dan masih adanya tenaga kesehatan yang salah mendiagnosis penyakit ini.
“Jadi datang itu bisa dianggap asma, bisa dianggap apendiks atau usus buntu karena sakit perut, dalam satu kasus sampai dioperasi usus buntu, bisa dianggap pneumonia, ternyata diabetik tipe 1,” bebernya.
Prof. Aman juga menegaskan perbedaan diabetes tipe 1 dengan diabetes tipe 2.
Jika tipe 2 biasanya berkaitan dengan faktor keturunan dan gaya hidup, maka tipe 1 merupakan penyakit autoimun yang bisa dipicu infeksi virus.
Sebagai langkah nyata, Prof. Aman juga memimpin program Changing Diabetes in Children (CDiC).
Program ini mendata anak-anak dengan diabetes tipe 1 di seluruh Indonesia untuk membantu mereka memperoleh akses insulin, alat pemantauan gula darah, edukasi, dan pendampingan demi meningkatkan kualitas hidup
Menurutnya, penanganan diabetes tipe 1 pada anak adalah tanggung jawab bersama. Dokter umum diharapkan memiliki pemahaman cukup mengenai penyakit ini agar bisa memberikan penanganan awal sebelum pasien dirujuk.
“Kalau saya menganggap, semua dokter umum harus paham DM tipe 1. Makanya tiap tahun itu saya selalu memberikan kuliah umum buat dokter yang baru tamat mengenai ketoasidosis," jelas Prof. Aman.
"Jadi dokter umum itu harus paham bahwa ada ketoasidosis dan ini mereka harus bisa tanpa rujuk dulu, paling tidak bisa ditangani dulu insulinnya sesegera mungkin,” tukasnya.
Banarsono trimandojo selaku Market Acces & Public Affairs Director, Novo Nordisk Indonesia mengatakan, "Di Novo Nordisk, kami berpegang pada visi 'No Child Should Die from Diabetes'. Melalui program Changing Diabetes in Children (CDiC) di Indonesia, kami berkomitmen penuh untuk memastikan setiap anak dengan diabetes tipe 1 mendapatkan perawatan, edukasi, dan dukungan yang komprehensif."
Baca juga: Kejutan! Masalah Gigi Paling Sering Ditemukan saat Cek Kesehatan Gratis
"Sejak 2021, CDiC telah memberdayakan ribuan anak, keluarga, dan tenaga kesehatan, membangun kemandirian serta kepercayaan diri. Kami percaya, dengan kolaborasi kuat bersama mitra, kita dapat menciptakan sistem perawatan berkelanjutan dan mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak Indonesia," pungkas Banarsono trimandojo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Namun pada penderita diabetes, glukosa tidak dapat diproses menjadi energi dan akhirnya menumpuk di darah.
Baca juga: Mengapa Hoaks tentang Aspartam Selalu Muncul Lagi? Ini Penjelasan Dokter
Diabetes terbagi menjadi dua jenis, yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Pada diabetes tipe 1, masalah utama adalah kerusakan sel beta pankreas yang memproduksi insulin.
Kondisi ini membuat penderita sama sekali tidak dapat menghasilkan insulin sehingga disebut juga insulin-dependent diabetes mellitus (IDDM).
Changing Diabetes in Children (CdiC) Lead, Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp. A, Subsp. End., FAAP FRCPI (Hon.) mengungkapkan fakta memprihatinkan.
Menurutnya, sebanyak 70 persen anak di Indonesia usia 18 tahun ke bawah telat terdiagnosis diabetes tipe 1.
“Kita itu masih 70 persen pasien kita terdiagnosis telat dengan adanya ketoasidosis diabetik (KAD) ini. Ini kan bisa meninggal,” ujar Aman dalam diskusi bersama media di Jakarta, Rabu lalu.
Prof. Aman menjelaskan bahwa negara dengan sistem kesehatan baik seharusnya memiliki angka KAD di bawah 20 persen.
.jpeg)
(Menurut Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp. A, Subsp. End., FAAP FRCPI (Hon.), penanganan diabetes tipe 1 pada anak adalah tanggung jawab bersama. Foto: Dok. Istimewa)
KAD adalah kondisi gawat darurat akibat gula darah sangat tinggi yang ditandai muntah, sesak napas, hingga penurunan kesadaran. Jika tidak segera ditangani, pasien berisiko meninggal dunia.
Lebih lanjut, ia mengungkap banyak kasus keterlambatan diagnosis karena masyarakat belum mengenal diabetes tipe 1 pada anak dan masih adanya tenaga kesehatan yang salah mendiagnosis penyakit ini.
“Jadi datang itu bisa dianggap asma, bisa dianggap apendiks atau usus buntu karena sakit perut, dalam satu kasus sampai dioperasi usus buntu, bisa dianggap pneumonia, ternyata diabetik tipe 1,” bebernya.
Prof. Aman juga menegaskan perbedaan diabetes tipe 1 dengan diabetes tipe 2.
Jika tipe 2 biasanya berkaitan dengan faktor keturunan dan gaya hidup, maka tipe 1 merupakan penyakit autoimun yang bisa dipicu infeksi virus.
Sebagai langkah nyata, Prof. Aman juga memimpin program Changing Diabetes in Children (CDiC).
Program ini mendata anak-anak dengan diabetes tipe 1 di seluruh Indonesia untuk membantu mereka memperoleh akses insulin, alat pemantauan gula darah, edukasi, dan pendampingan demi meningkatkan kualitas hidup
Menurutnya, penanganan diabetes tipe 1 pada anak adalah tanggung jawab bersama. Dokter umum diharapkan memiliki pemahaman cukup mengenai penyakit ini agar bisa memberikan penanganan awal sebelum pasien dirujuk.
“Kalau saya menganggap, semua dokter umum harus paham DM tipe 1. Makanya tiap tahun itu saya selalu memberikan kuliah umum buat dokter yang baru tamat mengenai ketoasidosis," jelas Prof. Aman.
"Jadi dokter umum itu harus paham bahwa ada ketoasidosis dan ini mereka harus bisa tanpa rujuk dulu, paling tidak bisa ditangani dulu insulinnya sesegera mungkin,” tukasnya.
Banarsono trimandojo selaku Market Acces & Public Affairs Director, Novo Nordisk Indonesia mengatakan, "Di Novo Nordisk, kami berpegang pada visi 'No Child Should Die from Diabetes'. Melalui program Changing Diabetes in Children (CDiC) di Indonesia, kami berkomitmen penuh untuk memastikan setiap anak dengan diabetes tipe 1 mendapatkan perawatan, edukasi, dan dukungan yang komprehensif."
Baca juga: Kejutan! Masalah Gigi Paling Sering Ditemukan saat Cek Kesehatan Gratis
"Sejak 2021, CDiC telah memberdayakan ribuan anak, keluarga, dan tenaga kesehatan, membangun kemandirian serta kepercayaan diri. Kami percaya, dengan kolaborasi kuat bersama mitra, kita dapat menciptakan sistem perawatan berkelanjutan dan mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak Indonesia," pungkas Banarsono trimandojo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)